Tuesday, September 8, 2020

Masa depan Eropa ?



Tahun 2015, seharian sebelum melewati seminar, saya dan Alarice pergi ke Sungai Spree. Alirannya membelah kota, mengalir sampai ke Berlin, kota terakhir yang Alarice bayangkan sebagai tempat memulai kehidupannya yang baru setelah sekian tahun berkarir di Hong Kong. Setelah seminar tentang negara-negara berkembang dan masalah-masalah yang tidak pernah selesai, kami bergegas mencari tempat untuk minum kopi dan menghirup udara luar. “ Eropa akan baik baik saja selagi Ekonomi Jerman tetap kokoh. “ Kata Alarice ketika itu.  Sepertinya dia sangat berharap kepindahannya ke kotanya adalah sebuah jalan menapak masa depan yang lebih baik.



Tahun 2020, saya chatting via SafeNet dengan Alarice. Saya tanyakan perkembangan ekonomi Eropa. Menurutnya, ini tak pernah terbayangkan sebelumnya bila Jerman akan terkena resesi.  Pertumbuhan ekonomi atau PDB kontraksi 0,2 % pada Q3 2018. Ini menandakan fundamental ekonomi memburuk. Sejak tahun 2018 pesanan ekspor turun 3,2% dan selanjutnya adalah mimpi buruk. Padahal ekspor Jerman selama ini membuat Eropa tetap stabil. Ya, Inggris dan Prancis memang besar, tetapi Jerman adalah raksasa. Jika Jerman bersin, seluruh benua akan kedinginan. Apa yang terjadi pada Eropa sama dengan yang terjadi di AS. Seperti AS, Jerman mengalami kemajuan yang baik sejak krisis 2008. Namun siklus ekonomi menurun pada titik terakhir.


Mata uang Euro memang menempatkan Jerman unggul namun juga menjadi undertaker terhadap negara Eropa lainnya. Bank Central Euro harus terus membeli surat utang negara seperti Italia dan Yunani agar terhindar dari kebangkrutan. Akibat kebijakan ini suku bunga naik dan menghambat perbaikan ekonomi. Dan ketika Bank Central Euro menghentikan membeli surat utang, suku buga terjun ketitik terendah, bahkan negatif. Ekonomipun terdistorsi.


Dalam situasi yang tidak pasti itu. Aksi protes terjadi bergelombang dari tahun ke tahun. Para pekerja resah karena tingginya angka pengangguran. Perekonomian Jerman mengalami kontraksi paling tajam pada kuartal II 2020. Kantor Statistik Federal Jerman menyatakan, pertumbuhan ekonomi Jerman minus 10,1 persen pada kuartal II 2020. Apa yang akan terjadi ?Pengangguran akan meningkat, jaring pengaman pemerintah akan lenyap. Penduduk tidak akan membayar pajak yang lebih tinggi. Keadaa ini bisa jadi buruk dalam hal politik. Ingat, banyak negara UE adalah sistem parlementer yang pemerintahannya dapat jatuh kapan saja.


Tadinya Eropa dapat berharap banyak dari adanya kesepakatan Brexit. Tetapi ternyata tidak ada dampak significant terhadap permintaan ekspor. Kemudian berharap hubungan dagang antara AS-China akan membaik. Sehingga bisa menolong Eropa keluar dari masalah menyusutnya permintaan ekpor. Namun  nyatanya hubungan China dan AS semakin memburuk. Eropa berharap banyak terhadap kebijakan stimulus China dan negara Asia lainya. Namun ternyata stimulus ekonomi sejak tahun 2008 dilakukan justru memperkuat sentimen proteksi terhadap pasar domestik dengan kebijakan tarif mengurangi impor. Dengan tidak adanya mesin pertumbuhan baru yang jelas, PMI zona euro komposit yang dirilis dari waktu ke waktu terus menunjukan kontraksi.


Alarice, kata saya. Masalah demand and supply bukan masalah besar. Itu karena pasar dunia memang sedang berproses menyusut dan menuju kepada market adjustment. Itu hanya masalah waktu akan bisa recovery. Fundamental ekonomi Eropa sangat kuat. Tetapi yang berbahaya bagi masa depan Eropa adalah ketergantungan 80 % pasokan Energi dari  luar,  terutama dari Rusia yang memasok 40% Gas. Geopolitik dan geostrategi Eropa sangat rentan. Bayangkanlah apa yang terjadi kalau sampai Rusia mengurangi pasokan Gas atau menaikan harga Gas. Kan konyol.


Bayangkanlah kalau Rusia mengurangi pasokan Gas nya, bisa dipastikan berbagai kegiatan termasuk transportasi, rumah tangga, industri, jasa, pertanian dan kehutanan akan trouble. Dalam produksi pangan saja, energi digunakan untuk pupuk, pemanenan, pendinginan dan pemanasan, itu semua akan big trouble. Industri makanan seperti susu dan Roti akan terpukul keras. Saya tidak tahu apa solusi pemerintah Eropa untuk menghindari ketergantungan energi  ini. 


Rusia bukanlah negara kecil yang bisa didikte. Putin punya  program jangka panjang yang strategis untuk meningkatkan daya tawarnya terhadap NATO. Bukan tidak mungkin dia ingin menarik kembali negara Eropa timur dibawah kontrolnya sejak USSR bubar. Pada waktu bersamaan merebut Crimea untuk akses ke Pelabuhan. Kalau dia sudah kendalikan pelabuhan dan pipa gas, maka Rusia lead terhadap zona Eropa. AS tidak bisa berbuat banyak kecuali perang sebagai solusi. Tapi dengan beban utang yang begitu besar sekarang. AS tidak punya kekuatan logistik untuk berperang. Jangankan perang waktu lama, sebentar saja tidak bisa


“ My dear, “ Reply Alarice. “  kami tidak berdaya. Ini akan terus berputar-putar kecuali peristiwa eksternal berjalan sesuai keinginan kami. Benar benar masa depan yang tidak nyaman. Yang pasti kalau Ekonomi Jerman goyah, itu akan memukul perbankannya dan ini jelas berdampak semakin buruk bagi pasar uang AS. Maklum wallstreet banyak melempar uangnya ke Eropa. Sebagai sahabat, AS harus segera mengakhiri kebijakan konyolnya dan mulai melihat dunia lebih objectif. Bukan lagi melihat dari sisi kebijakan moneter. Harus melihat ke Asia  yang memiliki mesin pertumbuhan besar sebagai soft landing Eropa dan AS. “ Kata Alarice.


" Kembalilah lagi ke Hong Kong. SIDC selalu ada ruang untuk kamu berkarir. Engga usah sungkan. Anytime kamu mau kembali call saya."


No comments: