Pada tahun 1980an Deng melihat kehamparan gurun dan bukit yang ada di wilayah barat China.” Inilah yang akan menyulap China menjadi negara maju dan makmur. “ Kata Deng. Diatas hamparan wilayah itu tersimpan logam tanah jarang. Material ajaib yang diperlukan dalam lompatan tekhnologi elektromagnetik. Saat itu china masih belum mampu mengolahnya. Tapi Deng tak ingin sumber daya diserahkan ke asing atau di ekspor mentah. Para sarjana terbaik dikirim ke Amerika Serikat untuk belajar tentang tekhnologi material. Namun apa daya? Lab pengembangan riset Logam tanah jarang sudah ditutup oleh Amerika Serikat. Karena menganggap logam tanah jarang itu tidak layak di kembangkan.
Deng minta agar seluruh peneliti AS itu diboyong ke China. China berani bayar mahal dan para peneliti China tidak cemburu bila mereka digaji hanya 10% dari yang diterima peneliti asing. Sejak itu secara serius riset dilakukan oleh China Academy Science. Tahun 1990an China sudah berhasil mengekstrak logam tanah jarang khususnya yang sangat diperlukan untuk industri elektronik. Seperti lantanum (57), serium (58), neodymium (60), samarium (62), europium (63), terbium (65), dan disprosium (66). Tidak ada negara lain yang dapat bersaing dengan penambangan dan pemrosesan Cina yang berbiaya rendah.
SDA logam tanah jarang sepenuhnya dikuasai negara dan diolah oleh kemampuan negara sendiri tanpa melibatkan asing. Dengan demikian China bisa membatasi ekspor ekstrak logam tanah jarang. Mereka lebih utamakan untuk pasar domestik. Sebagai strategi mengembangkan industri hilir bidang Hitech, yang bisa menampung angkatan kerja luas dan membawa China melompat cepat menjadi negara maju dan terdepan bidang Hitech. Benarlah. Strategi ini jitu memaksa terjadinya gelombang relokasi industri hitech dari Eropa, Jepang, Korea, AS ke China. LG, Apple, Samsung, GE, Siemen dan lain lain pindahkan pabriknya ke China. Itu berlangsung sejak tahun 1990an sampai tahun 2000an.
Masarakat modern tidak bisa menghindar dari barang elektronik. Barang elektronik tanpa logam tanah jarang akan jadi barang kuno. Mengapa ? Logam tanah jarang mengandung sifat unik, termasuk tahan panas tinggi, magnet kuat, tinggi konduktivitas listrik, dan kilau yang tinggi. Sifat khusus ini membuatnya sangat cocok untuk digunakan dalam berbagai produk, termasuk ponsel, baterai, pengeras suara, lampu, magnet, processor dan bahkan turbin angin, alat tempur darat laut dan udara.
Permintaan logam tanah jarang diperkirakan akan terus meningkat, didorong oleh kemajuan tekhnologi elektronik. Misalnya, pada tahun 1998, telepon seluler, yang memiliki baterai yang membutuhkan unsur tanah jarang, digunakan oleh hanya 5,3% dari populasi global. Menurut data Industri Telekomunikasi Internasional. Pada tahun 2017, tingkat penetrasi ponsel di seluruh dunia telah mencapai 103,4% (melebihi 100% karena kepemilikan beberapa perangkat). 90% pasokan logam tanah jarang dunia dikuasai China. Survei Geologi AS memperkirakan produsen AS mengkonsumsi 11.000 ton elemen tanah jarang pada tahun 2017.
Tahun 2018, Rancangan Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional ditandatangani menjadi undang-undang pada Agustus. UU itu melarang Departemen Pertahanan AS (DoD) membeli magnet tanah jarang permanen yang dibuat di China setelah Desember 2018. Apa dampaknya ? AS berusaha mendapatkan logam tanah jarang dari Jepang. Namun mahal daripada buatan China. Sementara dalam negeri juga tidak cukup. Akhirnya AS tetap saja tergantung kepada China. Walau tarif pajak tinggi. Tidak ada pengaruh kepada China. Karena mereka tidak ada saingan.
Sejak bulan maret sampai Juni 2022, selama 3 bulan China lock down karena kebijakan zero COVID. Apa yang terjadi? industri otomatif kekurangan pasokan semikonduktor. Pabrik kendaraan di Jepang, Eropa dan AS terpaksa mengurangi kapasitasnya. Maklum semua kendaraan sekarang sudah menggunakan elektronik untuk alat kontrol mesin dan beragam fitur canggih . Nah bayangkan, kalau China embargo logam tanah jarang kepada negara maju. Semua industri hitech termasuk alat perang akan berhenti berproduksi..
Hikmah..
Sebelum tahun 1965, ada konsultan asing dari Amerika yang sudah membawa proposal yang berencana untuk melakukan penambangan di Papua. Namun Bung Karno kala itu hanya senyum-senyum sehingga konsultan asing akhirnya bertanya-tanya.
"Apakah Bapak setuju, kok keliatannya senyum-senyum saja. “
Bung Karno menjawab “ ya saya setuju tapi dua generasi yang akan datang, " .
Visi bung Karno kala itu “ Indonesia harus siap terlebih dulu sebelum diserahkan ke investastor asing untuk menggali yang ada di bumi Indonesia. Karena jika tidak begitu, Indonesia akan diatur oleh investor asing, bahkan dipermainkan oleh mereka.” Keteguhan sikap Bung Karno itu terbukti ketika ia turun dari tampuk kekuasaannya dimana tidak ada kekayaan alam Indonesia yang dijual kepada negara asing seperti sekarang ini.
Kehebatan China adalah kehebatan visi seorang Deng. Bahwa China tidak akan menjual SDA nya sebelum mereka mampu mengolahnya sendiri. Visi itu dipatuhi oleh presiden setelah Deng. Selama itu mereka pendam saja SDA nya. Mereka perbesar anggaran riset. Perbesar beasiswa bagi pelajar China untuk menimba ilmu ke luar negeri. Setelah mereka mampu mengolahnya sendiri dan kuasai tekhnologinya. SDA itu menjadi posisi tawar di hadapan negara lain. Apa ? Negara lain harus patuh dengan visi China terhadap SDA itu, yaitu untuk kepentingan domestik China. Itulah geopolitik China.
Berbeda dengan kita di Indonesia. Setelah Soekarno, tidak ada lagi pemimpin yang punya visi besar. Yang ada hanya visi seluas sempak saja. Tapi semua bernafsu pengen jadi presiden. Kita kehilangan nilai nilai lama sebagai bangsa besar. Karena para elite yang brengsek.
No comments:
Post a Comment