Saya pernah bisnis trip ke Moscow untuk rapat bisnis dengan calon investor untuk akuisisi proyek di Dubai. Karena kepergian itu sangat mendesak. Ketika itu saya ada di Beijing. Sekretaris sudah pulang ke Hong Kong. Tetapi peluang meeting tidak ingin saya lepas begitu saja. Saya tahu konglomerat Rusia tidak suka menggunakan bahasa ingris. Saya harus punya penerjamah. Teman saya di Beijing kenalkan dengan penerjemah. Wanita muda. Ayahnya dari Korea tapi ibunya dari Rusia. Dia bisa bahasa Rusia dan cukup bagus bahasa inggris. Wanita itu sebetulnya pekerja KTV Musisi. KTV yang khusus menyediakan mereka yang punya talenta alat musik seperti biola, sexopon, guitar, organ. Karena KTV berkelas umumnya mereka kuasai beberapa bahasa.
Saya terbang ke Moscow bersama penerjemah itu. Saya nginap di hotel bintang 5 di Moscow. Wanita itu satu kamar dengan saya. Tugasnya menterjemah dokumen dan news Rusia untuk saya. Pertama masuk kamar, saya lirik dia sangat terpesona. Dia tidak mau duduk di sofa. Dia tetap berdiri. Karena kamar penthouse menyediakan kamar khusus untuk sekretaris atau asisten. Saya katakan dia tidur di kamar lain. Dia gugup melihat kamar itu. Sangat mewah menurut ukuran dia.
Kemudian saya sibuk membaca dokumen dan memberikan catatan alamat web untuk dia cari di internet. Dengan sigap dia search di internet dan menterjemahkan web dengan cepat. Ngetiknya cepat sekali. Sayapun sibuk telp ke sana kemari sebelum meeting dengan investor itu. Dia ikut saya meeting sebagai penerjemah. Saya ajak dia ke loby yang tersedia store menjual pakaian. Saya minta dia pilih pakaian yang pantas untuk meeting. Dia bingung. Saya minta pelayan toko carikan pakaian yang cocok untuk makan malam resmi. Dia sempat bingung ketika mengenakan pakaian itu. Berkali kali dia meliat label harga tertera pada tag pakaian itu. Dia bengong menatap saya membayar.
Dalam suasana santai saya berbicara dengan relasi saya dari Moscow.
" For 40 years the capitalist world faced the challenge of communism and socialism — the equal sharing of miseries — which kept democratic capitalism — the unequal sharing of blessings — on the straight and narrow. With the collapse of the Soviet Empire and its satellites and client states, capitalism tossed off its code of conduct. Insider trading among close friends in New York, London, Paris, Zurich, Hong Kong and Tokyo became commonplace. ” katanya.
" And …” kata saya seraya bersandar ke sofa “ Russian organized crime, which succeeded communism, engulfed the entire planet, even in Guam. Choice real estate in London, Paris, Rome, Marbella in Spain, the French Riviera's priciest Cap d'Antibes, Italy's Amalfi Drive, Cyprus, Rhodes and other Dodecanese Greek Islands disappeared into the hands of Russia's newly minted billionaires — all paid for in cash. One real estate operator in Antibes told me about suitcases filled with $100 bills for the purchase of one $70 million property. In the 1990s some $230 billion was plundered from Russia and moved to secret numbered accounts abroad. Those who knew the Western system were usually KGB agents who had worked in Western European capitals. It seems like an effective way of injecting poison into the capitalist system"
“ The subprime mortgage cancer, which first was detected but ignored in 2006, had spread to the whole world by summer 2007. It was criminal predatory lending whose worthless mortgages were repackaged to look like secure investments and peddled all over the world. Now Americans have seen retirement savings halved. U.S. households' net worth tumbled a mind-blowing $11 trillion — in a single year. This is the same figure as the combined annual output of Germany, Japan and the United Kingdom. Gone are the second homes, rising retirement nest eggs, rising expectations generally.
TV news now brings us tent cities from Seattle to Athens, Ga., for newly destitute Americans; homeless shelters are filled to overflowing. Santa Barbara, Calif., has designated a parking area for people who sleep in their cars. And the World Bank predicts another 53 million falling below the level of "extreme poverty" this year. What began with criminal subprime mortgage predators is now hurting those who can least afford it — both at home and abroad.
Europe's hot new love affair with US already has cooled into the usual trans-Atlantic spats. The Europeans are resisting calls for more global fiscal stimulus, pointing out that the real problem is a systemic crisis that requires, above all else, a Herculean cleaning of capitalism's Augean stables. The unacceptable face of capitalism must be replaced with the kind of financial and economic regulation that will avert catastrophe in the future." Katanya tanpa hendak menyanggah apa yang saya katakan.
" Is it too difficult to track the preparation and promotion of Barack Obama, as well as the communist plans to develop the armies of the proletariat through ACORN and the like, through Obama's "Organizing for America," through the patronage plan, and through the entire schema for taking advantage of manufactured crisis? Kata saya. Nah dia tersenyum penuh arti. Dia tidak ingin menjawab namun ajak saya cheer dengan segelas wine. Guide saya terkejut karena ternyata si Rusia itu bisa bahasa Inggris. Kemudian kami mulai membahas exit strategy dalam bisnis yang sedang kami persiapkan.
Sesuai meeting, saya kembali ke Beijing bersama dia. Dengan hati hati dia berkata “ Sir, boleh tanya” katanya di dalam pesawat.
“ Ya”
“ Saya terjemahkan berita media massa tentang perusahaan Rusia yang akan jadi pemenang tender pembangunan pipa gas. Waktu makan malam, saya dengar anda komit keluar uang kepada perusahaan itu sebelum masuk ke bursa. Agar sahamnya bagus ketika IPO. Dan membantu mendapatkan pendanaan setelah IPO. Kesepakatan dibuat, dalam bentuk pre purchase agreement.”
Saya perhatikan wanita itu. Cerdas. Pemerhati hebat.
“ Pre purchase agreement itu kan sebagai kesepakatan anda untuk bayar akusisi perusahaan di Dubai.Ya semacam barter. itu saya baca semua.”
“ Ya “ Saya makin bengong.
“ Besoknya team bekerja keras melengkapi semua dokumen. Saya perhatikan anda lead mereka semua. Melengkapi semua dokumen legal termasuk cofirmasi pemberian hutang dari bank di Eropa. Dokumen pemenang tender juga resmi. Confirmasi pemberian injek dana sebelum IPO juga resmi dari bank. Setidaknya perusahaan sudah siap financial closing karena memenuhi syarat menjadi investor. Tetapi itu semua janji, yang akan cair setelah kontrak pembangunan pipa gas di tanda tangani. Ya tidak ada yang salah.”
Dia terdiam. “ tiga hari saya serasa tinggal di sorga. Mengalami kehidupan glamour. Tapi saya tidak ingin kaya seperti itu…” Katanya tersenyum.
“ Mengapa ?
“ Waktu di KTV, saya dengar anda bicara dengan si Rusia itu. Saya sempat mendekat, kawatir anda butuh penerjemah. Ternyata Rusia itu bisa bahasa inggeris. Saya sempat dengar, si rusia itu ngomong, bahwa kontrak pasti gagal di eksekusi. Karena pemerintah syuriah pasti chaos akibat rencana bangun pipa gas. Kemudian salah satu banker dari Eropa sahabat anda juga bilang, dia sudah dapat kabar dari Whitehouse sudah perintahkan Arab dukungan oposisi lewat dana agar Bashar jatuh, dan Turki juga terlibat kroyokan. Yang lucunya kalian tertawa sambil nyeletuk " We dont care fuck politic. We just make money. Kasihan Arab di Dubai itu kehilangan bunker oil dan kapal karena dibayar persepsi. Dan berharap pertukaran asset dapat menghasilkan laba dan capital gain, Ternyata hanya persepsi saja.
Saya hanya tersenyum. Dia engga paham, ratusan juta saham yang bertaburan di bursa dengan value berlipat itu juga karena persepsi. Kaya miskinjuga soal persepsi. Kehidupan ini terjadi karena persepsi. Sebetulnya sesuatu itu tidak ada yang sesungguhnya. Semua didunia ini hanya persepsi. Fiksi belaka.