Tuesday, March 25, 2025

Peran Dalio di Danantara?

 




Dalam satu rapat, dihadiri oleh Rajaratnam dari Galleon Group, Rajat Gupta, anggota dewan Goldman Sachs dan mantan Direktur Pelaksana McKinsey. Dalam rapat itu Rajaratnam dapat informasi dari Gupta bahwa Warren Buffett akan berinvestasi sebesar $5 miliar di Goldman Sachs untuk menstabilkan perusahaan selama krisis keuangan 2008–2009. Mengetahui hal ini sebelum masyarakat umum mengetahuinya, Galleon Group  membeli saham Goldman di bursa. Saat itu harga sedang jatuh. Dan setelah dipublikasikan. Harga melambung. Gelleon jual. Tentu dapat untung besar.


Apa yang dilakukan oleh Galleon Group adalah tipikal dari pengelola hedge Fund.  Mereka punya jaringan luas dan jago berkomunikasi dengan semua pihak. Memang salesman sejati. Mereka menawarkan produk investasi yang non structure kepada sophisticated investor. Walau dana Kelola itu non diskrisi namun investor mau saja.  Mengapa? Karena dijanjikan laba lebih tinggi dari rerata investasi di bank atau obligasi. Seperti kasus diatas. Galleon bisa memberikan laba besar kepada investor nya. Tentu para eksekutif dari Galleon juga ambil untung secara personal. 


Siapa yang tidak kenal dengan John Meriwether, trader hedge fund legendaris. Siapa yang tidak kenal dengan Myrn Scholes dan Robert Merton keduanya calon peraih hadiah noble bidang ekonomi, David Mullin mantan Vice Presiden The Fed. Nah nama besar inilah yang akhirnya menyeret mereka dalam skandal Long Term Capital Management (LTCM). Berawal karena kehebatan mereka create product hedge fund yang memanfaatkan peluang arbitrase di pasar suku bunga melalui pendekatan kuantitatif dan matematis murni. 


Bagaimana teknis nya? Tidak perlu tahu. Mereka menjaga kerahasiaan tentang metode dan posisinya. Bagaimanapun itu gambling.  Tetapi trader LTCM, dianggap jenius dalam matematika ekonomi. Apalagi platform trading mereka tampaknya mampu membuat mereka menang terus.  Makanya dipercaya investor. Bahkan bank bank terlibat membiayai trading LTCM. Total dana dikumpulkan lebih USD 1 trilion. Ternyata kehebatan matematika kuantitatif yang tadinya mendatangkan laba dengan mudah, mengubah orang jadi hedger. 


LTCM bertaruh pada pengembalian suku bunga obligasi ke normal pada akhir tahun 1998, tetapi krisis Asia menyebar ke Rusia. Pada akhir musim panas tahun 1998 Federasi Rusia alami default obligasi dan devaluasi mata uangnya, menyebabkan guncangan  pada pasar obligasi yang berjalan berlawanan arah dengan ekspektasi LTCM. Sudah bisa ditebak apa yang terjadi. Dana kelola LTCM runtuh dalam beberapa hari saja. Maklum leverage nya tinggi sekali.


Pengelola hedge fund selalu mengatakan too big to be fail. Mereka selalu yakin tidak pernah gagal. Kalaupun gagal, negara pasti bailout. Untuk menambah keyakinan investor,  mereka melibatkan tokoh legendaris sebagai endorsement. Selalu mengagungkan kehebatan hitungan matematika dan algoritma atau sains dalam memitigasi resiko masa depan. Nyatanya tetap saja itu rapuh dan menciptakan mega skandal. Dalam kasus LTCM, Menteri keuangan AS Robert Rubin mengundurkan diri. Dan pemerintah AS terpaksa bailout perbankan guna menghindari dampak sistemik.


Dari dua kasus diatas. Saya ingin mengatakan bahwa pengelola hedge fund tidak selalu buruk. Namun kalau aturan tidak diawasi ketat itu akan berbahaya. Apa aturan yang tidak tertulis bagi mereka.? Contoh, mereka tidak boleh diketahui mempunya akses langsung kepada informasi non publik. Karena mereka bisa gunakan informasi itu sebagai dasar create opportunity untuk take advantage bagi dirinya sendiri atau investor lain, semisal mennggerakan pasar SBN dan IDR, IHSG dan tentu menjatuhkannya.


Apa mungkin? Sangat mungkin. Dengan keahlian dan reputasinya,  Dalio bisa pengaruhi Executive BPI Danantara untuk berkonspirasi dapatkan keuntungan dalam trading. Misal mengabaikan visi misi Danantara dengan membujuk Eksekutif mengikuti strateginya. Caranya halus banget. Makanya sekelas Najib Razak bisa kena tipu dalam kasus IMD. Padahal melibatkan Goldman Sachs.  Makanya di China, Dalio tidak pernah punya akses resmi kepada pemerintah China, walau dia berteman dengan pejabat.


Sudah tabiat Pengelola hedge fund tidak pernah loyal dengan mitra dan clients. Bagi mereka, selagi tidak melanggar hukum material atau punya loophole menghidar dari hukum, ya mereka lakukan. Seperti menggunakan taktik manipulasi pasar, seperti “pump and dump”, menyebarkan rumor untuk menggerakkan harga saham, atau melakukan perdagangan algoritmik yang bisa mengguncang pasar. Banyak yang tidak transparan. Motive mereka cari laba sebesar besarnya dan semudah mungkin.


Saya tidak paranoid kepada Dalio yang sudah dapat kepercayaan dari pemerintah sebagai penasehat Danantara. Skill dan pengalaman serta reputasinya tidak perlu diragukan. Namun sebagaimana media asing seperti  Fortune, Reuter, Financial Time. yang juga mempertanyakan posisi Dalio di Danantara. Menurut saya,  Dalio akan menyulitkan kita dapatkan alternatif investor kecuali kita harus mengikuti platform Dalio untuk dapatkan investor. Itu artinya secara tidak langsung kita di leverage dia. Negeri sebesar ini tergantung dengan hedger.Too risky! 


Semoga menjadi pertimbangan Presiden. Saya ingin Indonesia maju dan saya mencintai negeri ini. Tentu saya ingin presiden saya sukses mengemban tugas dan sehat.


No comments: