Saturday, May 1, 2010

Bisnis dengan pelayanan Cinta.



Ketika saya melakukan city check in di Kowloon Express Station, petugas dengan bermuka masam mengatakan kepada saya bahwa ticket saya sudah expired 1 hari. Artinya saya tidak bisa terbang. Saya berusaha untuk mendapatkan ticket baru namun karena sudah rentang waktu dua jam boarding maka saya tidak bisa lagi terbang pada jam yang sama. Petugas travel agent menyarankan saya terbang keesokan harinya.  

Karena saya pemegang Centurion card AMEX , terpaksa saya gunakan fasilitas kemudahan reservasi ticket di saat emergency. Saya menghubungi call center AMEX. Tidak berapa lama , saya sudah dihubungi oleh Travel agent bahwa saya mendapatkan ticket untuk terbang pada jam itu. Namun mereka meng up grade ticket saya menjadi first class. Saya tegaskan bahwa saya tidak ingin naik first class. Saya ingin economic class. Petugas itu nampak bingung. Menurutnya saya berhak mendapatkan discount besar karena fasilitas Centurion card dan kemungkinan harganya tidak jauh beda dengan economic class. Namun karena saya tetap dengan pilihan saya, maka sayapun diberi ticket economic class.

Di dalam pesawat ketika membagikan makanan, saya menolak makanan itu karena saya sedang berpuasa. Pramugari itu nampak bingung. Di sebelah saya duduk TKI pria yang bekerja di Korea. Diapun berpuasa. Saya dan TKI itu memilih untuk tidur. Namun selang beberapa menit ada petugas pramugari datang menemui kami. Dengan ramah dia mengatakan bahwa akan melayani kami untuk buka puasa. Dia mempersilahkan kami untuk tidur dan akan segera dibangunkan ketika waktu buka puasa. 

Benarlah, ketika saatnya berbuka puasa, petugas Pramugari datang membawa satu set makanan. Dengan tak lupa pramugari itu menanyakan apakah ada lagi yang kami perlukan untuk menambah kenyamanan buka puasa. Saya hanya mengatakan bahwa menu yang dihidangkan sudah lebih baik. Andaikan air putih diberi itu sudah sangat bersyukur. Karena kata saya, kami hanyalah penumpang economic class yang tak pantas mendapatkan layahan special. Namun pramugari itu berkata bahwa maskapai penerbangannya punya standard tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pemeluk agama melaksanakan ritualnya di udara.

Dari peristiwa itu saya mendapatkan satu kesan mendalam. Bahwa saya dihargai begitu tinggi oleh Travel agent  ketika mereka tahu saya pemegang centurion card namun ini hanyalah layanan kapitalis. Memberikan yang terbaik kepada yang qualified untuk membeli apa saja. Tapi diudara , dengan status economic class saya dihormati tinggi karena agama saya. Karena ritual agama yang sedang saya jalani. Bagi saya, maskapai penerbangan itu telah menempatkan human right bukan hanya dalam bentuk jargon tapi dalam satu kesatuan system layanan kepada pelanggan. Ini ditanamkan kepada semua crew pesawat. 

Mengelola perusahaan raksasa bukan hanya target mendatangkan laba tapi bagaimana membangun budaya cinta kepada siapa saja tanpa memperhatikan kelas, terutama menghargai keyakinan orang lain dengan menempatkan rasa hormat. Dari data yang saya ketahui bahwa maskapai penerbangan itu memang selalu blue chip sahamnya di market. Ketika penerbangan lain dirudung merugi, maskapai penerbangan itu tetap untung dan bertahan ditengah krisis.

Saya sampaikan rasa terimakasih kepada pramugari itu karena telah melayani kami dengan sebaik  mungkin terutama menghormati keberadaan kami yang sedang berpuasa. Tak berapa lama dia memberikan secarik kertas kepada saya. Katanya sebaiknya saya memberikan sedikit catatan tertulis untuk dia sampaikan kepada management. Bahwa menurutnya layanan ini ada karena kebijakan manajemen dan mereka mematuhi kebijakan itu melalaui pelatihan yang ketat. 

Saya menulis singkat dan tak lupa mencantumkan namanya. Seusai menulis itu saya termenung. Teringat tulisan dalam salah satu majalan business tentang konsep  spiritual emotion development. Bahwa perusahaan atau pemerintah tidak akan bisa berkembang besar dan berkelanjutan bila anggota organisasi tidak memahami spiritual. Nilai tertinggi dari spiritual adalah cinta. Sikap cinta ini dibangun bukan karena didasarkan kepada strategi marketing yang serba pura pura tapi dibangun dengan nilai nilai spiritual yang tertanam di dalam hati sebagai ujud sincerity ( Keikhlasan) . Dari sikap sincerity ini akan melahirkan passion ( Gairah ) di tengah berbagai hambatan dan dari passion akan melahirkan eternity ( kelanggengan)  yang tak mudah dihantam krisis dan gejolak yang berujung pada penderitaan.

No comments: