Tuesday, July 4, 2023

Jebakan pendapatan menengah atas.

 




Badan Pusat Statistik melaporkan pada Februari 2023 penduduk yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 83,34 juta orang (60,12 persen), sedangkan yang bekerja pada kegiatan formal sebanyak 55,29 juta orang (39,88 persen). Jadi kalau ditotal angkatan kerja terserap 139 juta atau 51% dari total populasi. Selebihnya bukan pekerja. Bisa aja wirausaha, pengangguran dan ibu rumah tangga termasuk anak anak.


Berapa penghasilan dari pekerja Indonesia? Berdasarkan survey tahun 2023 yang dirilis Salary Explorer, gaji rata-rata pekerja di Indonesia bertengger di angka Rp 3.070.000 per bulan. Itu sudah memperhitungkan UMR jabotabek yang mendekati Rp. 5 juta dan pegawai BUMN dan PNS. Cobalah hitung kala satu keluarga terdiri dari dua anak dan 1 istri. Berapa pendapatan per kepala. Tinggal dibagi empat saja. itu jumlahnya kurang Rp 1 juta perorang/kapita.


Negara kita oleh bank Dunia dinilai menjadi negara berpenghasilan menengah atas alias upper middle income. Mari kita lihat hitungannya.  Menurut data BPS tahun 2022, PDB kita mencapai Rp 19.588,4 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp 71 juta/tahun atau US$ 4.783,9 atau Rp. 6 juta/ bulan/kepala. Itu termasuk pengangguran incomenya segitu. Itu artinya juga kalau satu keluarga ada 4 orang. Maka penghasilan per keluarga minimal Rp. 24 juta/bulan.


Beda sekali kan dengan data survey pendapatan rata rata pekerja di Indonesia. Ya, karena angka PDB menghitung total pendapatan dibagi jumlah penduduk. Tentu didalamnya ada pendapatan pengusaha, yang 1 % dari populasi, dimana kekayaannya sama dengan 38% dari total populasi ( GINI Rasio). Namun kita patut bersukur. Berkat 1% populasi itu, negara kita terdongkrak menjadi negara dengan upper middle income. Keren ya. 


So mengapa kita disebut upper middle income. ? Itulah framing. World bank membuat framing tanpa melihat fakta dengan tujuan terbentuknya persepsi bahwa indonesia sudah hebat. Jadi tidak perlu ada lagi fasilitas untuk keringanan tarif dalam perdagangan international. Tidak perlu ada dana hibah. Tidak perlu ada keringanan bunga utang. Kan udah kaya… ada kemajuan, progres, bagus. Terus apa dampak struktural dari status Indonesai sebagai negara berpenghasilan menengah atas ? 


Pertama, Data 2010-2017 menunjukan Total Factor Productivity (FTP) Indonesia -1,5%. Bandingkan dengan Thailand mencapai 5,3%, Vietnam 5,8%, Filipina 4,1%, dan Kamboja 4,3%.  Tingkat produktifitas rendah ini akan menjadi beban ekonomi dan sosial bagi Indonesia untuk mempertahankan status negara berpenghasilan menengah atas.


Kedua. Satu satunya cara agar kita bisa pertahankan status sebagai negara berpenghasilan menengah atas  adalah meningkatkan FDI ( foreign Direct Investment). Apa iya investor Industri mau datang? Yang sulit. Mengapa? berdasarkan FTP, maka UMR sekarang ketinggian atau mahal banget. Data selama ini FDI lebih banyak dibidang SDA mining dan mineral,  yang tingkat serapan pekerja sangat rendah dibandingkan Industri.


Ketiga. Untuk mempertahankan status negara berpenghasilan menengah atas, kita akan dipaksa untuk terus menaikan UMR, Jaminan sosial dan lain lain. Apa yang terjadi? Maka investor yang punya pabrik akan hengkang dari Indonesia.  Pindah ke negara seperti Vietnam dan Philipina.


Keempat. Belajar dari 20 negara yang masuk middle income trap. Utang negara semakin besar dan akhirnya sulit untuk bayar. Kena debt trap. Mengapa ? karena faktor 1,2 dan 3, Pemerintah dipaksa melakukan sendiri expansi investasi lewat APBN. Rasio utang akan meningkat melewati pagu utang. Ini akan berdampak negatif  terhadap daya tahan APBN. Akhirnya kena debt trap yang berujung default.


***

Di China upah pekerja termurah yang tidak punya skill khusus seperti tukang sapu jalanan, tukang pembersih toilet, ART upahnya mencapai Rp. 5 juta perbulan. Di Hong Kong bisa mencapai Rp. 8 juta perulan. Upah minimun pekerja di China sekarang mencapai 7500 yuan atau Rp 15 juta. Di Hong Kong upah minimum HKD 10.100/bulan atau Rp. 21 juta.  Di austarlia, upah minimun perjam USD 23. Kalau 40 jam seminggu, itu artinya USD 920 atau Rp 13.800.000. Memang biaya hidup mereka mahal sekarang. Tapi biaya makan sehari mereka tidak akan menghabiskan satu jam upah kerja mereka. Jadi mereka bisa nabung untuk biaya rumah, pendidikan, kesehatan dan piknik.


Apakah upah China, Hong Kong dan Australia  itu mahal? dari sisi output, menurut saya lebih murah dari Indonesia. Mengapa ? Produktivitas tenaga kerja di Indonesia hanya sebesar US$ 13,1 per jam. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia berada di urutan ke-107 dari 185 negara. Data 2021 (ILO) Produktivitas pekerja kita  di bawah Singapura (US$74,15 per orang/ jam), Brunei Darussalam (US$55,92 per orang/ jam), Malaysia (US$25,59 per orang/ jam), dan Thailand (US$15,06 per orang/ jam). Apalagi dibandingkan dengan China, Hong Kong dan Australia.


Mengapa ?


Pertama. Walau pemerintah sediakan sekolah gratis dari SD-sampai SMU, tapi tidak bermutu. Di negara lain seperti China dan Australia sekolah negeri itu gratis tapi kualitasnya lebih baik dari swasta. Sementara kita yang kualitasnya tinggi harus bayar. Ya sekolah swasta. Rendahnya kualitas pendidikan bagi semua, membuat tingkat produktifitas juga rendah. Ini berdampak secara luas terhadap daya saing kita.


Kedua. Karena pendidikan tidak bermutu, maka industri kreatif juga tidak tumbuh di Indonesia. Sebagian besar ekonomi kita bersumber komoditas SDA, yang padat modal dan tenaga kerja kasar. Ini sangat rentan terhadap perubahan harga pasar international. Karena nilai tambahnya relatif rendah dibandingkan industri kreatif.


Ketiga. Kemiskinan itu karena kebodohan. Kebodohan karena rendahnya kualitas pendidikan. Kalau kualitas pendidikan tidak diperbaiki maka itu sama saja negara ini memelihara kemiskinan, dan memang kemiskinan diperlukan agar orang bego bisa memimpin


Solusi dari saya. 

Harus ada upaya serius memberbaiki Logistic Performance Index, Corruption Perception Index. Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Tapi itu bukan upaya mudah. 9 tahun Jokowi berkuasa. LPI Indonesia berada di peringkat ke-61. ICOR tahun 2022 pada level 6,24. Paling tidak kompetitif dari segi cost investment. Index korupsi termasuk terburuk dari rerata dunia.  Bahkan di ASEAN index korupsi kita tidak beda jauh dengan Myanmar, Kamboja, Laos, dan Filipina. Kalah dengan Thailand ( 36)  Timor Leste (42). Vietnam ( 42). Malaysia (47). Singapura (83). 


Jokowi mewariskan madu dan racun. Madu, pujian world bank bahwa kita sukses masuk negara berpenghasilan menengah atas. Racun, segudang PR yang boleh dikatakan mission impossible bagi presiden berikutnya. Karena udah terlalu dalam kerusakannya, terutama soal CPI dan ICOR. Belum lagi GINI ratio sebesar 0,381. Itu sama saja 1% penduduk indonesia menguasai  38 % kekayaan national. Gini Ratio terkait penguasaan tanah di Indonesia yang mendekati angka 0,58, artinya hanya 1% penduduk menguasai 58% sumber daya agraria, tanah dan ruang.



No comments: