Monday, December 16, 2024

Ekonomi global suram, ekonomi kita kelabu

 





Ale, mengapa baik presiden maupun Menteri selalu bicara dengan nada kawatir terhadap ekonomi global. Dan diujung kekawatiran itu ada pesan bahwa saat sekarang ekonomi Indonesia masih tumbuh. Tetapi tidak mengurangi kesan engga ada hope. “ Tanya Ira.


China sedang membalik arah kapal besar ekonominya dari outward looking policy ke inward looking policy. Focus kepada pertumbuhan inklusif. Makanya  struktur ekonomi juga berubah. Dalam proses itu wajar kalau terjadi goncangan. Krisis property dan surat utang daerah terjadi. Sudah 2 tahun berlangsung sampai kini masih dalam proses recovery. Bulan lalu China sudah keluarkan dana stimulus sebesar Rp. 20.000 triliun. Dan sebentar lagi akan keluar lagi dana stimulus jilid 2 dalam bentuk devaluasi mata uang yuan. 


Tentu ini berdampak serius terhadap ekonomi negara mitra dagang China. Terutama Indonesia.  Mata uang yuan melemah akan membuat barang impor jadi mahal di Cina. Dan ini akan berdampak menurunnya harga dan permintaan atas komodiitas ekspor kita. Sementara 100% ekspor nikel dan 80% ekspor batubara ke China. Dua komoditi itu sangat penting menopang kekuatan devisa dan penyumbang surplus neraca perdagangan Indonesia. 


China sampai 5 tahun kedepan akan tetap focus kepada inward looking policy. Pertumbuhan yang beberapa decade dipicu ekspor, akan berubah kepasar domestic. Tentu berdampak kepada Indonesia. Selama 55 bulan trend surplus neraca perdagangan menurun. Data dari tahun 2022, batubara dan nikel terus menurun baik harga maupun volume eksport nya. Belum lagi supply chain industry dalam negeri banyak bergantung kepada China. Nilai impor akan meningkat. Surplus neraca perdagangan kita terancam.Fundamental ekonomi kita berderak. Kurs IDR akan terus terdepresiasi. 


Sama hal dengan AS. Focus kepada inward looking policy. Yang ditandai dengan kebijakan proteksionisme market. Dampak perubahan ini sangat sistemik terhadap perekonomian AS dari sebelumnya. Tentu berdampak luas kepada negara lain. Maklum AS tetap ekonomi nomor 1 dunia yang USD menjadi magnitude pertumbuhan dunia. Kurs USD akan terus menguat. Sehingga the Fed rate tidak lagi berpengaruh terhadap arus modal. Tetapi motive safe haven. Ini alarm akan terjadinya capital outflow bagi negara emerging market seperti Indonesia. Keruntuhan ekonomi hanya masalah waktu.


Kalau AS dan China menerapkan inward looking policy, mengapa kita tidak lakukan hal yang sama, kata Ira berusaha mencari solusi terhadap fenomena ekonomi global.AS dan China punya financial resource yang besar dan itu karena power ekonomi mereka juga besar. ibarat kapal besar, power mesin kapal mereka sangat besar. Kalau melakukan manuver tidak beresiko tenggelam walau tentu ada goncangan.


Lah, Indonesia?. Kapal besar, mesin kapal kecil. Mesin tempel. Kalau lakukan manuver, ya tenggelam. Kewajiban valas kita itu jauh lebih besar daripada asset valas kita. Selisihnya sebesar USD 274 miliar pada kwartal III tahun ini. USD 50 miliar aja capital outflow, rupiah jadi tissue toilet. Solusi sulit untuk diterapkan. Karena ekonomi Indonesia terjebak hutang. Hutang luar negeri saja sudah diatas 30% dari PDB. Belum lagi sebagian besar supply chain industri dari luar negeri.  Demikian penjelasan saya. 


Artinya, tahun depan dan tahun tahun berikutnya ekonomi Indonesia akan stuck dan bisa jadi kontraksi. Ini akan berlangsung lama. Ramalan JP Morgan, tahun depan IHSG akan akan drop dibawah 7000. Apa jadinya kalau stabilitas politik tidak konduksif karena dipicu oleh kelas menengah yang marah akibat bokek! … Ira tidak bisa melanjutkan kata katanya. Dia tahu bukan pemerintah tidak menyadari resiko tapi ibarat orang terlilit hutang memang jadi bego dan irasional bersikap. Saya ikut berempati. Tapi hanya empati doang dan tentu berdoa agar Indonesia baik baik saja.

Saturday, December 7, 2024

Pasar distrust kepada pemerintah.

 




Kalau anda baca berita tentang kurs rupiah. Lucu. Kadang beritanya, dollar mengganas, rupiah terkapar, rupiah perkasa, rupiah terlemah di asia.  Dari hari ke hari beritanya seperti drama sabun. Itu biasa saja. Karena menggambarkan situasi kurs yang volatile dari hari ke hari, tahun ke tahun. Tetapi kalau anda melihat trend kurs dari tahun 2013 sampai kini, itu trend nya melemah atau terdepresiasi.


Uang itu sudah seperti komoditas, dan memang komoditas. Ia diperdagangkan di pasar. Namanya market tentu berlaku hukum  demand and supply. Faktor yang mempengaruhi demand and supply itu bersifat kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif itu tentu bisa dihitung dengan demand valas untuk belanja impor, investasi di luar negeri, bayar utang luar negeri, capital outflow. Dari sisi supply dihitung dari penerimaan devisa valas, capital inflow, utang luar negeri ( SUN Valas dan SRBI).


Namun yang kualitatif sulit di hitung. Karena ini berkaitan dengan trust. Misal, menurut OJK, system perbankan kita sangat kokoh. Karena capital adequacy ratio ( CAR) sebesar 26,69%  ( agustus 2024. ). Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 25,40% pada september 2024. Duit banyak, tapi suku bunga kredit perbankan tinggi ( rata rata diatas 9%, bahkan ada yang diatas 10%. ). Padahal kan engga semua penyaluran kredit berasal dari DPK, ada juga dari modal disetor. Seharusnya bunga rendah. Jangan jangan semua disedot SBN dan bank hidup dari Repo dengan BI. 


Data fundamental ekonomi kuat. Cadev kita besar dan prospek penerimaan devisa dari ekspor cerah. Sekian tahun mencatat surplus. Tetapi mengapa bunga SRBI tinggi diatas 7%. Mengapa yield SUN mendekati 7%. Tertinggi di ASEAN. Data bias ini menimbulkan distrust terhadap rupiah.


Distrust ini bisa dirasakan langsung. Misal, pemerintah keluarkan aturan DHE ( Devisa Hasil Ekspor ) harus parkir di Indonesia minimal sekian waktu. Itu membuktikan bahwa dunia usaha tidak sepenuhnya percaya kepada pemerintah. Mengapa?. Ya kalau memang trust negara itu tinggi, kan engga perlu ada aturan mengenai DHE. Berkali kali aturan itu diubah. Orang tetap tidak peduli. Parkir aja terus.


Bukan hanya pengusaha. Para koruptor juga tidak percaya. Uang suap atau komisi lebih sering  menggunakan valas. Itu membuktikan pejabat pemerintah sendiri tidak percaya dengan rupiah. Karena mereka sadar bahwa system menoter negara kita itu rapuh. Tentu mereka tidak aman simpan uang rupiah. 


Kalau dunia usaha dan pejabat sendiri tidak percaya kepada IDR, apalagi asing. Kalaupun mereka percaya, itu bukan karena trust yang tercermin dengan rendahnya suku bunga SRBI, tetapi karena bunga tinggi dan bersifat jangka pendek. Deposit on call. Kapan saja mereka bisa out. Mengapa ? ya mereka selalu berjaga jaga dari kemungkinan jatuhnya IDR. Sedikit aja ada sentimen negatif ya mereka pindahkan uangnya ke valas. Persepsi ini sudah terbentuk sedemikian rupa bagi mereka yang berduit.


Nah karena trust itu bersifat kapitalis, maka jangan kaget terbentuk bisnis moneter ( asset financial). " Daripada invest di pabrik, mending beli SRBI yang bunganya diatas 7%. Bisnis real belum tentu dapat net profit segitu. Bagi perbankan, daripada beri kredit yang pasti beresiko, mending beli SBN yang bunganya 6%. Lumayan dapat spread 2% dari bunga deposito. " Kata teman. Akibatnya, orang kaya semakin kaya. Dan orang miskin semakin miskin. Karena putaran uang lebih banyak di moneter daripada di sector real.


Dari uraian diatas, kita bisa pahami dengan sederhana. Bahwa tidak mungkin bisni non rent ( tradable) bisa tumbuh berkelanjutan. Karena IDR  sebagai alat investasi semakin tidak diminati. Kalaupun diminati, cost of fund sudah mahal.  Tentu berimplikasi kepada business model. Ya hanya bisnis rente yang diminati. Yang bisa cuan diatas 10% seperti ekstraksi SDA. Tapi  tidak berdampak significant terhadap penyerapan Angkatan kerja dan tentu  beresiko terhadap kerusakan lingkungan. State capture semakin dapat ruang. Ambisi petumbuhan ekonomi 8% itu terlalu tinggi ngayalnya. Mari focus kepada petumbuhan berkeadilan.


***

Bagi pemain pasar uang. Kondisi negara yang kurs nya stabil, engga menarik untuk medan main. Itu artinya volatilitas nya rendah. Dapat cuan sedikit. Tapi bagi negara yang volatilitas nya tinggi, menarik. Mudah dapat cuan gede. Negara yang volatilitas tinggi itu seperti Brazil, Argentina, Indonesia, Turki, Afrika Selatan dan lain lain , ya yang termasuk dalam emerging market.


Ciri khas negara berkembang atau emerging market adalah negara yang memilih pasar uang sebagai sumber pembiayaan menutupi defisit APBN nya. Mengapa? Kalau negara berhutang lewat pasar uang, bunga relative rendah dan tidak ada politik. Dana utang  itu bisa digunakan untuk mendongkrakt fiskalnya. Memacu pertumbuhan.


Faktanya tidak ada satupun negara berkembang yang bisa sustain dan inklusif pertumbuhan ekonominya karena menerbitkan surat utang. Malah negara tersebut terjebak dalam instabilitas mata uang. Operasi moneter menjaga stabilitas kurs ongkosnya jauh lebih mahal dari bunga yang dibayar. Belum lagi semakin lama keseimbangan primer terancam. APBN defisit akibat beban bunga dan cicilan.


Contoh. Investor menjual SUN yang dia pegang sebesar Rp. 100. Pada waktu bersamaan dia beli USD di pasar uang. Kurs IDR cenderung melemah akibatnya. Setelah kurs berada pada ambang bawah, BI pasti intervensi dengan menarik aliran modal lewat kenaikan suku bunga SRBI. Ya dia beli SRBI. Capital inflow terjadi. Rupiah menguat lagi.


Nah bayangkan. Dari melemah dan kemudian menguat lagi kurs. Bolak balik begitu aja.  Itu kan ada band  ( pita-jarak) nya. Diantara Atas -Bawah itu disebut band currency. Dari band itulah dia dapat cuan besar. Belum lagi dapat bunga tinggi dari SRBI. Mengapa semudah itu? Dia udah hitung dampak kurs akibat capital outflow. Dia juga tahu titik keseimbangan pada kurs berapa terjadi. Jadi kesimpulannya, menguat dan melemah kurs itu memang permainan dari pemain hedge fund, untuk dapat uang mudah. Kas negara digergaji. Dampak significant dari debt trap.


Thursday, November 28, 2024

Pajak dan keadilan

 




Kemarin saya ketemu denga Ira. Korea udah turunkan suku bunga acuan jadi 3%. Kata Ira. Saya mengatakan bahwa Korea itu kan negara industry yang bergantung kepada ekspor. Disisi lain banyak negara mitra dagangnya melakukan kebijakan proteksionisme tarif bea masuk. Barang ekpor Korea jadi mahal. Nah dengan penurunan suku bunga, cost of fund industri jadi turun. Mereka tetap bisa kompit walau laba menurun. 


Kenapa bertolak belakang dengan kebijakan ekonomi kita, yang tetap pertahankan suku bunga tinggi dan pertumbuhan diatas 5%?  Tanya Ira. Indonesia itu kewajiban financial luar negeri nya lebih besar daripada asset financial luar negeri. Kata saya. Kewajiban financial luar negeri itu kan kepemilikan asing. Kapan saja bisa kabur kalau suku bunga rendah. Nah jeleknya Indonesia itu, kalau asing hengkang, pemilik asset  orang Indonesia ikutan kabur. Kan bisa chaos ekonomi.IDR bisa tumbang.


Kan Cadev kita besar. USD 150 miliar. Apa kurang ? tanya Ira. saya katakan bahwa kewajiban financial luar negeri kita itu diatas USD 700 miliar. Sekitar SD 150 miliar, itu hot money. Kapan aja bisa hengkang. Sementara  cadangan devisa kita sebesar USD 150 miliar. Itu engga ada arti. Apalagi dari USD 150 miliar cadev itu engga semua cash.  10% aja dari USD 700 miliar hengkang. Bubar kita. 


Jadi yang membuat kita beda dengan Korea karena hutang. Bukankah Korea juga berhutang? Debt to PDB Korea 52%. Lebih besar dari Indonesia. Kata ira. Saya katakan, benar. Tapi asset financial luar negeri punya swasta/BUMN korea itu besar sekali. Maklum sebagian besar PDB mereka disumbang oleh ekspor. Kalaupun ada asset milik asing tetapi itu sebagian besar FDI, bukan surat utang. Jadi resiko capital outflow rendah. 


Kebijakan korea menurunkan suku bunga itu sebagai respon terhadap menurunnya permintaan ekspor. Itu makes sense. Ira menyimpulkan. Terus,  kenapa proyeksi pertumbuhan Ekonomi juga diturunkan. Dari 2% ke 1,9%. Kan bisa berdampak kepada ekonomi domestic. Saya katakan, pertumbuhan ekonomi turun karena pemerintah memberikan insentif pajak kepada rakyat. Tapi dampaknya karena itu daya beli rakyat meningkat atau dipertahankan. Pasar property bisa bangkit lagi. Nanti setelah keadaan ekonomi pulih, ya insentif pajak tidak ada lagi. Rakyat udah tajir, ya bayar dong pajak tinggi.


Artinya disaat krisis, pemerintah justru berkorban lewat insentif pajak, bukan  bansos seperti kita. Kata Ira. Saya katakan. Pajak itu kan instrument  keadilan bagi semua. Beda dengan bansos. Bansos itu sejatinya distorsi ekonomi pasar. Karena hanya menyasar kepada golongan tertentu. Kebijakan ekonomi yang sehat secara akal adalah lewat pajak. Kalau daya beli turun, ya insentif pajak diberikan. Kalau daya beli meningkat, insentif pajak tidak ada.  


Dalam konteks pajak kenapa pemerintah kita tidak terapkan seperti Korea. Tanya Ira. Ya engga mungkin Indonesia bisa terapkan. Karena APBN kita terjebak hutang. Walau debt to PDB kita 40%, tetapi debt service ratio kita tinggi. Lebih 1/3 APBN habis untuk bayar bunga dan cicilan utang. Hampir ¼ dari ekspor kita untuk bayar utang luar negeri. Kalau kita turunkan pertumbuhan ekonomi, pajak akan drop, ya SBN kita jadi tissue toilet. kata saya. 


Bagaimanapun APBN harus ekspansif, harus terus dipompa tinggi walau harus lewat berhutang. Itu prinsip pemerintah kita. Ira menyimpulkan. Mengapa kita terjebak hutang? Lanjutnya. Ya karena pendapatan pajak rendah. Tax ratio dibawah 10% dari PDB. Bandingkan dengan Korea yang tax ratio 30% dari PDB. Makanya DSR mereka rendah hanya 14% dan tidak mengalami debt trap. Jadi walau proyeksi pertumbuhan diturunkan, engga ngaruh amat terhadap fundamnetalnya. 


Jadi apa masalah sebenarnya dengan bangsa kita ini Ale? Tanya Ira. Saya tidak mau jawab. Itu pertanyaan yang jawabannya sudah tahu sama tahu, terutama kaum terpelajar dan akademisi. Elite kita itu low class. Bukan hanya soal kompetensi yang low class , juga termasuk moral rendah banget. Doyan banget korupsi dan berbohong lewat pecitraan. Itu aja.

Tuesday, November 12, 2024

Big Corp dibalik Progam minum susu

 



Susu sapi perah dibanyak negara dilarang dijual langsung ke kapada konsumen dalam keadaan mentah. Tanpa melalui proses pasteurisasi, susu mentah mempunyai risiko lebih tinggi menyebabkan penyakit bawaan makanan.  Karenanya susu perah peternak memang market utamanya adalah industry pengolahan susu. Dari Industri pengolahan ( industry dairy ) ini dihasilkan beragam susu yang ada di pasar seperti susu dipasteurisasi, susu ultra filter, susu UHT, susu bubuk.


Data tahun 2020 kebutuhan bahan baku susu industri dalam negeri sebanyak 3,85 juta ton (setara susu segar). Sementara, pasokan susu lokal hanya mampu memenuhi sebanyak 850 ribu ton. Adapun susu segar diimpor dari berbagai negara dalam bentuk skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, buttermilk, serta whey. 


Anda pasti sudah sangat akrab dengan susu Milo dan susu Dancow. Semuanya merupakan brand dari sebuah perusahaan besar Nestlé. Nestlé adalah perusahaan makanan dan minuman asal Swiss. Susu Bendera merek susu Indonesia. Namun tak banyak yang tahu bahwa PT Frisian Flag Indonesia (FFI), selaku perusahaan yang memproduksi, ternyata masih bernaung di bawah Friesland Campina yang didirikan di Belanda sejak tahun 1922. 


Saat sekarang ada 10 pemain top dunia dalam industry dairy. Disamping Nestle dan Friesland Campina, ada Lactalis (Prancis), Danone (Prancis), Dairy Farmers of America, Grup Yili (Tiongkok), Fonterra (Selandia Baru) Mengniu (Tiongkok), Arla Foods (Denmark/Swedia), Saputo Inc. (Kanada). Namun dari 10 itu, hanya AS dan China yang masuk 7 produsen susu sapi perah dunia. Sementara India, Brazil, Pakistan, Rusia, German tidak ada.


Hampir semua pabrik susu olahan yang ada di Indonesia dan negara manapun, pasti terafiliasi dengan 10 merek itu. Skema kerjasamanya seperti bisnis maklon. Mereka menjamin likuiditas, pasar dan tekhnologi. Seperti biasa. Mereka menekan ke bawah dan menjarah keatas. Artinya menekan peternak sebagai mitra dan menjual produknya dengan margin tinggi ke konsumen. Singkatnya mereka meciptakan ketergantungan.


Dalam skala global, Industry dairy beroperasi sudah seperti sindikat big farma. Mereka terhubung dalam kartel dan terlibat dalam lobi politik kelas dunia. Mereka tidak lagi lobi negara tetapi PBB, seperti WHO dan FAO. Misal, PP No. 28/2024 menyatakan bahwa setiap bayi berhak memperoleh air susu ibu (ASI) eksklusif sejak dilahirkan sampai usia bulan, kecuali atas indikasi medis. Pengecualian ini mengacu kepada the International Codeof Marketing of Breast-Milk Substitutes (WHO Code). Artinya, aturan tersebut mengakui bahwa susu formula dapat digunakan untuk menggantikan ASI. Confirmed.


FAO menetapkan standar gizi yang mengharuskan konsumsi susu dan WHO juga. Kemudian World Bank menjadikan aturan WHO dan FAO itu sebagai standar kepatuhan dalam memberikan pinjaman lunak. Seperti halnya program stunting  yang merekomendasikan susu formula kepada Balita stunting. Dan World bank memberikan pinjaman lunak kepada Indonesia ratusan juta dollar. Kemungkinan besar World Bank juga akan memberikan pinjaman lunak untuk makan siang bergizi, tentu menyertakan standar kepatuhan harus minum susu dan tentu juga impor nantinya.


Lebih 1 abad kartel Industri susu tidak tergoyahkan. Hanya sedikit terganggu dengan kehadiran China seperti merek Yili dan Mengniu, yang sudah merambah ke pasar premium di Eropa dan AS. Tahun 2016 Lu Xianfeng, mencaplok sebuah perusahaan peternakan sapi perah terbesar di Australia, Tasmanian Land Company (TLC). China merupakan produsen susu segar nomor 4 dunia. 


Jadi pemerintah harus smart. Jangan sampai nasip kita seperti bisnis pharmasi yang sampai sekarang dikuasai 90% oleh big pharma. 90% bahan baku obat kita impor. Pada 1997, impor bahan baku susu untuk industri dairy 40%. Sekarang sudah 80 persen impor. Hanya masalah waktu kalau tidak dibenahi peternakan sapi perah, bisa 100% kita impor. Caranya? Kita harus punya kemandirian dalam industry dairy. Hanya dengan cara itu kita bisa membela perternak sapi perah local. Dan itu kita punya modal besar untuk mencapainya. Karena pasar domestik besar.


Friday, November 8, 2024

Trump menang ekonomi indonesia terancam ?

 




Trumps ini latar belakangnya adalah pengusaha dan lahir dari keluarga konglo. Jadi dia lahir udah pakai dasi. Tentu dalam perjalanan hidupnya yang serba plamboyan, dia tidak perlu mikir dengan gaya acrobat nya. Toh jatuh juga, ada bapaknya yang akan angkat dia lagi. Watak seperti itulah yang membentuk dia sampai usia 70 lebih dan kini terpilih lagi sebagai presiden USA. Sebelumnya tahun 2021 dia gagal meraih kursi pada periode keduanya.


Paska kejatuhan Lehman, tahun 2008 AS tak henti struggle keluar dari pusaran krisis. Obama terpilih dengan harapan besar “ Yes! We can. “ Katanya. Orang punya harapan. Ternyata gagal juga. Tahun 2017. Trumps datang dengan gaya urakannya memperolok kaum politician istana gading. “ Make America Great again. “ Nyatanya makin keok dengan China. Publik marah. Dia gagal masuk putaran kedua presiden AS. Biden menggantikannya malah lebih buruk. Dan wajar kalau rakyat AS berkiblat lagi ke Trumps.


Apa sih program Ekonomi Trumps ?  Trumps akan memanfaatkan pasar domestic sebagai modal besar AS untuk tetap jadi pemimpin dunia. Tarif impor akan dia naik kan. Khusus barang dari China jadi 60%. Sementara non china 10%. Memang karena itu harga barang impor jadi mahal. Akan sulit bersaing dengan produksi dalam negeri. Dengan itu peluang bisnis domestik terbuka lebar, khususnya Industri. Jadi dia sebenarnya pemberontak system kapitalisme AS. Dia engga percaya dengan liberalisme. Dia hanya yakin AS bisa besar lagi apabila negara lead secara penuh dan market regulated


Pada waktu bersamaan Trumps lakukan pemotongan pajak korporate dan professional dari 21% menjadi 15%. Tentu ini akan mengurangi tax ratio dalam jangka pendek dan memperkecil ruang fiscal. Engga ada masalah.  Karena Trumps yakin, dengan pajak rendah akan menarik orang kaya untuk investasi di sector real terutama industry, dan menjadi magnit terjadinya relokasi industry dari Eropa, Jepang, Korea, bahkan China ke AS. Yang tentu akan menyerap angkatan kerja luas. Dengan strategi itu makanya kehadiran Trumps kembali ke panggung Pilpres AS mendapat dukungan para boss korporat dan dia menang mudah. 


Bagi financial player dan terutama kaum moneterisme jelas saja cara berpikir ekonomi Trumps ini mimpi buruk.  Karena dia tidak percaya dengan kebijakan moneter dan fiscal buka tutup likuiditas. Karena pada akhirnya membuat ketidak seimbangan antara fiskal dan moneter. Dia tidak percaya denga system itu yang katanya inflasi terkendali. Toh pada akirnya walau inflasi rendah tetap aja daya beli drop. 


Jadi jangan kaget bila di era Trumps akan terjadi tsunami moneter bagi negara berkembang. Kemarin The Fed turunkan suku bunga 0,25 bps. Itu akan jadi penurunan suku bunga terakhir. Selanjutnya suku bunga akan tetap tinggi. Mengapa ? The Fed harus kawal kebijakan trumps  yang dalam jangka pendek bersifat inflasi. Karena walau pajak turun, dia engga mau turunkan belanja APBN nya. Defisit akan melebar. Surat utang akan diproduksi terus agar capital inflow terjadi.


Dan bagi Trumps, kenaikan suku bunga ini akan jadi senjata geopolitik nya menekan negara yang tergabung dalam BRICS untuk balik lagi ke " konsesus Washington". Mengapa ? misal, Indonesia harus terus naikan suku bunga BI-rate diatas bunga the fed agar tidak terjadi capital outflow. Index USD akan semakin menguat. Sementara IDR akan terus melemah. Tentu akan semakin sulit bagi dunia usaha untuk ekspansi dan orang kaya lebih suka investasi SBN berbunga tinggi daripada bangun pabrik yang pasti tekor. Ya kita hanya punya dua plihan, “ Surrender or die “.


Tuesday, November 5, 2024

Apple minta bebas pajak 50 tahun ?

 




Kementerian Perindustrian (Kemenperin), bulan lalu memblokir izin penjualan Iphone 16 dengan alasan belum memenuhi persyaratan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sebesar 40% untuk ponsel cerdas dan tablet. Saya akan membahas ini dari sudut rasional Apple saja.


Business  Apple itu bukan pabrikasi, tetapi hanyalah design dan marketing. Mereka sendiri tidak punya pabrik. Yang produksi adalah pihak  Foundry, Media tech dan Foxconn ( Hon Hai Precision Industry Co., Ltd.). Foxconn adalah raksasa industry high tech dari Taiwan yang memproduksi semua produk merek Apple. Yang rumit dari industry smartphone ini adalah konten tekhnologi di dalamnya dan proses produksi. Apple tidak berdaya menentukan siapa yang akan jadi pemasoknya.


Jadi siapa yang menentukan ?. Foundry lah yang menentukan siapa yang qualified jadi mitra outsourcing OSAT ( Outsourced Semiconductor Assembly and Test). Saat sekarang top player OSAT adalah Walton Advanced Engineering, Amkor, TSHT, Chipbond, Signetics, Powertech Technology Inc, JECT, Hana Micron, Unisem, ChipMOS, UTAC, TFME, ASE Group, KYEC, SPIL. Tidak ada nama perusahaan Indonesia di daftar itu atau afiliate. 


Dan apple tidak mungkin mengubah bisnis model berbasis tekhnologi terdepan dari pesaingnya. Karena itulah keunggulannya. Terus mengapa Apple hanya bergantung kepada Foxconn ? ya untuk menjaga rahasia perusahaan, seperti kekayaan intelektual dan kontrol terhadap proses produksi. Jadi paham ya. Mengapa sulit bagi Apple bisa memenuhi local konten (TKDN) 40% yang ditetapkan oleh pemerintah.


Loh mengapa merek smartphone lainnya tidak ada masalah memenuhi TKDN 40%?  Kalau mau jujur tidak ada yang mencapai 40% TKDN. Mereka hanya manufaktur di Indonesia dengan supply chain impor. Bukan rahasia umum kalau semua main soal TKDN. Sementara Apple patuh dengan standar international terkait dengan good governance. Apple tidak bisa "main" seperti produsen hape lainnya. 


Dan lagi engga mudah jadi pemasok Apple. Teknologi hape merek lain tidak rumit. Beda jaun dengan Iphone produk Apple. Apa sih rumitnya ?  Misal, tingginya tingkat kompleksitas yang melekat pada desain layar. Tingkat keberhasilan untuk layar iPhone 6 yang berukuran 4,7 inci adalah sekitar 85% sedangkan untuk iPhone 6 Plus dengan layar 5,5 inci adalah sebesar 50-60%. Kalau perusahaan engga jago amat,  mana berani jadi supplier Apple. 


Yang saya tahu dari teman, udah lama Foxcon berusaha  menemukan mitra di Indonesia untuk jadi  pemasok. Namun gagal. Apa pasal ? Di Indonesia belum ada ekosistem bisnis  high tech yang melibatkan R&D. Semua hanya tukang jahit doang. Beda dengan Malaysia yang sudah sangat maju industry high tech nya. Apple tidak ada masalah invest di Malaysia. Padahal era Soeharto, Malaysia belajar dari Indonesia dalam membangun industry high tech.


Disamping itu, Apple adalah perusahaan yang sudah menerapkan ESG sangat ketat. Maklum dana investasi mereka berasal dari pasar uang dan pasar modal. Jadi kepatuhan terhadap ESG adalah keniscayaan. Nah menurut Apple, Indonesia itu tidak patuh terhadap ESG. Terbukti adanya kasus korupsi Timah dan rusaknya lingkungan penambangan nikel. Sementara salah satu material apple itu adalah timah dan nikel powder.


Nah kalau akhirnya Apple harus investasi di Indonesia sesuai dengan minimal local konten 40%, itu artinya Apple harus all out. Resiko tentu sangat besar, terutama dalam hal riset tekhnologi. Harus ada transfer tekhnologi ke perusahaan di Indonesia. Itu pasti sangat mahal. Kalau engga diberi insentif oleh pemerintah, misal bebas pajak 50 tahun,  ya mana mau mereka ambil resiko. Karena semua negara maju yang peduli kepada industrialisasi memberikan insentif bebas pajak kepada industry high tech yang lakukan riset.


Saya setuju dengan tekad pemerintah untuk konsisten terhadap TKDN, tetapi itu jangan hanya aturan doang. Harus pula disertai  dengan dukungan riset kepada industry high tech dalam negeri.  Agar kita bisa bersinergi dengan raksasa hich tech yang sudah jadi raja seperti SMC ( Taiwan Semiconductor Manufacturing Company ), Samsung, United Microelectronics Corporation ( UMC ), GlobalFoundries, Semiconductor Manufacturing International Corporation ( China). Kalau engga, aturan itu hanya jadi bahan ketawaan mereka.


Apple tidak akan tunduk begitu saja terhadap kebijakan TKDN, walau pasar domestic kita besar. Karena Apple tahu, konsumen iphone di Indonesia itu kelas menengah atas. Jumlahnya engga banyak. Mereka bisa terbang ke Singapore untuk beli hape. Kan hanya 1,5 jam penerbangan. Saran saya, lebih baik setujui aja proposal Apple untuk berinvestasi di Bandung. Walau itu hanya produksi casing dan accessories, engga apa. Kan bisa tampung angkatan kerja. Setidaknya yang kena PHK pabrik tekstil bisa kerja di sini. Setelah itu focus lah benahi ekositem industry high tech. Yuk, cerdas ya sayang. Udahan bego nya.