Monday, August 24, 2020

Pertamina keluar dari daftar 500 Top Global Fortune ?


Kalau berdasarkan Laporan Keuangan tahun 2019, dari sisi penjualan, Pertamina sudah diatas Tencent Holdings dan Nippon Steel Corporation. Keduanya, kini ada di ranking 197 dan 198 dalam Fortune 500. Kinerja Pertamina tahun 2019, pejualan sebesar USD 54,58 miliar, sementara penjuala Tencent Holding sebesar USD 54,613 miliar dan Nippon Steel Corporation 54,465. Hanya saja kedua perusahaan itu tingkat labanya diatas Pertamina.  Laba Pertamina tahun 2019 adalah USD 2,5 miliar. Sementara Tencent Holding USD 13,506 miliar dan Nippon Stell Corp USD 3,968. 

Kalau dilihat dari kinerja Pertamina tahun 2019 seharusnya Pertamina tidak terdepak dari Fortune Global 500. Namun sampai Fortune mengeluarkan Pertamina dari list 500 kemungkinan karena aksi Pertamina melepas bond USD 10 miliar awal tahun 2020 berkatagori Senior Notes, dengan tennor 40 tahun. Karena dasarnya adalah Senior Notes , tentu kemampuan Leverage pertamina jadi terhambat.  Mengapa ? Artinya Pertamina tidak bisa lagi bebas me leverage asset nya. Setiap aksi berhutang harus seizin dari Bond Holder. Berbeda dengan unsecure bond.

Walau Global Bond USD 10 miliar ( Rp. 140 triliun) itu tidak diterbitkan sekaligus namun dampaknya terhadap penilaian strategis terhadap rasio keuangan Pertamina juga menurun. Perhatikan, total aset Pertamina per 30 Juni 2020 senilai US$70,22 miliar dengan total liabilitas US$40,56 miliar dan jumlah ekuitas senilai US$29,66 miliar. Kalau dilihat dari rasio utang terhadap ekuitas,  rasio utang terhadap Aset, leverage nya rendah. Walau pada semester pertama tahun ini Pertamina asetnya meningkat, itu tidak ada pengaruh dalam meningkatkan financial resource nya.

“ Babo, mengapa Pertamina sampai terdepak dari daftar 500 Fortune? Padahal Pertamina satu satunya perusahaan Indonesia yang masuk daftar itu? tanya nitizen via Chatt FP.

“ Yang tahu pasti alasanya hanya pihak Fortune. Karena penilaian itu tidak atas permintaan dari Perusahaan tetapi atas inisiatif dari Fortune sendiri. Tentu mereka punya metode sendiri menentukan rangking." Kata saya.

“ Apakah karena adanya Ahok di Pertamina? Mulai bertanya politis.

“ Engga ada kaitanya dengan Ahok. Kinerja itu tugas Direksi bukan komisaris. Komisaris kan hanya supervisi. Justru di era Ahok asset Pertamina menigkat. Itu bisa dilihat dalam laporan Keuangan semester pertama tahun 2020. Salah satu tugas Komisaris wakil dari pemegang saham adalah mengawasi efisiensi perusahaan lewat peningkatan asset. 
Itu artinya tugas Ahok mengawasi efisiensi tercapai. "

"Apakah mungkin keluarnya Pertamina dari Top 500 Fortune itu karena rekayasa untuk menjatuhkan reputasi Pertamina.?

" Enggalah. Dan lagi Top 500 Fortune itu engga jadi patokan dalam dunia bisnis, apalagi perusahaan itu belum IPO seperti Pertamina. Lain halnya kalau sudah IPO, memang ada dampak psikologi pasar. Pada umumnya yang jadi patokan menilai kinerja perusahaan itu   adalah lembaga Rating. Itu yang pasti jujur dan logis secara bisnis. Nah lembaga rating seperti Moody’s Investors Service memberi  peringkat Baa2 kepada Pertamina. Itu artinya masuk dalam kelompok Investment grade. Layak invest "

“ Tetapi kan dalam Laporan semester pertama tahun 2020  Pertamina merugi?

“ Ya benar. Tapi bukan hanya Pertamina rugi, perusahaan minyak negara lain juga rugi. Liat aja American ExxonMobil, Chevron, ConocoPhillips, Halliburton, Schlumberger, Baker Hughes, British BP, Royal Dutch Shell, French Total S.A., Eni Italia, Rosneft Rusia, dan Equinor Norwegia mengalami kerugian bersih total $ 20,6 miliar atau Rp. 300 Triliun pada kwartal 1 tahun ini. Apalah arti kerugian Pertamina yang hanya  US$767,91 juta atau Rp. 11 triliun di bandingkan mereka. Dalam situasi COVID-19 kalau ada yang mempertanyakan mengapa Pertamina rugi, itu hanya kebodohan saja. Mereka buta bisnis. Dan lagi itu semua kan udah maklum penyebabnya yaitu force majeur. 

“ Apa itu force majeur ?

“ Pertamina terkena triple shock yakni pertama, penurunan penjualan yang signifikan akibat Pandemi COVID-19. Kedua, harga minyak mentah yang turun sehingga berdampak pada pendapatan di sektor hulu. Ketiga, fluktuasi rupiah sehingga terjadi kerugian selisih kurs. Dalam kondisi normal itu tidak terjadi.  Semoga sampai akhir tahun normal kembali dan Pertamina bisa mencatatkan laba pada tahun 2020. Bukan  tidak mungkin tahun 2021 Pertamina bisa masuk daftar 500 Fortune lagi.”

“ Apa solusinya agar Pertamina bisa menjadi perusahaan berkelas dunia dan tidak mudah tersingkir dari 500 Fortune ?

“ Solusinya, ya Pertamina harus segera IPO. Tujuannya agar hutang bisa di refinancing sehingga struktur permodalan pertamina bagus dan tentu meningkatkan kemampuan leverage perusahaan. Semakin besar leverage semakinn besar dia bisa mendapatkan financial resource dan tentu semakin mudah melaksanakan program ekspansinya. Seperti membangun refinery dan downstream Oil and Gas.”

“ Jadi kuncinya IPO itu?

“ Ya itu yang strategis. Kalau engga, Pertamina akan terjebak dengan utang berkatagori senior. Walau terkesan konservatif namun tidak bisa lincah. Di era Global sekarang ini, perusahaan tidak bangkrut karena utang tetapi karena lambat begerak alias engga lincah. Kelincahan kan butuh sumber daya pendanaan.”

“ Kapan pengusaha nasional kita mampu mendunia dan terdaftar di 500 fortune ? 

“ Sudah ada pengusaha Indonesia yang mampu. “

“ Siapa ?

“ Martua Sitorus. Dia satu satunya pengusaha Indonesia yang mampu mendirikan perusahaan berkelas dunia dan masuk dalam list 500 forune dengan omzet penjualan per tahun mencapai US$42,62 miliar atau kurang lebih Rp. 600 triliun atau seperempat dari APBN kita. Perusahaan yang didirikannya adalah Wilmar International. Menurut Majalah Fortune  perusahaannya menduduki peringkat ke-3 sebagai Perusahaan Paling Dikagumi di Dunia khususnya industri makanan. Tahun ini Wilmar berada pada urutan 285 dari 500 Top Perusahaan di Dunia. Tetapi sayang sekali perusahaanya tidak terdaftar di Indonesia. Itu terdaftar di Singapore.”

“ Oh sayang sekali ya. Kenapa engga terdafter di Indonesia.”

“ Mungkin portfolio bisnis dia di Indonesia kurang dari 50% atau lebih banyak di luar negeri. Mereka beroperasi di 50 negara di dunia. "

No comments: