Sunday, May 26, 2024

Diktator bisnis semikonduktor

 



Sebelum tahun 1980 an, industri semikonduktor terintegrasi secara vertikal. Perusahaan semikonduktor memiliki dan mengoperasikan fasilitas fabrikasi wafer silikon mereka sendiri dan mengembangkan teknologi proses mereka sendiri untuk pembuatan chip mereka. Perusahaan perusahaan ini juga melakukan perakitan dan pengujian chip mereka sendiri. Tahun 1973 Indonesia pernah ada pabrik semikonduktor. Pabrik ini PMA, investasi dua perusahaan multinasional Amerika Serikat yaitu Fairchild Semiconductors dan National Semiconductors. 


Namun tahun 1985, PMA ini hengkang ke Malaysia. Sejak saat itu sampai kini, manufaktur semikonduktor Indonesia kalah dengan Malaysia. Bahkan Indonesia menjadi pengimpor semikonduktor. Setelah itu bisnis model semikonduktor berkembang.Tidak lagi terintegrasi. Terpecah pecah dalam bentuk global supply chain. Saat sekarang bisnis model terdiri dari Fabless (Chip Design), Foundry (Chip Fabrication), IDM (Chip Design & Fabrication), dan OSAT (Assembly & Test).


Fabless, khusus Chip design. Ini kekuatannya ada pada R&D dalam hal material dan sistem. Pemain utama dalam bidang ini sebagian besar perusahaan AS. Diantaranya adalah Qualcomm, Broadcom, Nvidia, AMD (Advanced Micro Devices) dan Media Tech ( Taiwan). Mereka tidak melakukan pabrikasi. Yang melakukan fabrikasi adalah  pihak lain yang mereka tunjuk sebagai outsourcing atau disebut Foundry. Mereka inilah diktator dalam bisnis semikonduktor. Karena ini bisnis high tech yang berkaitan dengan paten teknologi, tentu penentuan out sourcing sifatnya udah politik.


Dalam skema investasi. Para Foundry menentukan sendiri supply chain yang akan jadi basis produksi. Kualifikasi untuk jadi mitra mereka sangat ketat. Bahkan Foundry bukan hanya fabrikasi tetapi juga melakukan Chip Design & Fabrication sekaligus. Ya, design sesuai dengan hasil riset dari principal, Fabless. Saat sekarang ada 5 top player dunia dalam bidang Foundry, yaitu TSMC ( Taiwan Semiconductor Manufacturing Company ), Samsung, United Microelectronics Corporation ( UMC ), GlobalFoundries, Semiconductor Manufacturing International Corporation ( China).


Para foundry juga menentukan siapa yang qualified jadi mitra outsourcing OSAT ( Outsourced Semiconductor Assembly and Test). Saat sekarang top player OSAT adalah Walton Advanced Engineering, Amkor, TSHT, Chipbond, Signetics, Powertech Technology Inc, JECT, Hana Micron, Unisem, ChipMOS, UTAC, TFME, ASE Group, KYEC, SPIL. Tidak ada nama perusahaan Indonesia di daftar itu. 


Microchip dibutuhkan hampir di mana-mana. Mereka adalah jantung dari perangkat yang kita gunakan sebagai manusia modern seperti untuk bekerja, hiburan, bepergian, dan banyak lagi. Tanpa microchip tidak mungkin ada smartphone, smart car, AI, Robot, Navigasi pesawat dan kapal, MRI dan lain lain. Begitu penting dan strategisnya teknologi ini. Makanya perkembangannya yang cepat terhambat oleh faktor geopolitik antara China dan AS. Belum lagi ini bisnis high risk tapi high yield. Sebagian besar dana investasi berasal dari hedge fund yang terikat dengan  ESG dan banyak lagi faktor lainnya. Memang sophisticated 


Kalau indonesia ingin menjadi bagian dari supply chain industri microchip, yang pertama dulu harus dilakukan adalah reformasi tata niaga dengan menghapus rente dan kemudian, kurangi korupsi lewat penegakan hukum dan tentu harus perkuat R&D.  Tanpa itu jangan kaget bila Singapore dan Malaysia tetap menjadi pilihan utama bagi Foundry. 

No comments: