Wednesday, September 25, 2024

Hukum tegak di Singapore, kita miring.


 


Iswaran, tadinya Menteri Perhubungan Singapore. Di usianya 62 tahun dia harus berhadapan dengan kasus korupsi yang membelitnya. Kalau dibandingkan dengan kasus korupsi di Indonesia, tentu ukurannya hanya secuil. Dan lagi tuduhannya hanya gratifikasi senilai S$403.000. Bandingkan dengan Indonesia yang jumlahnya miliaran usd. Gratifikasi dianggap angin lalu. Walau sifatnya bukan delik aduan, namun KPK jadi bebek lumpuh mengusut gratifikasi.


Bersamanya taipan properti Ong Beng Seng. Iswaran mendapatkan gratifikasi dalam bentuk barang mewah termasuk  tiket pertunjukan musikal dan pertandingan sepak bola di Inggris. Iswaran juga dapat pinjaman privat jet dari Ong. Baik Iswaran maupun Ong akan berhadapan dengan hukuman.  Rencana tanggal 3 oktober akan diputuskan oleh pengadilan. Iswaran adalah menteri pertama yang terlibat dalam penyelidikan korupsi sejak 1986 ketika Menteri Pembangunan Nasional saat itu, Teh Cheang Wan, diselidiki karena menerima suap.


Kasus ini muncul di saat Perdana Menteri Lawrence Wong bersiap untuk memimpin Partai Aksi Rakyat yang unggul dalam Pemilu bulan Mei kemarin. Dia berjanji akan menjamin reputasi bersih pemerintahannya. Maklum satu satunya asset terbesar dan sangat bernilai bagi Singapore adalah sebagai negara yang punya integritas tinggi dan menjunjung tinggi kejujuran. Reputasi ini dibangun tidak mudah dan tentu tidak murah. Sebagai negara jasa, kalau hukum lemah, Singapore akan hancur ditinggalkan komunitas bisnis. Karena memang Singapore tidak punya apa apa kecuali Trust.


Demi ekspor dan devisa, kita telah menebang hutan dan menggerus tanah dan bukit Kalimantan dan Sumatera untuk komoditas batubara.  Telah mengektraksi nikel di Sulawesi. Mengexploitasi sumur minyak dan Gas. Telah menjadikan jutaan lahan untuk kebun sawit. Namun nilai ekspor kita kalah dengan Singapore, yang tidak punya SDA.  Nilai ekspor Singapore 3 kali lebih besar dari Indonesia. Dan Singapore masuk daftar negara kreditur nomor 1 Indonesia. Itu berkat reputasi hebat Singapore sebagai negara yang menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen.


Mengapa kita kalah jauh ekonominya dibandingkan dengan Singapore ? Kita memang kaya SDA, tapi elite dan penguasa kita miskin integritas dan kejujuran. Makanya dalam international trade, kita second class. Hanya ayam kampung yang berusaha jadi ayam merak. Namun selalu gagal karena kelakuan elite dan penguasa seperti monyet. Nah kalau ingin jadi negara punya martabat, pertama kali harus jadikan hukum sebagai panglima dan pastikan pemimpinnya amanah. Itu aja.

No comments: