Sebelum mengulas PR Prabowo, ada baiknya mengucapkan Selamat kepada YMP Prabowo-Gibran. “Selamat menjadi pemimpin nasional. “ itu aja. Sebagai rakyat yang memilih dalam Pemilu, kesetian saya kepada peminpin atas dasar UU. Dan tentu saya akan melaksanakan tugas warga negara. Mendukung selagi benar dan kritik kalau dirasakan salah.
Ada tiga PR besar YMP Prabowo, yaitu Pembangunan manusia. Belanja APBN yang boros. Hutang. Baik saya akan mencoba mengingatkan dari sudut pandang saya. Tentu belum tentu benar. Mohon kalau ingin bantah sertakan data pendukung. Karena saya juga bicara atas data. Mari kita budayakan bicara atas dasar data bukan sekedar retorika yang bisa saja bias. Lanjut ke pokok bahasan.
Pembangunan manusia.
Selama 10 tahun kekuasaan Jokowi, APBN kita sangat ekspansive. Anggaran digelontorkan untuk sumber daya manusia mencapai Rp4.006,1 triliun. Menurut UNDP Tren index Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mengindikasi adanya kemajuan pembangunan yang tidak merata. Wilayah bagian barat dan timur Indonesia menunjukkan perbedaan mencolok dari sisi indeks pembangunan manusia. Hal ini menyebabkan adanya kelompok masyarakat miskin tertinggal, memperlebar ketimpangan, dan memicu polarisasi politik.
Saya tidak akan mengukur outcome dengan narasi politik anggaran. Tetapi dengan fakta soal Pendidikan. Karena ini berkorelasi dengan kemiskinan dan peluang makmur. Apalagi anggaran Pendidikan bagian terbesar dari anggaran pembangunan sumber daya manusia.
SDM kita yang bekerja lulusan SMU dan SLTP hanya 17,3 % dari jumlah populasi. Data per agustus 2023, Itu terdiri dari lulusan SMU berjumlah 28,33 juta orang. Lulusan SMP tercatat sebanyak 24,85 juta orang. Sementara jumlah Sarjana ada sebanyak 6,68% dari jumlah peduduk atau 17,93% dari populasi golden age. Berdasarkan data BPS pengangguran lulusan universitas naik dari 4,8% tahun 2022 menjadi 5,18% di tahun 2023. Artinya mayoritas SDM kita lulusan SD dan tidak pernah sekolah sama sekali.
Belanja APBN boros.
Tahun 2014 belanja APBN Rp. 1.777, Triliun. Tahun 2025 udah Rp. 3.621,3 triliun. Artinya meningkat pertumbuhan 6,83% pertahun. Dengan pertumbuhan tahunan PDB rata rata selama 10 tahun sebesar 5% something, artinya sulit dikatakan memenuhi standar quality of spending, dan sustainable financing. Seharusnya PDB diatas 7%. Mengapa? ya karena pemborosan. Itu bisa dilihat dari data ICOR 6,5. Padahal di era orde baru, sebelum krisis 1997, ICOR dikisaran 4. Kemudian di era Presiden SBY, ICOR dikisaran 5. Ini berkorelasi dengan Indek Korupsi (34) yang buruk.
Hutang.
Terhitung sejak tahun 2014, outstanding utang sebesar Rp2.608 triliun yang kemudian meningkat signifikan menjadi Rp. 8.641,93 triliun agustus 2024 atau meningkat 3,3 kali. Rata rata setiap tahun meningkat sebesar 31% atau diatas peningkatan belanja APBN sebesar 6,83%. Sementara utang Indonesia atau utang public? Rp15.867,59 triliun. Yaitu utang pemerintah ditambah dengan utang BUMN di luar sektor keuangan (nonfinancial public corporation) senilai Rp1.009,95 triliun. Utang BUMN sektor keuangan (financial public corporation) sebesar Rp6.593,49 triliun.
Nah berdasakan data tersebut, mari kita Analisa dengan alat analisis. Rasio utang pemerintah terhadap PDB sebear 39%. Artinya dari 100% PDB, lebih 1/3 berasal dari utang. Nah kalau pemerintah mengatakan dan mengakui hanya utang on balance sheet, itu memang masih aman. Di bawah pagu UU. Tetapi rasio utang Indonesia terhadap PDB sebesar 75,94%. Dimana 37% dalam kondisi off balance sheet. Itu Udah diatas 60% dari pagu UU. Engga bisa dikatakan aman. Karena bagaimanapun resiko utang off balance sheet akan menjadi tanggungan APBN. Belum lagi utang luar negeri yang mengkawatirkan.
Pesan kepada YMP Prabowo.
PR dibebankan ke pundak YMP sangat berat. Outstanding yang diwariskan oleh Jokowi sangat besar, terutama soal keadilan sosial. Sangking besarnya, tidak mudah mengatasinya. Karena ibarat kata orang pakai sarung. Tutup kepala dan tubuh, kaki dan sempak keliatan. Tutup kaki dan sempak, keliatan muka kurang gizi perut buncit. APBN defisit. Tanpa utang, pemerintah engga bisa kerja dan engga bisa bayar utang. Nambah utang, mandatory spending untuk bayar utang dan bunga semakin besar. Ruang fiscal semakin menyempit. Sementara mayoritas SDM hanya tamatan SD. Budaya korupsi sudah sangat buruk.
Memang berat beban Bapak YMP. Saran saya, pertama jaga Kesehatan. Engga usah blusukan. Fungsikan saja secara optimal peran kementrian dan Lembaga tinggi negara. Kedua. Jaga emosi dan pastikan dalam situasi apapun tetap berpikir positif. Perbanyak berdoa. Kami akan selalu membantu dengan doa dan kritik tentunya.
No comments:
Post a Comment