Tuesday, December 22, 2020

Covid 19 dan kemandirian Industri Pharmasi.?

 



Beberapa tahun lalu sekelompok ilmuwan China yang bekerja di pusat riset industri pharmasi Kanada berkumpul. Mereka memutuskan untuk kembali ke China. Namun mereka minta empat orang dulu pulang, salah satunya Yu Xuefeng. Kalau memang sukses, yang lain akan nyusul. Empat orang itu pimpinan puncak di bidang riset pada perusahaan pharmasi di Kanada. Benarlah. Mereka datang ke China disambut dengan karpet merah oleh pemerintah, dengan memberikan izin dan modal mendirikan perusahaan Biotekhnologi di Tianjin, CanSino Biologics Inc. Bahkan Militer China memberikan bantuan tenaga akhli bidang virologi kepada mereka.


Walau masih merugi sebesar USD 22 juta namun perusahaan yang berdiri tahun 2014 itu telah menjadi perusahaan terdepan dalam riset Virus. Kini tahun 2020 nama mereka mendunia karena  dianggap sebagai perusahaa terdepan dalam riset Vaksin Corona. Mereka mengalahkan raksasa Pharmasi yang sudah puluhan tahun pengalaman.


***

Awal berkuasa tahun 1981, Dengxioping mengudang para sarjana datang ke Aula Rakyat.  Yang datang hanya 1000 orang. Kemana yang lain? sebagian besar mereka meninggal ketika revolusi kebudayaan. Ada yang gila dan frustasi akibat kerja paksa selama masa revolusi kebudayaan. Deng membuat keputusan secara pragmatis. Kita butuh kaum terpelajar. Mereka diperlukan untuk membangun China. Dia tetapkan anggaran raksasa untuk Program beasiswa bagi siswa SMU yang masuk universitas. Pengiriman Siswa berprestasi yang tamat SMU untuk sekolah di luar negeri. Tentu mereka yang dikirim ke luar negeri ini sudah melewati pendidikan idiologi yang ketat. Para siswa yang dikirim ke luar negeri bertugas mulia, untuk berperang merebut tekhnologi bagi masa depan China.


Setelah tamat pendidikan di luar negeri. Mereka tidak disuruh pulang. Mereka harus bekerja di luar negeri di industri pharmasi, tekhonologi. Kemudian awal tahun 2000 China mendirikan Venture company raksasa bernama China New Technology ( CNT).  CNT bermarkas di Hong Kong. Tugasnya mengundang warga China ex beasiswa yang bekerja di luar negeri untuk pulang. Mereka tidak untuk jadi pekerja. Tetapi jadi pengusaha. Pemerintah bukan hanya memberikan modal tetapi juga membantu mereka dalam menyediakan tenaga handal bidang bisnis, seperti marketing, management dan finance. Hebatnya China membangun industri pharmasi diawali dari industri bahan baku. Mereka focus ke bahan baku yang teritegrasi.


Berkat kerja keras dan by design. Tahun 2008 China leading dalam riset pharmasi. Kemajuan sangat pesat. Pusat biotekhnologi dasar dibangun sangat modern di Pulau Hainan dan Wuhan. Semua fasilitas itu sebagai sumber daya yang bisa dimanfaatkan oleh ilmuwan China, termasuk bagi mereka yang diaspora di luar negeri untuk pulang membangun China lewat industri pharmasi. China adalah salah satu produsen bahan baku farmasi (PRM) terbesar. Berkat produksi efisien, China menguasai  produksi 90% bahan baku obat dunia. Banyak industri pharmaci kelas dunia yang ada di Eropa, AS pindah ke China. Itu berkat adanya dukungan supply chain yang efisien dan terintegrasi. China menyumbang sekitar 90,0% dari produksi vitamin C global, 70,0% dari produksi asam sitrat, dan 90,0% dari produksi penisilin.


***

Di era Jokowi ada semangat dan political will untuk kemandirian Industri Pharmasi termasuk alat kesehatan. Namun mencapai itu masih terlalu jauh. Walau Pasar produk farmasi Indonesia terbilang sangat besar. Ini tidak memicu enterpreneur industry pharmacy yang mandiri.  Hampir 95% kebutuhan obat dipasok dari pabrik lokal yang 90% bahan baku ( active pharmaceutical ingredient/API) masih impor


Outlook Teknologi Kesehatan 2020 bertema Inisiatif Penguatan Rantai Pasok Bahan Baku Obat, menyebutkan pasar produk farmasi Indonesia merupakan terbesar di Asean. Tahun ini, nilainya mencapai Rp100 triliun. BPPT memproyeksikan pertumbuhan kebutuhan obat mengalami kenaikan 7% per tahun dengan menimbang tren historis dan pertumbuhan penduduk serta prospek ekonomi ke depan. Selaras dengan ramalan tersebut, kebutuhan akan obat diproyeksikan mencapai Rp248 triliun, dengan kebutuhan BBO/API sebesar Rp79 triliun pada 2035.


Ditunjuknya Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan yang berlatar belakang banker, tentu karena tekad pemerintah untuk membangun kemandirian industri pharmacy. Potensi besar pasar yang ada di Indonesia, itu akan dijadikanya trigger menarik investor kelas global untuk membangun supply chain industri pharmacy. SDM bidang pharmacy kita tersedia banyak. Bahkan banyak yang nganggur. Yang penting Pak Budi harus pastikan tata niaga obat tidak lagi dikuasi mafia yang membuat industri pharmacy jadi industri rente. Selamat bekerja pak.

No comments: