Tuesday, March 18, 2025

IHSG bisa jatuh ke 3000

 





Kemarin melalui layar TV saya melihat anggota DPR datang tergopoh gopoh ke BEI. Mereka datang dengan tujuan memberikan dukungan kepada otoritas bursa untuk melakukan yang terbaik agar bisa mengatasi kejatuhan IHSG. Saya senyum aja. Ini pasar, bukan ranah politik. Kalau dikatakan karena factor eksternal ulah Om Trumps, nyatanya  bursa Asia semua biru. Mengingat fundamental bagus. Data emiten bagus. Inflasi rendah. Dan ekonomi kita tidak kontraksi. Tetap tumbuh. Kejatuhan bursa itu tidak rasional, kata anggota DPR. Apa iya ?


Masalahnya pemain pasar tidak selalu berpatokan dengan data publikasi resmi. Penurunan IHSG sudah berlangsung sejak minggu lalu. Namun kemarin sampai terjadi trading halt. Memang jatuh sangat dalam, sama seperti tahun 2020. Apa pasal? lelang SBN dimenangkan pemerintah dengan Yield 7% untuk tenor 10 tahun. Ini mendorong investor melakukan aksi jual saham dan pindah ke SBN. Dan lagi tingkat yield SBN Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Yield obligasi Singapore  2,72% dan Malaysia 3,796%. Dimana mana investor begitu. Selalu cari tempat yang menarik.


Tingginya Yield SBN tentu terkait dengan volatilitas IDR. Yang berkorelasi dengan Posisi Investasi International Indonesia. Selisih Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) dengan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) negative sebesar US$ 245,3 miliar. Sementara cash flow BI untuk melakukan intervensi pasar sangat ketat. SRBI jatuh tempo pada Mei, Juni, dan Juli 2025 yang masing-masing diperkirakan sebesar Rp 113,1 triliun, Rp 121,7 triliun, dan Rp 126,7 triliun. Artinya kalau BI turunkan suku bunga demi menyelamatkan Bursa, itu akan berdampak kepada capital outflow. Cash flow moneter terganggu. IDR akan semakin melemah. Dilema memang. 


Pertanyaannya adalah apakah Menteri keuangan tidak menyadari penawaran SBN dengan Yield tinggi itu akan berdampak kepada jatuhnya IHSG? Saya yakin paham sekali. Masalahnya ini soal pilihan yang harus diambil guna mengatasi cash flow APBN yang defisit. Dan bisa jadi pemerintah tidak membayangkan akan begitu dalam kejatuhan IHSG. Pemain pasar punya logika sendiri. Mereka bersikap atas release APBN januari dan Februari. Mengindikasikan defisit fiscal akan mendekati pagu utang yang ditetapkan oleh UU sebesar 3% dari PDB.


Menghadapi koreksi pasar, tidak bisa dengan retorika politik dan paparan angka fundamental ekonomi. Tetapi dengan kebijakan realistis dan rasional. Sampai hari ini tidak ada kebijakan pemerintah yang bisa menentramkan pasar dan memberikan confident. Yang ada justru menimbulkan kebingungan dan ketidak pastian…kalau keadaan ini terus berlanjut sampai juni. Bukan tidak mungkin IHSG akan jatuh ke 3000 dan IDR mencapai Rp. 20.000/USD. Kalau itu terjadi, perbankan akan runtuh akibat  NPL gigantik.

No comments: