Friday, September 20, 2024

Mengelola negara tidak secara modern

 



Sejak ditemukannya Tekhnologi penguraian unsur logam tanah jarang ( RRE), tekhnologi plasma dalam rekayasa metalurgi, biotekhnologi, Nanotechnology, rekayasa Gonom tanaman, peringkat negara kaya akan sumber daya alam berubah. Indonesia tidak lagi masuk dalam daftar negara kaya SDA. Menurut Visual Capitalist (2021), IEA (2022), dan World Bank (2024), 10 besar negara kaya SDA adalah Rusia, AS, Arab Saudi, Kanada, Iran, China, Brazil, Australia, Irak, Venezuela.


Rusia nomor 1 karena mampu mengurai mineral kritis dari smelting baja menghasilkan Gas neon.Gas Neon sebagai gas penyangga dan pembawa dalam laser eksimer yang digunakan untuk fotolitografi ultraviolet Proses ini penting pada produksi wafer semikonduktor, dan mengurangi cacat, dan meningkatkan hasil produksi cip. I kg Gas Neon harganya setara dengan 1000 ton Batubara atau 10.000 ton ore nickel.


AS nomor 2 karena shale gas. Berkat tekhnologi, 78% dari total produksi gas alam kering AS berasal dari shale gas. Sumber meningkatkan ketahanan energi, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang mahal, dan bahkan menurunkan biaya energi. Selain itu, Shale gas juga dapat membantu dalam dekarbonisasi dan dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara. Value nya jauh lebih tinggi daripada batubara atau biofuel.


Sejak tekhnologi baterai Lithium Ferro Phosphate (LFP), Kekayaan SDA Kanada meningkat. Litium ditambang di Manitoba dan Quebec. Sejak BYD menjadi kendaraan VE terbaik dengan baterai LFP, bateri nikel udah jadi sampah. Jadi Indonesia sebagai penghasil nikel terbesar dunia udah di kick out sebagai sumber material penting. Malah menjadi material kritis. 5 tahun lagi habis.


China sejak sukses mengurai logam tanah jarang di tambang Mongolia dan xinjiang, menjadikan China lead dalam supply chain industry high tech. Sama juga dengan Iran, yang sejak ditemukannya logam tanah jarang. Namun Iran belum produksi massal. Karena sedang riset aplikasi. Mereka tidak mengundang asing untuk smelting. Makanya mungkin 3 tahun lagi, Iran akan lebih kaya dibandingkan Arab Saudi. Karena salah satu unsur logam tanah jarang bisa menjadi sumber energi sangat murah dan sustain.


Demikian sekilas. Record SDA kita dari masa ke masa terus berkurang. Dari eksportir MIGAS menjadi importir MIGAS, karena cadangan berkurang dan fenomena tekhnologi. LG tadinya mau buat baterai di Indonesia, akhirnya mundur karena baterai nikel kalah bersaing dengan baterai lithium punya BYD. Sejak tekhnologi energi alternatif ditemukan dan panel surya diproduksi massal dengan ongkos murah. Batubara sebagai energi udah terkesan bisnis sunset.


Kita kehilangan momentum menjadi negara makmur karena SDA. Apa pasal? kita tidak pernah berencana membangun modernitas bagi bangsa ini untuk maju ke depan. Kebijakan tidak berbasis data dan lebih banyak dengan perasaan. Karena pemimpin dan elite kita kalah dihadapan pedagang dan sains dipunggungi serta kampus dicurigai. Memang kita miskin dan lemah akibat bodoh. Mental budak dihadapan Asing namun bergaya feodal. Makanya terkesan puritan dan tidak ada harga di kancah business global.  


***


Gedung pemerintah memang mentereng. Menteri dan kepala Daerah  berbaju parlente bagaikan professional kelas dunia. Presiden dilengkapi dengan fasilitas private jet. Semua nampak modern. Bahkan kita bangun ibu kota baru agar nampak supra modern. Namun sebenarnya negara ini tidak dikelola dengan mindset modern. Mengapa ? Negara modern dikelola dengan berbasis sains dan data. Karena dari data yang valid, kajian akademis bisa dibuat untuk membuat kebijakan presisisi. 


Bayangkanlah. Ada 52 juta penerima bantuan sosial (bansos) yang ditengarai fiktif. Dari kasus itu bisa dihitung berapa potensi kerugian negara, mengingat satu orang bisa menerima Rp600 ribu. Bukan saja soal uang tetapi kalau data orang miskin saja fiktif lantas bagaimana perencanaan mengentaskan kemiskinan bisa dibuat dengan benar? Keterlaluan kan.


Dana desa itu sangat besar. Ratusan triliun setiap tahun. Tapi tahukah anda, data desa pun ada fiktifnya. Mendadak muncul desa desa baru terdata tapi tidak berpenghuni yang dapat transferan dana desa. Bayangkan aja. Bagaimana kita bisa mengelola desa sebagai front line pembangunan, kalau data jumlah desa ada yang fiktif. Apalagi bicara data tentang potensi desa dan growth secara data. Itu jelas kejauhan.


Kita tahu pertanian itu penting. Penting untuk ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat. Pemerintah gelontorkan dana subsidi tidak sedikit. Tetapi tahukah anda. Data penerima pupuk subsidi pun banyak yang fiktif. Dan fiktf itu dibayar. Makanya jangan kaget, kalau anggaran pertanian besar hasilnya minimalis. Ya karena data engga jelas. Jangan kaget perencanaan pertanian amburadul. Data produksi melimpah, nyatanya tetap aja impor.


Bahkan data claim BPJS Kesehatan oleh Ruma Sakit pun banyak yang fiktif. Menurut KPK sekitar 10% pengeluaran BPJS Kesehatan atau sekitar Rp. 20 triliun ditilep karena menegement data yang fraud. Nah bagaimana kita bisa Kelola program kesehatan dengan baik secara nasional kalau menegement data amburadul.  Padahal anggaran Kesehatan itu 10% dari APBN. Engga kecil.


Anggaran Pemilu dihitung dari jumlah Daftar pemilih tetap. Data kependudukan dari Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil ( Disdukcapil) tidak sama dengan data KPU. Padahal pendataan oleh Disdukcapil itu anggaranya dari negara dan begitu juga KPU. Bisa saja cara menghitung berbeda. Itu membuktikan menegement data amburadul dan boros. Hasilnya jelas tidak bisa presisi. Padahal data itu penting sekali. Maklum data penduduk adalah data pemilik negeri ini. Kalau data penduduk saja tidak jelas, memang tidak ada niat menjaga amanah.


Nah terakahir kita harus maklum bila system keamanan data pemerintah tidak secure. Karena memang pemerintah tidak peduli soal data. Sebelumnya Pusat Data Nasional dibobol dan kini data Dirjen Pajak pun dibobol. Padahal kunci menegement yang akuntable ada pada data. Kompetensi kepemimpinan bisa dilihat bagaimana dia peduli kepada system management data dan informasi. Keputusan dibuatnya bisa dikatakan 99% presisi kalau bedasarkan data valid. Kepemimpinannya efektif dan cepat melakukan eskalasi kinerja mencapai goal. 

No comments: