Monday, January 30, 2023

Penentu politik dan kekuasaan : Uang.

 



Setelah AS memenangkan perang dunia ke dua. Mereka sudah persiapkan grand design kemenangan yang lebih besar. Apa itu ? menguasai dunia. Mereka gunakan nasional demokrat sebagai internationalisasi idiologi. Ini tentu berkaitan dengan misi kapitalisme global. Makanya dari awal AS sudah persiapkan hegemoni kelembagaan dengan memprakarsai terbentuknya PBB. Kemudian, dibentuk pula IMF dan World bank. Pada dua lembaga itu AS pemegang saham mayoritas. Dengan pegang kendali lembaga keuangan multilateral itu, AS menjadi pengendali jantung kekuasaan dunia.


Belum cukup, menjelang tahun 70 an, AS menggagas  kesepakatan perdagangan dunia. Lewat putaran Urugai, berlanjut terbentuknya GATT ( General Agreement on Tariffs and Trade )  , yang kemudian menjelma menjadi WTO. Dari itu terbentuk Badan Arbitrase International di Denhaaq. Standar hukum siapa? ya AS. Belakangan  WTO ini bukan hanya soal perdagangan dunia yang diatur tetapi juga berkaitan dengan jasa,  financial, investment dan tourisme. Paraktis tidak ada satupun lembaga multilateral yang tidak dikendalikan AS.


Apakah semudah itu AS membangun infrastruktur hegemoni global? tidak.  Perlawanan begitu keras. Musuh utama AS dalah komunisme dan Islam. AS sangat paham bahwa idiologi internationalisme selain Komunis adalah juga Islam. Kepada Unisoviet, dia ciptakan perang dingin ( Cold War) dan membenturkan China dengan USSR. Kepada islam, AS menciptakan konflik di Timur tengah. Diawali dengan dibentuknya  Israel sebagai proxy. Dari keberadaan israel itu, politik identitas dinarasikan. Antar islam Suni - Syiah dibenturkan, Antar agama dan etnis Yahudi-Islam juga dibenturkan. 


AS banjiri FDI untuk China melakukan transformasi Ekonomi dari pertanian ke Industri. AS banjir uang ke Israel untuk melakukan transformasi ekonomi. Selama rentang waktu itu, AS menciptakan krisis ekonomi global bertalu talu. Tujuannya agar dunia semakin tergantung kepada IMF. AS yakin hanya ekonomi kapitalisme yang bisa meruntuhkan Komunisme dan Islamisme. China bangkit dan  israel makmur, sementara USSR membubarkann diri dan negara komunis lainnya terpuruk. Negara islam sejak mereka menjadi Pasien IMF, masuk jebakan NATO ( no alternative to objeciton) terhadap kapitalisme.


Upaya  besar AS itu  berlangsung sejak usai perang dunia kedua dan perang dingin yang dimenangkan, sampai tahun 2019 setelah kehancuran ISIS di Suriah dan Irak. Tahun 2020 semua negara Timur Tengah (minus Iran) berdamai dengan Israel. Dan PBB mengeluarkan deklarasi bahwa  Islamofobia tidak dibenarkan. Selesai? belum. Masuk tahun 2020 AS menciptakan pandemi dan menjadikan WHO bagian PBB sebagaii speaker perang terhadap COVID. Bukan hanya sekedar memerangi pandemi, tetapi men- generalkan standar penanggulangan Pandemi di seluruh dunia yang menguras APBN pemerintah Eropa dan negara ketiga. Kini 25 negara menjadi pasien IMF. 


Tidak ada satupun negara tidak berhutang. Artinya?  semua negara bergantung kepada hutang. Perubahan politik dan kekuasaan bergantung kepada sumber daya keuangan ( debt resource). Pada saat kini, focus AS adalah kendali terhadap  geostrategis gobal.  Skemanya, bukan lagi idiologi, tetapi climate issues dengan menjadikan ESG ( Environmental, social, and corporate governance ) sebagai standar. Standar siapa ? ya standar pemilik sumber daya keuangan. Lewat ESG mereka menentukan kemana bandul uang akan bergerak dan tentu menentukan siapa yang akan berkuasa disuatu negara. Selagi penguasa patuh kepada standar mereka, maka akan didukung. Kalau tidak, ya disingkirkan.


Nah siapa sebenarnya “pemain “ dibalik perubahan dunia paska perang dunia kedua ? Mereka adalah invisible power. Elite financial global yang menguasai 2/3 putaran uang di dunia. Untuk lebih memahaminya bisa dibaca buku “ The World For Sale: Money, Power and the Traders who barter the Earth’s Resources “ ditulis oleh Javier Blas, Jack Farchy . 

No comments: