Saturday, January 2, 2021

Nasip Jack Ma, Alibaba dan Alipay...?


Pada tahun 1999 sehari sebelum China bergabung dalam organisasi perdagangan dunia (WTO), Jack Ma  ( Ma Yun) mendirikan Alibaba di Hangzhou. Ia diuntungkan dari adanya liberalisasi ekonomi di bawah rezim Jiang Zemin.  Jack Ma bisa leluasa megembangkan Alibaba tanpa ada restriksi berlebihan dari pemerintah China. Tahun 2004 ia mendirikan Alipay, sebuah aplikasi pembelian dan pembayaran online di ecommerce Alibaba. Tentu berdampak luas terhadap Alibaba. Bukan hanya ecommerce tetapi juga menjadi aplikasi pembayaran raksasa bagi pengguna selular. Melayani lebh dari 1,3 miliar user global. Dari Alipay itu dia mendirikan anak perusahaan Ant financial Group. Ant juga sebagai provider tekhology untuk fintec bagi perusahaan asuransi dan perbankan.


Sebetulnya raksasa ecommerce dan alat pembayaran online, bukan hanya Jack Ma tetapi ada juga Pony Ma pendiri Tencent. Namun nama Pony Ma tidak setenar Jack Ma. Kalau Pony Ma lebih memilih diam dan terkesan misterius. Namun Jack Ma sengaja membuat dirinya terkenal dan menjadi pusat perhatian dunia. Ia bagaikan superstar yang tampi dipanggung dunia. Menjadi pusat perhatian pada pertemuan pengusaha kelas dunia di Davos. Kebetulan bahasa inggrisnya bagus dibandingkan pengusaha China lainnya, sehingga dia benar benar menjadi orator hebat, dan juga motivator bagi kalangan bisnis pemula di bidang IT. Setidaknya dengan itu, Jack Ma adalah satu satunya pengusaha China yang dapat pengakuan international.


Sebatas itu tidak ada masalah bagi pemerintah China. Namun menjadi lain ketika Jack Ma sudah mulai berani mengkritik Pemerintah. Dengan lantang dia menyindir otoritas China yang masih menerapkan aturan jadul yang sehingga menghambat proses inovasi IT. Tapi ia mendapat angin segar dari rakyat China dan dunia. Bahwa Jack Ma membawa pesan pembaharuan. Bahwa FinTech adalah era Ma. Bicara tentang FinTech tidak lepas dari Jack Ma.  Tentu keadaan ini membuat Pemerintah Xijiinping gerah. 


“ Tidak ada yang disebut era Ma Yun, tetapi Ma Yun adalah bagian dari era China… tidak peduli apakah itu Ma Yun, Ma Huateng, Elon Musk, atau kita orang biasa, mereka yang mencapai potensi terbesar mereka adalah mereka yang merebut  peluang yang disediakan oleh pemerintah China. “ Demikian kata juru bicara Parta Komunis sebagaimana dikutip oleh  People's Daily online. Itu sinyal keras. Bahwa pemerintah China tidak suka dengan cara dan sikap  Jack Ma.


Ada yang dilupakan oleh Jack Ma. Bahwa dia bisa berkembang karena regulasi yang longgar dari pemerintah China dalam rangka mendukung inovasi financial technologi. Tujuan pemerintah China tentu berharap dengan kemajuan FinTech ini bisa memberikan akses kepada rakyat China mendapatkan jasa perbankan dan lembaga keuangan dengan mudah dan murah. Namun yang jadi masalah. Kemajuan Alipay tidak seperti Philosofi pemerintah China terhadap Fintech.  Sistem alat pembayaran Alipay telah menjadi rentenir yang memeras rakyat kecil. Tidak ada trasparansi. Kalau bunga pinjaman dijanjikan 0%, ternyata rakyat dibebani diatas 15%. Belum lagi soal tabungan lewat Fintech yang tidak jelas tingkat bunga dan jaminan resiko. Lama lama sudah menjelma menjadi bisnis Ponzy.


Disamping itu tidak ada upaya Jack Ma secara serius mendorong kewirausahaan dibidang IT di China. Bahkan keberadaan Alipay dan Alibaba mematikan kompetisi. Apa yang dia katakan tentang kepedulian kepada dunia usaha kecil China, tidak sesuai dengan kenyataan. Ternyata penyebabnya adalah Jack Ma sendiri bukanlah pengedali atas saham Alibaba dan Alipay ( Ant Financial Group). Dia hanya menguasai segelintir saham. Sisanya dikuasai oleh konglomerat venture capital wallstreet dan Jepang. Mereka menjadi pengendali. Jack Ma hanya boneka dari konglomerat hedge fund. Menurut teman di Beijing” Jack Ma pernah bicara di depan forum wirausahaan. Dia mendukung protes di Hong Kong khususnya dalam memilih pemimpin Hong Kong.


Sebelum rencana Ant Financial Group (Alipay) IPO, otoritas bursa di Shanghai sudah minta keterbukaan informasi kepada Jack Ma dan petinggi Alipay. Namun sampai menjelang IPO, belum juga ada laporan keterbukaan yang memuaskan otoritas. Itu sebabnya dua hari menjelang IPO, otoritas membatalkan rencana IPO Alipay. Jack Ma  meradang. Berbicara dihadapan publik, " Seharusnya otoritas tidak hanya bicara tentang aturan diatas kertas. Tetapi membuat aturan yang memberikan solusi untuk berkembang.".  Otoritas China tidak terpengaruh dengan omongan Jack Ma itu. 


Justru, setelah pembatalan IPO Alipay, beberapa hari kemudian, China meluncurkan aturan baru tentang antitrust, yang memangkas miliaran dolar dari kapitalisasi pasar Alibaba, dan desember 2020 regulator melakukan penyelidikan antimonopoli ke group perusahaan Jack Ma. Cukup? Belum.  Pada hari Minggu (27 Desember 2020), bank sentral China mengumumkan bahwa mereka telah memerintahkan eksekutif Ant financial group untuk merombak bisnisnya guna mengatasi masalah kepatuhan berkaitan dengan kredit, asuransi, dan kekayaan, dan tidak boleh terlibat dalam skema pinjaman arbitrase, Tuntutan tersebut dapat mengarah pada restrukturisasi besar-besaran dari unicorn fintech Alibaba dan alipay. Dan pasti akan menjatuhkan saham Alibaba di bursa NY.


Menurut saya, apa yang terjadi pada Jack Ma, tak lebih bagian dari politik nasionalisme China, yang melihat resiko atas kehadiran perusahaan IT yang dimodali dari AS, Jepang, Eropa dan India. Resiko terbesar yang dikawatirkan adalah terjadinya Shock FinTech yang bisa berdampak sistemik terhadap moneter China. Misal, pinjaman publik dan skema pembayaran kepada pihak ketiga lewat fintech dengan aturan arbitrase, itu sangat beresiko terhadap gagal bayar publik, dan ini bisa memaksa negara bailout.  Fintech tetap harus melakukan skema non arbitrase. Tidak boleh secara hukum memaksa orang membayar utang. Jack Ma masuk terlalu jauh dalam bisnis keuangan. Itu sudah melanggar hukum.  Karena dia hanyalah perusahaan penyedia tekhnologi untuk alat bertransaksi dan pembayaran.


Jack Ma harus belajar bijak sebagai orang China. Yang mengutamakan kerendahan hati dan patuh kepada politik negara. Dia harus belajar dari Pony Ma yang tak pernah menyebut dirinya “ Aku “ tetapi “ kami “. Atau seperti Zhong Shanshan sang taipan Cina, orang terkaya nomor 1 di ASIA dan nomor 11 di dunia yang tak pernah bersuara di hadapan publik dan terkesan penyendiri. Budaya China adalah kebersamaan, dan kejujuran. Tidak ada yang superior kecuali negara. Saya yakin bahwa Jack Ma tidak akan dihabisi seperti Wu Anbang. Dia hanya diperingatkan agar patuh. Dia terlalu berharga bagi pemerintah China. Apalagi dia juga adalah kader Partai Komunis. Dan saya yakin Jack Ma akan berubah.


No comments: