Wednesday, January 4, 2023

AS penentu bandul politik global.

 




Tadinya Amerika melakukan kebijakan luar negeri nya lewat hard power. Yaitu kebijakan mengandalkan kepada kemampuan mesin perangnya. Itu sudah dibuktikan di negara lain seperti Iran, Irak dan Timur tengah dan Amerika latin. Tapi apa hasilnya? tidak menghasilkan apapun. Bahkan kerugian besar bagi AS. Mesin perang memang mudah memenangkan pertempuran tapi tidak pernah memenangkan perang. Paham nasionalisme terlalu kuat untuk bisa dilemahkan secara militer, apalagi ditundukkan. Sampai kini semua negara yang tadinya pernah merasakan bombadir AS seperti Vietnam, Suriah, Irak, Iran, Afganistan tetap tegak sebagai bangsa berdaulat. Sementara AS kehilangan prajurit tidak sedikit dan korban uang triliunan dollar. 


Berangkat dengan kebijakan yang gagal itu, kemudian AS menerapkan kebijakan soft power. Apa itu Soft Power ? Soft power adalah penggunaan daya tarik dan persuasi. Dalam bentuk apa ? ya dalam bentuk kebijakan strategis yang berkaitan dengan geopolitk global. Dalam hal ini adalah nilai nilai demokrasi dan kelembagaan international seperti BIS, WTO, PBB, IMF, WHO dll. Soft power ini sebagai sebuah konsep memang menjadi wacana politik populer sejak  diciptakan oleh Joseph Nye dari Harvard. Untuk lebih jelas bisa baca buku " Soft Power and US Foreign Policy: Theoretical, Historical and Contemporary Perspectives (Routledge Studies in US Foreign Policy)"  oleh Inderjeet Parmar dan  Michael Cox.


Nah saat krisis global tahun 2008, AS menggunakan softpower dalam bentuk kebijakan moneter global. Mengapa? AS penguasa mata uang USD. Baca dech buku "The Lords of Easy Money"  yang ditulis Christopher Leonard. Di buku itu anda bisa paham bagaimana kuat ( culasnya ) AS mengelola moneternya. Negara lain bisa saja kuat tapi tidak ada yang bisa bertahan dalam keadaan ketidak seimbangan pasokan dollar dan mata uang lokal. Sekuat apapun rezim, dia akan dijatuhkan oleh rakyat apabila gagal mengendalikan keseimbangan kurs. Karena implikasinya terhadap ekonomi luas sekali. Sistemik.! Saya akan bahas softpower AS dalam bidang moneter.


Untuk menjaga keseimbangan pasokan dollar dan mata uang lokal, AS memberikan fasilitas kepada negara yang dianggapnya patuh dan loyal. Tentu hanya China dan Rusia yang tidak tergantung kepada fasiltas moneter AS. Ada dua jenis fasilitas itu, yaitu Fasilitas FX Swap dan Repo FIMA. Baik saya jelaskan secara sederhana kedua fasilitas ini.


Fasilitas FX Swap.  Kalau negara lain kurang pasok dollar, maka mereka bisa mencetak uangnya  sendiri dan uang itu dijadikan jaminan untuk mereka dapatkan pasokan dollar dari AS. Jadi semacam barter. Tentu dengan suku bunga yang ditetapkan AS. Nah oleh bank centeral negara bersangkutan, USD itu disalurkan oleh lewat operasi pasar uang dengan mengatur volatile kurs dan suku bunga. Sehingga keseimbangan terjadi. Ekonomi bergerak lagi.


Fasilitas Repo FIMA. Fasilitas ini diberikan oleh Foreign and International Monetary Authorities. Gimana konkretnya ? Negara yang butuh dollar, dapat menjadikan cadangan devisanya sebagai collateral untuk dapatkan pasokan dollar dari FIMA-AS. Nah karena cadangan devisa itu dalam bentuk instrument pasar uang, maka saat mengembalikan pinjaman harus menebus collateral ( repo) itu seharga yang ditentukan di depan. Jadi dengan skema ini, bank cetral bisa dapatkan pasokan dollar tanpa harus menjual cadangan devisanya. 


Dengan dua skema ini maka, rezim akan aman dari ketidak seimbangan valas dan mata uang lokal. Mereka bisa terus kelola negaranya dan ditengah resesi ekonominya tetap sehat walau GINI Rasio tinggi dan Ease of doing business (EODB) index yang buruk, Index corruption yang buruk, Index competitive yang rendah. Semakin besar ketergantungan negara kepada fasilitas moneter AS ini, semakin besar negara tersebut patuh kepada AS. Contoh. tahun 2020 BI dapat fasilitas Repo line USD 60 miliar dari FIMA. Kalau fasilitas ini dicabut  oleh AS, kurs bisa terjun bebas dan pemerintahan jatuh. 


Jadi jangan anggap enteng Anies Baswedan. Karena hanya dia Balon Presiden yang tidak dalam posisi sebagai pejabat negara yang diundang makan oleh Dubes AS. Dan itu dilakukan di Bali saat G20. Show of force kepada dunia dan politisi  dalam negeri. Proses politik Anies menuju Ri-1 memang tidak mudah. Tapi dia tidak sendirian. Dalam konstelasi global proses politik di Indonesia itu menjadi sangat serius bagi China dan Rusia.

No comments: