Monday, May 20, 2024

Uang adalah idiologi

 



Sampai kini AS tetap sebagai kekuatan ekonomi nomor wahid di Dunia. Masih sebagai kekuatan militer terbesar di dunia. Walau China membayangi dibelakang AS, namun tidak akan mungkin China melewati kekuatan AS. Mengapa? karena AS itu didesain sebagai sistem uang yang menjadi ideologi bagi semua bangsa. Sementara China didesain sebagai negara berbasis ideologi komunis yang tidak semua negara ikuti. China bisa saja sukses domestik. Tetapi di dunia, terlalu jauh. 


Kekuatan finansial itu lebih dari sekedar ekonomi yang dipahami secara klasik. Bicara financial, anda harus pahami itu jantung bisnis. Ada tiga unsur yang menopang kekuatan financial. Pertama adalah logistik, urat nadi ekonomi. Tidak ada satupun perdagangan bisa terlaksana tanpa dukungan logistik. AS lead soal ini. Walau pelabuhan dan bandara dimiliki negara lain, namun tidak ada satupun kapal laut bisa mengarungi samudera dan pesawat bisa terbang  tanpa dukungan insurance. Sampai kini 2/3 asuransi dunia dikuasai AS. 


Kedua. Kalau bicara financial maka juga bicara clearing. Maklum mata uang fiat tidak ada collateral. Yang jadi collateral adalah system clearing. Saat sekarang 2/3 negara di dunia clearing Vostro dan nostro dikendalikan AS. Walau China dan Rusia tidak lagi sepenuhnya menggunakan cadev USD. Namun 50% investasi di China dan Rusia berasal dari PMA, dan semua itu bermata uang USD. Karena hanya USD yang likuid pasar uangnya dan menjadi financial resource bagi semua investor institusi.


Ketiga. Keberadaan USD sebagai mata uang dunia adalah bagian dari sistem kapitalisme yang sudah berakar sejak awal AS memenangkan perang dunia ke dua. Perhatikan, paska perang dunia kedua, AS memberikan utang dalam program rekonstruksi  ( baca dech tentang Marshall Plan) kepada Eropa  dan Jepang, korea, juga kemudian Taiwan. Suka tidak suka negara tersebut menjadi satelit dan hub perputaran USD. Dan mereka kini adalah negara maju berkat dukungan financial resource AS.


Kemudian berlanjut dalam perang dingin dengan USSR. AS memberikan utang kepada negara anti komunis. Sekian dekade membuat USD dicetak diluar batas. Terjadi bubble. Dan karena itu 2/3 negara di dunia terjebak dengan debt trap, yang bagaimanapun harus tetap gunakan USD sebagai Cadev. Hidup mati mereka tergantung kepada kebijakan AS. Walau China tidak termasuk korban debt trap, tetapi semua mitra dagang China kena debt Trap. Tanpa mitra dagang dengan negara lain, China mati. Dampaknya kini  China ekonominya melambat dan AS yang terjebak inflasi. 


Sampai disini paham ya..


Saat kini dunia krisis dan bahkan beberapa negara masuk pasien IMF. Ini bukan soal AS sebagai negara. Tetapi ini berkaitan isi kepala elite financial global, yang kebetulan jadikan AS sebagai cangkang. Mereka sedang melakukan economy adjustment global. Mengubah lanskap geopolitik dan geostrategis yang mengeliminasi batas nasionalisme, menjadi masyarakat transnasional. Dengan kekuatan logistik, clearing, money market, mereka sedang mengarahkan ekonomi kepada platform borderless terhadap nasionalisme. Mereka  ingin menguasai negara di dunia dengan mengontrol regulasi apa yang harus dijalankan untuk agenda global mereka. Ini sebagai koreksi dari liberalisme pasar selama ini yang menguntungkan China. 


Ini tidak main main. Hampir semua pemain hedge fund memerintahkan proxy nya untuk melepas asset di bursa. Warren Buffet saja melepas portfolio andalannya sebesar USD 150 miliar dan kepit uang kontan. Begitu juga dengan Black Rock dan lain lain. Likuiditas ketat, financial resource tersendat menyalurkan ke jantung ekonomi. Negara negara yang lemah ditempatkan pada posisi “surrender or die. Dan bagi negara yang masih agak kuat masuk dalam perangkap debt diplomate, akhirnya NATO  ( no alternative to objection). Good bye nasionalisme ! seperti kata Jokowi  kepada Diah Pitaloka “ Ideologi tidak penting.” Di Indonesia ideologi Marhaen hanya dapat suara 16% dalam Pemilu. Kalah dengan money politik yang menjadi ideologi mayoritas negeri ini.



No comments: