Sunday, January 1, 2023

Dibalik pembubaran PANN.

 



Tahun 2000an China bergabung dalam WTO. Apa yang dilakukan China setelah itu? Mereka perkuat Industri perkapalannya. Mengapa? ketika China masuk dalam WTO maka salah satu kunci keunggulan dalam kompetisi global adalah adanya dukungan industri perkapalan dan logistik. Maklum 90 persen perdagangan global melalui laut. China harus mandiri soal itu. Ini visi besar menuju China kedepan. 


Apa kebijakan China terhadap visi besar itu ? 


Pemerintah China menugaskan BUMN nya untuk melakukan visi besar itu. Semua BUMN yang terkait dengan kebutuhan industri perkapalan harus saling mendukung dan bersinergi. Dalam hal ini. dipimpin oleh operator pelayaran milik negara China COSCO Shipping Corporation (COSCO SHIPPING). Semua tahu bahwa COSCO adalah BUMN yang dikelola oleh militer China. Jadi paham ya bahwa kekuatan armada laut itu sangat erat dengan geopolitik dan geostrategis untuk memenangkan kompetisi global.


China memberikan subsidi  langsung maupun tidak langsung. Biasanya datang dalam dua bentuk: (1) pembayaran tunai yang dapat mengimbangi biaya bisnis dan meningkatkan pendapatan, ya semacam PSO dan (2) potongan pajak dan pungutan. Perusahaan memanfaatkan subsidi ini dalam beberapa cara, termasuk membeli teknologi yang belum menguntungkan secara komersial, menutupi biaya produksi selama pasar turun, mendorong penelitian dan pengembangan (R&D), dan mempromosikan penggunaan komponen dalam negeri.


Dengan adanya subsidi itu tentu saja sangat mudah mengakses pembiayaan di pasar keuangan domestik. Data dari Terminal Finansial WIND, saat ini ada $20,9 miliar obligasi beredar yang diterbitkan oleh BUMN perkapalan dan pembuatan kapal Tiongkok. Bunga pinjaman ini secara tidak langsung disubsidi negara. Hebatnya, BUMN China itu juga membentuk anak perusahaan yang bertindak sebagai vehicle untuk menarik dana dari pasar modal. Antara BUMN dan anak perusahaan ini tidak terhubung secara aset tetapi terhubung secara business model. Tentu punya value tinggi untuk menarik uang dari pasar modal.


Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara (The State-owned Assets Supervision and Administration Commission of the State Council/ SASAC) sangat efektif mendorong terciptanya ekosistem financial. Pada tahun 2017, salah satu anak perusahaan COSCO SHIPPING Holding, mengumumkan niatnya untuk menawarkan sekitar 2 miliar saham untuk mendanai pembelian 20 kapal yang saat itu sedang dibangun oleh galangan kapal milik negara dengan perkiraan tanggal pengiriman 2018-19. Delapan BUMN sesuai arahan dari SASAC bertindak sebagai standby buyer saham tersebut. Tentu nilai saham meningkat dan mendorong investor lokal dan asing membeli saham.


Saat krisis keuangan global 2008, bank-bank Eropa menarik diri dari sektor pelayaran. Banyak perusahaan perkapalan bangkrut. Yang bertahan menghadapi resiko ketatnya likuiditas dan naiknya suku bunga. Ini dimanfaatkan oleh BUMN China. Mereka terlibat dalam aksi akuisisi lewat bursa international. Sehingga peluang untuk dapatkan pasar international bagi galangan kapal dometik semakin besar. Karena sudah menyatu dengan industri perkapalan international. Kalau sebelum tahun 2008 tidak ada satupun BUMN China yang masuk daftar besar 10 industri perkapalan dunia, tapi tahun 2018 China sudah jadi raksasa dunia, yang tak mungkin bisa dikalahkan oleh negara manapun. 


Apa maksud saya menulis artikel ini? Apa yang dilakukan China tahun 2000an bukan hal yang baru dan hebat. Mungkin mereka copy paste dari kebijakan nasional Indonesia tahun 1974, dengan berdirinya BUMN, PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (PANN).  Ini visi besar Pak Harto untuk kemandirian bangsa ini dibidang perkapalan. Pak Harto sangat paham akan nation interest. Mengapa? 


Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 300.000 kilometer persegi, perairan pedalaman dan kepulauan seluas 2,8 juta kilometer persegi, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 juta kilometer persegi, serta lebih dari 17.500 pulau menyimpan kekayaan yang luar biasa. Disamping itu Letak indonesia sangat strategis. Maklum geografis Indonesia terletak di antara dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia.  Tanpa visi besar negara bahari kita akan sia siakan lokasi strategis ini. 


Ambil contoh, Selat Malaka merupakan salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia, sama pentingnya seperti Terusan Suez atau Terusan Panama. Selat Malaka membentuk jalur pelayaran terusan antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta menghubungkan tiga dari negara-negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia: India, Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok. Sebanyak 50.000 kapal melintasi Selat Malaka setiap tahunnya, mengangkut antara seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia. Sebanyak setengah dari minyak yang diangkut oleh kapal tanker melintasi selat ini.


Di era pak Harto keberadaan PT. PANN memang lambat bergerak. Peran bank BUMN tetap dominan mendukung PT. PAL. Namun setelah reformasi salah satu vis besar Indonesia yang ditebas adalah kemandirian pelayaran niaga.  “ Ada tiga agenda dari IMF, Pertama kurangi dukungan negara kepada  industri strategis seperti PANN dan PAL. Artinya visi besar negara bahari harus ditebas. Kedua, lepaskan UUD 45 pasal 33 kedalam UU PMA dan PMDN. Ketiga, liberalisasi devisa yang terhubung dengan pasar uang global.” Kata teman. 


Apa yang terjadi di Indonesia ? Berdasar data mutakhir (2021), jumlah pelaku usaha galangan kapal di Indonesia terdapat sekitar 200 pengusaha, tetapi akibat lesunya pemesanan pembuatan kapal-kapal baru, maka yang aktif hanya kurang dari 100 pengusaha. Terus aja melesu, terus tergantung dari China. Sementara PT PAL hanya sibuk bangun kapal perang, yang duitnya dari APBN. Puncaknya,  atas rekomendasi dari Menteri BUMN, Presiden Joko Widodo resmi membubarkan Perseroan PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (PANN) di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui Keputusan Presiden (Keppres) No.25 Tahun 2022. Sejak reformasi kita bergerak kedepan tapi tidak kemana mana. Tanpa tujuan yang jelas, Yang ada hanyalah sikap pragmatis. Kalau tidak segera diperbaiki, tidak ada lagi nation interest yang harus diperjuangkan. 


No comments: