Saturday, April 23, 2022

Rwanda membangun

 



Tahun 2018 saya bertemu dengan Kim pada kesempatan makan malam di gedung element, Kowloon, Hong Kong. Saya didampingi Wenny. Saya mendengar cerita soal rencana investasinya di Rwanda, Afrika. “ Ke mana pun kita pergi di Rwanda pasti ketemu orang China. Hampir semua  proyek strategis , kantor pemerintah dan infrastruktur pasti dibangun oeh Insinyur Cina. Kalau kamu mengemudi melalui Zona Ekonomi Khusus Kigali—kawasan perdagangan bebas di pinggiran ibu kota, itu modelnya benar benar copy paste dengan pembangunan Zhenzhen. Bahkan hampir semua orang terpelajar di Rwanda pasti bisa bahasa China.” Kata Kim. 


“Apa yang diharapkan China dari Rwanda? Itu negara terkurung daratan. Memiliki sedikit sumber daya alam, dan dengan populasi sekitar setengah populasi Beijing. Jadi target market produk China? kejauhan dech. “ Kata saya.


“ Saya akan jelaskan.  Tapi harus lihat dari sejarah. Rwanda, yang pernah tahun 1994 mengalami salah satu genosida terburuk dalam sejarah. Kini menjadi negara dengan ekonomi pertumbuhan tercepat di benua Afrika. Itu karena dari awal by design mereka mencontoh model pembangunan ekonomi di China Memang awalnya hampir 40% APBN mereka berasal dari China. Namun bantuan itu mereka manfaatkan dengan cerdas.” Kata Kim


“ Caranya ? 


“ Ya mereka menarik investor asing dengan menawarkan insentif pajak yang besar. Contoh investasi dibawah USD 10 juta bebas pajak penghasilan. Sedangkan perusahaan yang mengekspor setidaknya 50% barangnya hanya membayar pajak 15%. Izin mendirikan perusahaan hanya sehari. Mau asing atau lokal sama saja perlakuannya.


Nah China manfaatkan Rwanda sebagai hub untuk memasuki pasar Afrika dan mendapatkan pasokan SDA dari Afrika. Beberapa perusahaan Cina yang paling dominan di Afrika memulai usahanya di Rwanda seperti, Star Times, provider TV cable Cina, beroperasi tahun 2008. Sekarang bersaing dengan TV cable terbesar Afrika, DSTV, di 30 negara Afrika. Tecno Mobile, produsen ponsel China yang ponsel murahnya ada di mana-mana di seluruh benua, juga memilih Rwanda sebagai salah satu pasar paling awal.


Di zona ekonomi khusus Kigali, perusahaan Cina memproduksi pakaian, pembalut wanita, dan pintu kayu. Pusat teknologi pertanian yang didanai pemerintah China untuk memodernisasi petani Rwanda juga  berperan pesar membantu China ekspansi ke seluruh Afrika. Ya mereka gunakan perusahaan dengan hukum Rwanda untuk masuk ke Afrika. Cara smart China masuk tanpa ada beban politik.


Ditambah lagi pengusaha Rwanda itu memang jago marketing Dengan memanfaatkan hubungan bisnis dengan pengusaha pabrikan di China, mereka dapatkan barang dengan harga murah.    Mengapa ? Yang penting, selagi murah ya mereka beli. Soal kualitas tidak penting. Sementara barang Eropa, dan Jepang mahal. Mereka ogah beli. Kemudian mereka pasarkan  produk itu. Bukan hanya di Rwanda tetapi juga ke seluruh Afrika. Lambat laun mereka dirikan pabrik di Rwanda, bermitra dengan pengusaha China. Hampir semua produk di Afrika , 80 persen buatan China. Makanya wajar bila China muncul sebagai  investor terbesar di Rwanda.


Situasi itu dapat terlaksana bukan hanya soal perizinan yang cepat dan insentif pajak tetapi  kebijakan pemerintah Rwanda menyediakan  pusat layanan logistik untuk perdagangan dan bisnis China-Afrika. Perusahaan pelayaran Rwanda menawarkan layanan peti kemas ke pusat manufaktur China Guangzhou dan Yiwu. Juga sistem pembayaran ekspor dan import yang flexible. Trader dapat menggunakan layanan transfer uang instan untuk mengirim uang melalui platform populer China seperti WeChat dan AliPay, mengkonversi antara dolar, renminbi, dan franc Rwanda. Jadi kalau dianalogikan sama seperti kemajuan Singapore yang jadi Hub dengan memanfaatkan potensi Indonesia dan negara ASEAN lainnya.


Berdasarkan data antara tahun 1998 dan 2012 dari Kementerian Perdagangan China. Diantara 2.000 perusahaan China di 49 negara Afrika, sektor yang paling populer adalah manufaktur,  ritel dan jasa. Hanya sebagian kecil yang berbisnis sumber daya alam. Jadi sebenarnya China tidak masuk dengan motive aneksasi. Itu terjadi by nature aja. Kini China tidak lagi sebagai kreditur utama  Rwanda. China masuk urutan ke lima negara kreditur Rwanda. Artinya memang tidak ada deal China terhadap SDA lewat hutang.” Kata Kim menjelaskan panjang lebar.


“ Wah hebat ya. Tentu ada motif dasar Rwanda  begitu suka berhubungan dengan China “ Tanya saya. 


Wenny menjelaskan kepada saya. Tahun 1992 Rwanda menghadapi perang saudara. Konflik antara pemerintahan Presiden JuvĂ©nal Habyarimana dengan pemberontak dari Front Patriotik Rwanda. Konflik ini meletus pada 1 Oktober 1990 saat Front Patriotik Rwanda melancarkan serangannya dan berakhir pada 4 Agustus 1993 setelah ditandatanganinya Persetujuan Arusha yang membagi kekuasaan dalam pemerintahan. Namun, pembunuhan Habyarimana pada April 1994 memicu Genosida Rwanda yang menewaskan hingga 800.000 orang. 


Mengapa sampai terjadi Genosida? 


Sebenarnya itu karena politik kebencian atas dasar ras. Sudah berlangsung lama. Antar kelompok saling menghina dan menyindir. Dan ketika Habyarimana terbunuh, hoax beredar luas. Sehingga memicu dendam yang sudah terbentuk lama mejadi kemarahan. Antar penduduk saling bunuh. Setiap yang berbeda, mereka saling serang.  Keadaan cepat sekali jadi chaos. Sehingga tidak terkendali lagi. Akhirnya mendorong  Front Patriotik Rwanda melancarkan kembali serangannya, dan akhirnya mengambil alih seluruh Rwanda pada tahun 1993. 


China adalah negara asing pertama yang membuka kembali kedutaannya di Kigali setelah genosida tahun 1994. Walau China tahu, Rwanda masih menyimpan konfli dengan Pemerintahan Hutu dalam pengasingan, yang kemudian memicu perang Perang Kongo Pertama (1996–1997), yang kemudian berlanjut menjadi Perang Kongo Kedua (1998–2003). Namun tidak mengurangi keyakinan China untuk membantu Rwanda.


Tahun 1995, Rwanda mengirim delegasi ke China untuk mempelajari sistem ekonomi China. Belajar dari kemampuan China untuk mengatasi masa lalunya yang sulit—tahun-tahun perang saudara, kelaparan, kemiskinan, dan revolusi budaya yang fanatik. Kedekatan berlanjut: Anggota Front Patriotik Rwanda yang berkuasa pergi ke Beijing untuk mempelajari struktur kepemimpinan partai komunis China. 


Mereka memang tidak meniru China tetapi belajar dari cara berpikir China. Apa itu.? Mempersatukan bangsa lewat kinerja dan menghindarkan politik kebencian dengan memastikan negara hadir menjamin tidak terjadi polarisasi di tengah masyarakat. Kadang sikap keras pemerintah terhadap mereka yang meniupkan kebencian itu dianggap melanggar HAM. Tetapi Rwanda tidak peduli dengan standar barat soal HAM. Karena terjadinya genosida juga akibat politik adudomba barat juga. Mereka belajar dari pengalaman buruk masa lalu.


***

“ B, pertumbuhan pasar cabe sangat tinggi. Terutama kebutuhan pasokan industri. Produksi cabe China sudah tidak bisa lagi diandalkan memenuhi kebutuhan supply chain industri makanan“ kata Kim.  Saya perhatikan cara dia bicara dan saya candid. Baru tahu saya dia memang cantik. Tapi kurangnya dia memang tidak modis. 


“ Apa rencana kamu ?


“ B, saya sudah ajukan rencana ke SIDC untuk berinvestasi estate food di Rwanda, Afrika. Saya sudah dapat tawaran lahan dari pemerintah. Tapi SIDC menolak rencana itu. Justru bisnis cabe saya termasuk yang kena restruktur oleh SIDC. Masalahnya saya tidak ingin tergantung pasokan dari china saja. Harga dari petani terus naik. Maklum standar hidup petani terus meningkat. Tadinya harga beli cabe di subsidi oleh pemerintah tapi sekarang tidak ada lagi. Karena market sudah berkembang pesat. Petani punya bargain dihadapan market. “ 


“ So… “ kata saya melirik Wenny yang duduk disamping saya. 


“ Dia mau kerjasama dengan Yuan holding. Saya sudah pelajari semua aspek investasi. Sangat layak. “ kata Wenny. 


“ Sebelumnya saya sudah ajukan penawaran untuk akuisisi bisnis SIDC yang kerjasama dengan Kim. Management SIDC setuju. Saya cash out usd 50 juta. Jadi semua kontrak supply chain sause cabe SIDC di seluruh dunia , kini dikuasai Yuan Holding. Makanya saya setuju rencana Kim untun investasi kebun cabe di Rwanda, Afrika.” 


“ Ya udah kerjakanlah. Saya berdoa saja” kata saya kepada Wenny.  Saya senyum menatap Kim. “ semoga sukses. Kapan kamu menikah. “ Tanya saya. Kim tersenyum. “ engga kepikir menikah. “

Tahun 2020 , Kim mendirikan pabrik Chili powder di Rwanda. Tahun 2021 ekspor perdana ke China. Wenny dapatkan kontrak market 50,000 ton Chili powder. Hebat mereka. 


“ Kenapa engga invest di Indonesia?  Tanya saya ke Wenny. “ Ya saya sudah pikirkan itu. Di Afrika kita dapat tanah gratis. Izin seminggu jadi. Apa bisa Indonesia begitu ?


***

Usai makan malam. Saya termenung. Saya membayangkan nasip negeri saya. Betapa polarisasi politik sudah sangat mengkawatirkan. Antar kelompok saling menghujat dengan sebutan Cebong dan kadrun.  Apalagi dengan adanya sosial media, itu terus berdengung tiada henti. Para influencer terus memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan uang dari konten. Para politisi memanfaatkan ini untuk mendapat suara dalam pemilu. Sementara di tengah masyarakat sudah seperti api dalam sekam. Sedikit saja ada pemicu, chaos dan Genosida seperti Rwanda itu akan mudah terjadi. Bila terjadi, terjadilah. Semoga ini bisa disadari oleh kita semua.


No comments: