Monday, June 1, 2020

AS dan China ?


Hubungan politik memanas antara China dan AS, lebih karena sikap AS yang konfrontatif. Sementara China lebih memilih diam dan berusaha menenangkan keadaan. Bagi China hubungan Politik dengan AS tidak pernah disikapi serius. China hanya focus kepada masalah hubungan ekonomi dengan AS. Karena sejarahnya AS sangat berperan besar membuat ekonomi China tumbuh pesat, dan pada waktu bersamaan AS juga mendapatkan keuntungan dari ekonomi China yang tumbuh pesat. 

Hubungan ekonomi antara China dan AS sebelum perang dagang, pada dasarnya mutual benefit. Indikasinya ada tiga.  Pertama, berdasarkan data statisk perdagangan. China adalah pasar ekspor terbesar ketiga bagi AS. Apalagi dengan semakin tumbuhnya kelas menengah di China. Itu potensi pasar yang sangat besar bagi AS. Memang produk AS yang diserap pasar China adalah produk tekhnologi tinggi dan produk pertanian seperti gandum dan kacang kacangan.  Pertumbuhan industri hitech di AS sebesar 40% dalam 10 tahun belakangan ini. Dan itu berkat pasar China.

Kedua, ekspor jasa dari AS ke China sangat besar. Seperti jasa konsultan design dan kontruksi Bangunan, jasa design tekhnologi IT, Jasa keuangan. Nilainya engga kecil.  Contoh sederhana. Apple itu design dan tekhnologi dari AS. Hitunglah berapa value MarCap Apple sekarang. Nilainya kurang lebih USD 800 miliar. Belum lagi GE dengan design tekhnologi energi ramah lingkungan, yang hampir sebagian besar tekhnologi energi ramah lingkungan China menggunakan GE. Di bidang Jasa keuangan, China Construction Bank itu management perbankannya menggunakan sistem Bank Of America. Belum lagi Boeing yang punya pabrik di China namun supply chain terbesar dari AS. 

Ketiga, Semakin tumbuh ekonomi China semakin tumbuh ekonomi AS. Karena sebagian besar industri China merupakan bagian dari supply Chain AS, yang beroperasi di banyak negara. Hampir semua industri padat karya yang ada di AS , pindah ke China. Secara tidak langsung korporat AS diuntungkan dari segi efisiensi dan exploitasi buruh berupah murah. Dan bisa menjual ke AS dengan harga murah, yang tentu menguntungkan konsumen AS sendiri. Berperan besar menekan inflasi.


Tetapi sejak perang dagang dicanangkan oleh AS, kondisi berubah drastis.  AS kehilangan pasar. China mengalihkan impor ke negara lain, seperti  Jerman untuk produk hitech, Amerika latin untuk pertanian dan tambang. Qatar dan Iran untuk Gas. Padahal tadinya produk tersebut sebagian besar didatangkan dari AS. Bisa dilihat data trade AS yang turun selama perang dagang. Pada waktu bersamaan China juga kehilangan pasar AS cukup besar. Walau China juga dirugikan akibat perang dagang namun yang jelas AS jauh lebih besar ruginya.

“ Apa kerugian AS sebenarnya “ tanya teman. 

“ Saat sekarang apa yang diproduksi AS, juga diproduksi oleh China. Sementara apa yang diproduksi oleh China, belum tentu ada di AS, terutama produk yang tekhnologi rendah seperti footware, tableware, garment, barang barang plastik, aksesoris, electronic dan lain lain. Bagaimanapun AS harus impor dari China. “

“ Mengapa ?

“ Karena walau tarif sudah ditetapkan tinggi oleh AS dan China tidak mengubah harga jual FOB nya, tetap lebih murah daripada impor dari Jepang atau Korea. Namun kenaikan harga yang menanggung adalah konsumen AS. 

Nah di tengah lesunya ekonomi dan banyak pengangguran di AS, kenaikan harga itu sangat terasa bagi konsumen, dan ini menimbulkan keresahan bagi rakyat. AS harus keluarkan dana stimulus agar dunia usaha bisa mengurangi pengangguran. Hasilnnya tidak significant. Dunia usaha tidak tumbuh seperti yang diharapkan. Pengangguran tetap tinggi. Sama halnya AS bailout kerugian petani akibat kehilangan pasar China. Itu juga tidak significant memperbaiki masa depan petani AS. Kuncinya kan pasar. Bayangin aja. China yang penduduknya diatas 1 miliar, itu peluang besar pasar bagi petani AS. Dengan adanya perang dagang, China mengurangi impor pangan dari AS dan membeli dari negara lain.”

“ Kalau begitu, mengapa Trumps tidak keluar dari perang dagang yang konyol itu ?

“ Trumps terlalu yakin akan memenangkan perang dagang dengan China, dan memastikan China bertekuk lutut dengan AS. Keyakinan itu juga ada alasannya. Sebelumnya AS pernah menerapkan perang dagang dengan Eropa dan Jepang. Selalu AS menang, dan negara tersebut bertekuk lutut di bawah hegemoni AS. Namun sekarang yang di hadapi AS adalah China. Secara sistem ekonomi dan politik berbeda dengan AS. China tidak pernah jadi follower AS seperti Jepang dan Eropa. Di samping itu dengan adanya WTO, memungkinkan China bisa bermitra dagang dengan negara manapun yang bisa menguntungkan. Jadi China tidak perlu tergantung dengan AS. Apalagi saat perang dagang terjadi , China sudah menjadi kekuatan ekonomi dunia. Jadi Trumps salah lawan.”

“ Kan sudah jelas bahwa AS engga mungkin menang dalam perang dagang. Apakah tidak ada ahli ekonomi AS mengingatkan?

“ Tentu ada. AS itu gudangnya ahli ekonomi. Tetapi Trumps punya persepsi berbeda cara Make America Great Again. Gary Cohn, Penasihat ekonomi Donald Trump, sampai mengundurkan diri karena menolak kebijakan kenaikan tarif yang memicu perang dagang. Padahal dia adalah boss Goldman Sachs yang menjadi arsitek kunci dari reformasi pajak Trump tahun 2017. Ia juga dikenal sebagai orang yang menentang proteksionisme di dalam pemerintahan Trump. Tahun pertama Trumps berkuasa, ekonomi AS memang membaik, dan terjadi penurunan setelah ada kebijakan perang dagang.”

“ Apakah mungkin hubungan politik AS dan China akan memburuk sehingga terjadi perang ? Tanya teman.

“ Saya rasa secara politik hubungan AS dan China engga terlalu serius. Kalaupun nampak serius itu hanya ada di media massa. Karena kebetulan Trumps memang hobinya bersosial media. Jadi setiap letupan emosinya tersampaikan lewat sosial media. Padahal sikap Trumps bukanlah kebijakan yang lahir dari sistem politik AS. Makanya tidak pernah ditanggapi terlalu serius oleh China. “

“ Loh kamu engga baca berita. Trumps akan menolak bayar utang ke China sebesar USD 1,1 triliun. Dan akan membekukan asset China di AS. “

“ Orang yang ngerti pasar uang pasti ketawa. Gimana Trumps mau nolak bayar utang? China itu beli surat utang  AS dari pasar. Dalam surat utang kan engga disebut siapa nama bondholder. Itu bisa diperjual belikan di pasar secara bebas. Kalau AS menolak bayar utang, itu disebut dengan default. Nah kalau default, pasti TBill atau obligasi AS akan hancur di pasar. Kalau Tbill hancur, mata uang AS jadi sampah. Soal AS akan bekukan Asset China di AS. Itu juga konyol. Semua investasi China di AS itu dilakukan secara legal sesuai UU Amerika. AS hanya bisa membekukan asset apabila perusahaan asing itu terhubung dengan terorisme, itu disebut dengann Patriot act atau International Emergency Economic Powers Act karena alasan perang berdampak pada kerugian ekonomi AS.  Selain itu tidak bisa. Jadi paham ya. Pernyataan Trumps itu hanya untuk konsumsi orang bego. "

“ Jadi perang antara AS dan China tidak akan terjadi ? tanyanya lagi.

“ Sulit bagi mereka mau perang phisik. Mindset mereka sama.  Mindset business. Orang bisnis selalu menghindari konflik. Kalau kerjasama tetap bisa dilanjutkan dan saling menguntungkan, ya kenapa harus perang. Secara bisnis, baik AS maupun China punya peluang besar untuk terus kerjasama. Kalau sekarang keliatan ribut, itu karena keduanya sedang suffering ekonominya. Ya mereka butuh narasi mempersatukan rakyatnya masing masing. Sentimen nasionalisme itu perlu dengan menyalahkan negara lain. Itu juga bisnis agar ditengah krisis rakyatnya bisa berdamai dengan kenyataan dan penguasa tetap tidak salah walau harga melambung dan pengangguran meningkat.” 

No comments: