Friday, April 29, 2022

Elon Musk ? Ilusi atau rasional

 





Eropa itu pernah gelap sekian abad. Apa pasal? kekuasaan berdasarkan agama. Raja berdaulat karena diendorsed oleh gereja. Sehingga setiap hari yang ada dalam persepsi rakyat bahwa raja itu wakil Tuhan. Patuh kepada Raja itu sama saja patuh kepada Tuhan. Setiap retorika Raja menjadi sebuah harapan. Bahkan orang siap bertempur dan mati dengan membawa bendera raja, dan dengan lantang berteriak “ Save then king “Namun faktanya tidak ada sepenuhnya untuk kepentingan rakyat. Itu hanya untuk kepentingan raja dan gereja. 


Sejak revolusi Perancis dan diperkenalkan republik.  Kekuasaan adalah juga akal sehat. Kebenaran dipertanyakan, dan diperdebatkan. Presiden  atau kekuasaan tidak bisa lagi bicara omong kosong. Semua terukur dan bisa dinilai secara terbuka. Sehebat apapun Winston Leonard Spencer Churchill membawa inggris menang dalam perang dunia kedua. Dalam pemilu berikutnya dia kalah. Apa pasal? semua orang tahu suksesnya adalah perjudian besar dengan mengorbankan rakyat. Padahal menurut rakyat, Churcill bisa menghindari perang. Dan rakyat menghukumnya dengan tidak memilihnya .


Apa yang saya uraikan tentang kekuasaan ala agama dan republik. Sebenarnya perbedaan nyata. Antara persepsi atas dasar imajiner dengan persepsi atas dasar rasional. Walau targetnya sama namun cara pendekatan berbeda dalam membenamkan persepsi. Memang agama lebih aman. Penguasa tidak perlu kawatir akan citranya. Karena ada gereja yang menjaganya. Tetapi republik perlu kawatir akan citrannya. Makanya perlu media massa dan corong influencer untuk mempertahankan citra penguasa. Bila perlu create story agar orang punya persepsi sama seperti yang diinginkan.


Dalam bisnis khususnya dalam kegiatan investtasi, tidak jauh berbeda dengan cara kekuasaan. Kalau anda masuk ke dalam bisnis yang sudah established di market, semua jadi mudah diukur, mudah dihitung. Sulit bagi anda mau create story tentang value bisnis. Contoh saham Astra, itu sudah jelas dari sejak produksi, rantai pasok dan pemasarannya. Naik turun saham hanya berdasarkan kebijakan pemerintah terhadap Loan to value  bank kepada konsumen. 


Karena sifatnya transfarance maka tidak menarik untuk memperkuat portfolio, apalagi untuk lindung nilai. Kan semua tahu, mengelola portfolio itu bukan sekedar kepit saham atau obligasi dengan berharap cross risk, tetapi yang penting adalah bisa dileverage dengan menciptakan produk investasi yang bisa sedot uang di market. Atau bisa juga dipakai untuk window dressing bagi perusahaan investasi atau Dapen yang sudah terlalu besar tekor. Makanya saham yang sudah established di market, volatile-nya rendah dan termasuk aman bagi investor fundandamental style, walau profit rendah dan likuiditas juga rendah.


Nah untuk investasi pada saham yang tidak bisa diukur, ya semacam IT , Technology dan penyedia sosial media, itu jadi grey area dan pasti tidak established. Market sangat volatile, Mengapa ? karena ukurannya future. “ Kalau, kalau kalau, kalau, nanti akan untung berlpat”. Walau jelas tidak pernah untung namun berkat kampanye membangun persepsi, orang ramai lupa akan “ kalau kalau kalau “ itu. Nah tanpa disadari orang ramai berkiblat kepada informasi lewat sosial media atau media mainstream. Lupa akan hitungan fundamental saham. 


Saham jenis ini. memang creatornya hebat. Mereka tidak lepas 100% tapi cukup secuil tapi marcap berlipat sudah terbentuk. Sehinga persepsi dengan kenyataan terbentuk walau, senyatanya itu semua ilusi lewat mekanisme market manipulation, insider trading, dan front running. Nah dengan marcab terbentuk. Maka emiten bisa dapatkan uang yang lebih besar lewat pasar uang. Misal mereka terbitkan bond lewat skema SBLOCs atau  securities-backed lines of credit dengan collateral saham mereka yang nilai sesuai harga pasar. Sehingga emiten mudah dapatkan dana besar dari market. Padahal semua tahu value saham itu bukan atas dasar fundamental tetapi persepsi ilusi belaka.


Tentu di era terbuka saat ini. Apapun tidak bisa disembunyikan. Sehingga ruang memilih selalu ada. Investor yang sudah established, mereka cenderung memilih akal sehat. Tetapi bagi investor yang labil, mereka cenderung memilih ilusi. Mengapa? karena secara akal sehat mereka tahu bahwa mereka tidak qualified sukses. Artinya,  berharap sukses dari llusi juga engga ada masalah. Sekeras bagaimanapun anda nasehati dia. Tidak akan didengar. Sama dengan orang yang sudah terkunci persepsinya dengan agama, tidak akan bisa dipengaruhi dengan akal sehat. 


Apa dampaknya? pasar modal dan uang jadi killing field bagi orang kaya tanggung dan berorientasi ilusi. Kerumunan orang banyak yang bego dan tinggi ngayal ini,  tentu dimanfaatkan orang kaya untuk bertambah kaya.


Contoh kasus Elon Musk

Sebagian besar orang mengenal Elon Musk. Sang miliarder nomor wahid. Tapi sebagian kecil yang pengalaman di pasar modal dan uang,  sepak terjang Elon Musk itu hanya disikapi dengan senyum aja. Berita media seperti sampah bagi mereka. Karena tahu, media massa hanya memberitakan seperti Elon Musk mau. Team kampanye Musk memang hebat membentuk persepsi market. Contoh sederhan saja Semua media massa mengumumkan bahwa Twitter sudah resmi diakuisisi oleh Elon Musk. Padahal itu baru LOI kepada otoritas bursa (SEC). Prosesnya masih panjang untuk sampai akuisisi. Setidaknya butuh waktu 6 bulan lagi.


Jadi siapa sih sebenarnya Elon Musk? Saya tidak akan menilai atas dasar suka tidak suka. Tetapi berdasarkan data fundamental Tesla saja. Elon Musk memulai bisnis sejak tahun 2002. Idenya sangat utopia. Yaitu mengubah peradaban umat manusia melalui produk-produknya, seperti mobil listrik , perjalanan ruang angkasa, dan sistem Hyperloop berkecepatan tinggi bawah tanah. Tetapi tahukah anda? sampai kini tidak ada satupun dia sukses. Satu satunya sukses dia adalah mempengaruhi orang percaya dengan mimpi dia. Dan orang membayar ilusi itu. Baik saya uraikan kegagalan dia.


Pertama. Sejak mobil listri diperkenalkan dan investor keluar uang untuk mimpinya. Dia selalu gagal berproduksi secara penuh sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Sehingga dikalangan trader di kenal “ deadduck”. Tahun 2017 dua eksekutif kuncinya mengundurkan diri. Pada bulan Maret 2017, seorang pengemudi Tesla tewas saat menguji coba Model X autopiloted, dampaknya menghancurkan setengah mobil. Kemudian pada bulan Mei, dua remaja tewas mengendarai  Tesla Model S karena baterainya terbakar setelah kecelakaan. 


Kecelakaan serupa merenggut seorang pengemudi dua bulan sebelumnya. Petugas pemadam kebakaran California melaporkan bahwa baterai Tesla terus menyala beberapa hari setelah kecelakaan itu. Kasusnya diselidiki oleh NTSB dan pengadilan sudah menghukum Tesla. Makanya, China sengaja undang Tesla berinvestasi,  bukan untuk transfer tekhnologi tetapi  sengaja mempermalukan AS bahwa Tesla hanya omong kosong. Tesla hanya bangun satu pabrik kecil di Shanghai, yang produksinya tidak lebih 2000 unit sebulan dan gagal masuk pasar China. Dari setengah juta unit penjualannya tidak pernah berhasil mencetak laba. Sementara marcab usd 800 miliar 


Kedua.  SpaceX - yang disebut-sebut Musk sebagai pengganti NASA dan menjajah Mars - telah gagal diluncurkan.  Begitu banyak roketnya yang terbakar atau jatuh sehingga Musk, untuk alasan yang tidak diketahui, membuat kesalahan besar. Dan investor masih aja percaya. Aneh.


Ketiga. Adapun Hyperloop itu, sebagian besar ahli mengatakan itu tidak mungkin dan terlalu bodoh untuk percaya. Apakah mungkin untuk membangun kereta Hyperloop di terowongan bawah tanah sepanjang 200 mil dengan waktu tempuh 29 menit untuk memindahkan orang atau barang.  Engga masuk akal. Tapi kadang aneh. Orang mau ambil resiko berinvestasi pada bisnis dengan konsep utopia.


Dengan tiga hal tersebut diatas, sudah jelas, membuat Elon Musk kehilangan alasan untuk terus menarik uang dari investor. Nah satu satunya jalan adalah memanfaatkan sentimen emosi pemakai Twitter yang jumlahnya ratusan juta diseluruh dunia lewat akuisisi dengan konsep “ kebebasan berbicara “. Konsep bisnis? exit plan? dari mana sumber dana ? gelap. 


Sebagai bahan pelajaran. Tahun 2018 pernah Elon Musk sesumbar lewat twit bahwa dia mau beli saham Tesla seharga $ 420 per saham. Kemudian Tesla akan dijadikan perusahaan tertutup. Akibat twitnya itu harga saham Tesla melambung. Nyatanya, dia memang tidak ada uang. SEC kenakan pasal penipuan kepada Elon Musk dengan denda sebesar USD 20 juta.


Di tengah upaya Elon Musk untuk akuisisi Twitter tanggal 27 april 2022, seorang hakim federal telah menolak permohonan Elon Musk untuk membatalkan kasus penipuan pada tahun 2018. Dengan ketegasan hakim ini berharap publik AS tidak lagi tertipu oleh rencana Elon Musk mau beli Tweeter. Tetapi Elon cuek aja. Mengapa ? di tengah gebyar berita tentang rencana beli Twitter itu, dia jual sahamnya di Tesla senilai USD 4 miliar. Dampaknya harga sahamnya jatuh 12%. Tujuannya tercapai dengan mudah. 


Kalau akhirnya Tesla bangkrut, maka akan menambah deretan skandal wallstreet seperti Enron, Lehman, Madoft dll. Pasti dampaknya sistemik. Mengapa ? korban terbesar adalah investor yang sebagian besar adalah dana pensiun dan yayasan amal. Jelas memaksa pemerintah AS bailout.


***


“ Gimana pendapat kamu soal akuisisi Twitter? Tanya saya kepada Yuni.


“ Ya, ini contoh dan fakta sederhana betapa rendahnya literasi publik tentang proses akuisisi. Orang hanya percaya apa kata media massa “ Elon Musk resmi beli Twitter”. Apalagi berita itu dari media sekelas CNBC. Selama beberapa hari berita mengulas tentang kehebatan elok dalam take over Twitter. Padahal proses untuk sampai closing itu tidak sederhana. 


“ Emang apa saja proses itu?


“ Uda ngetes yuni ya.”


“ Saya boss kamu. Jawab kalau saya tanya” Kata saya serius. Dia narik napas. “ Tadi aja barusan mesra, sekarang udah kencang lagi mukannya. Ya udah. Yuni jelasin.”


“ Apa ?


“ Pertama, LOI kepada perusahaan target. Mereka harus tahu alasan rasional mengapa berminat untuk akuisisi. Ingat, yang jadi target ini bukan perusahaan yang akan bangkrut atau gagal bayar utang. Ini perusahaan sehat. Biasanya mereka nilai apa dasar keputusan yang mau akuisisi itu. Apakah karena alasan sinergi dalam hal market atau tekhnologi atau alasan memperbaiki performance neraca, yang berujung peningkatan value.


Kalau alasan rasional itu tidak ada, pasti perusahaan target nolak. Kalau mereka setuju, belum tentu otoritas pengawas bursa setuju. Apalagi kedua belah pihak adalah perusahaan publik. Kalau alasan rasional ini bisa diterima. Masih perlu persetujuan pemegang saham pengendali. Ini juga tidak mudah. Apalagi pemegang saham pengendali investor kakap. Dia bisa kentuti LOI atau dicuekin aja. Kalau tender biding harus siap uang ditangan dan siap dibantai di bursa.


Kedua. Kalau LOI itu sudah diterima. Maka pihak perusahaan target ingin tahu kepastian dana dari pihak yang mau beli. Mereka ingin tahu darimana duitnya. Siapa lembaga yang mendukung. Kalau tidak pasti, ya mereka akan bilang sorry. Karena mereka tidak mau wasting time. Proses ini yang sangat kritis. Hal yang tersulit bagi pemain MA adalah menunjukan kesiapan uang sebelum dia dapatkan data lengkap dari perusahaan target. Nah ini sama saja dengan chicken and egg. Mana duluan tolar atau ayam. Makanya perlu shadow team dapatkan data itu.


Nah kalau sudah bisa buktikan kesiapan dana, maka barulah perusahaan target setuju membuka bajunya. Silahkan due diligent. Itupun harus ada kesepakatan rahasia ( A non-disclosure agreement ). Tidak boleh bocorkan informasi kepada pihak yang tidak berhak. Pihak target juga minta jaminan atas kegagalan transaksi. Gagal ini bukan hanya soal uang, tetapi bisa juga karena bocornya informasi sebelum tahap negosiasi harga.


Ketiga. Due diligent atau bedah isi perut perusahaan target. Semua aspek di periksa secara detail. BIasanya empat aspek, tekhnologi, management, financial dan market. Atas dasar due diligent ini maka outputnya adalah Confidential Information Memorandum (CIM). Nah kalau sudah jadi CIM , pihak yang beli harus bicara dengan investment banker. Kalau valuasi tidak layak, ya tidak dapat dukungan investor eksternal. Artinya akuisisi harus dari kantong atau kas sendiri. Kalau engga ada duit ya cuci muka aja.


Tahap keempat, Negosiasi. Biasanya diawali dengan MOU, ( nota kepahaman.). Kemudian Head of agreement ( Pokok pokok kesepakatan). Pada tahap HoA ini, uang sudah confirmed dan pihak target sudah serahkan semua documen persetujuan dari pemegang saham, direksi dan pemerintah. Berikutnya, barulah purchase agrement ( akad jual beli). Tahap akhirnya adalah financial closing. Perjanjian pembelian perusahaan sudah dibayar lunas. Begitu kan. Benar ya” Kata Yuni. Saya mengangguk.


“ Terus lanjut “ kata saya.


“ Soal Elon Musk itu, dia baru sebatas LOI, dan itu belum ada keputusan dari twiter untuk setuju atau tidak jual. Masih dianalisa dan dipelajari LOI itu. Ditanya uang ada engga? jawabnya berubah ubah terus dan tidak jelas. Tentu engga bisa masuk ke tahap berikutnya. Ya pasti belum ada CIM yang diajukan kepada invetment banker. Tapi dia sudah bicara depan umum bahwa sudah dapat dukungan dari investment banker untuk membiayai akuisisi itu. Bagi pemain MA, omongan itu sampah. Media massa yang memberitakan juga sampah.


Kalau alasan Elon bahwa twiter tidak mau membuka data bot dan spam, ya itu bukan artinya Twiter menolak. Karena memang proses akuisisi belum sampai pada tahap due diligent. Lah duitnya aja belum jelas” Kata Yuni tersenyum. “ Gimana uda, benar ya”


“ ya benar. Untuk ukuran anak SMA sudah benar. Pintar kamu


No comments: