Thursday, July 9, 2020

Berbagi dalam sistem kapitalis


Di suatu tempat berkelas, berada di  Hong Kong Financial club. Ada sebuah cafĂ© yang aku gemar belama lama duduk sambil memonitor transaksi pasar melalui laptop kesayanganku. Mataku tertuju kepada wanita yang duduk tepat didepan mejaku. TIdak begitu jauh hanya 2 dua meja. Wanita berusia 30an tahun. Wajahnya oval. Lebih mirip wanita Indonesia dengan rambut hitam dan mata bulat. Baju yang dikenakannya adalah blazer hitam. Sangat sesuai sebagai wanita karir yang berkelas. Ketika mata kami beradu pandang, dia memalingkan wajahnya. Aku tersenyum di dalam hati , karena begitulah wanita yang terlalu pandai berpaling dari sikapnya.

Di depannya ada tas warna hitam. Tas yang biasa untuk menyimpan document sebagai standard para executive di sini. Juga ada majalah Fortune tergeletak di mejanya. Dia tidak menyentuh majalah itu. Namun tangannya asik menulis di atas meja. Seakan menghitung angka karena kadang kepalanya terdongak keatas. Pertanda dia sedang berpikir. Barangkali. 

Tak berapa lama , wanita itu berdiri meninggalkan meja dengan tas dan majalah yang tergeletak begitu saja. Kemana wanita ini pergi ? mengapa dia membiarkan tasnya tertinggal. Mungkinkah dia pergi ke toilet ? Aku hanya diam , menanti harap agar dia kembali. Benarlah, tidak lebih limat menit dia kembali melangkah menuju mejanya. Langkahnya sangat anggun. Sangat sempurna. Ketika dia melewati mejaku , aku mencium aroma perfume lembut. Entah kenapa mata kami kembali beradu pandang. Aku mengangguk dan tersenyum. Dia membalasnya dengan simpatik.

‘’ Saya pikir anda sudah pergi dan lupa dengan tas anda ‘’ kataku dalam bahasa indonesia. Mata dan perasaanku mengatakan hal yang sama bahwa dia adalah wanita indonesia.
‘’ Sorry. say again‘’ katanya dalam kebingungan namun senyumnya tetap membayang. Maka tahulah bahwa mata dan perasaanku tidak tepat. “ I am from Nepal ” sambungnya.
“ Oh sorry. I guess you are from Indonesia. ‘’ kataku . Seketika tanganku tergerak , mengulurkan tangan untuk berjabat tangan , dia menanggapinya dengan hangat. Kamipun berkenalan.
“ Saya pikir tadi anda mau pulang “ Kataku
‘’ Belum. Saya masih senang disini. “ Mata bulatnya nampak semakin indah.
“ Anda nampak asik nulis tadi. Nulis apa? ‘’ Tanyaku
‘’ Anda juga asik dengan laptopmu. Ngetik apaan ? Dia balik tanya.
‘’ Ya , Saya hanya monitor harga dibursa London dan sebentar lagi Wallstreet buka , makanya saya suka berlama lama disini....’’
‘’ Anda pialang ? “ Sergahnya dengan cepat.
‘’ engga juga. Anda ? “ Aku mengangkat bahu.
‘’ Konsultant “ Jawabnya dengan tegas.
“ Bidang apa ?“
“ HRD “ jawabnya dengan raut anggun berwibawa.
Kemudian pelayan cafe datang menghampiri wanita itu ‘’ maaf , apakah pesanan anda saya antar ke meja anda ? “ wanita itu terdiam sambil menatapku “ bagaimana kalau anda gabung dengan meja saya “ aku menawarkan diri. Dia tersenyum dan mengangguk “ Ya , sudah tarok disini saja “ katanya kepada pelayan. Kemudian dia berjalan kearah mejanya untuk mengambil barang barangnya dan kembali kemejaku dengan tersenyum,
“ Saya memperhatikan anda dari tadi “ kataku.
“ Saya juga “ Jawabanya.
“ saya melihat anda menulis sesuatu dengan sangat serius “ Kataku.
« Saya melihat anda memelototi screen komputer dengan serius « Katanya.
‘’ dan anda ke toilet “ Kataku lagi.
‘’ anda berdiri sambil memperhatikan langkah saya ‘’. Katanya tangkas.
‘’ anda tersenyum kearah saya.’’ Kataku tidak kalah tanggap.
‘’ anda mengangguk dan mengajak saya bergabung dengan meja anda“
Katanya enteng menunjukan kelasnya sebagai negosiator piawai. Kamipun akhirnya tertawa. Dia cantik sekali kalau tertawa. Suasana menjadi lebih santai.  

" Saya sangat ingin jadi kapitalis bursa. Tetapi nurani saya menolak. " Katanya seakan menyindirku secara cerdas.

“ Tapi ada juga sisi baiknya “ Katanya seakan menangkap keterkejutanku atas sikapnya “ pada 9 Desember 2010, atau dua tahun setelah Lehman Brothers tumbang dan wallstreet  terjerembab, Gates, Warren Buffett, dan Mark Zuckerberg menandatangani janji yang mereka sebut "Gates-Buffet Giving Pledge". Isinya adalah mereka berjanji untuk menyumbangkan setengah kekayaan mereka untuk amal secara bertahap. Luar biasa ya. “ 

“ Ya. Mereka tumbuh dan mendulang sukses akibat kapitalisme bursa. “ Kataku.

“ Dengan sikap mereka itu , mereka bukan hanya memaknai bahwa sukses harus diraih dengan kerja keras tapi bagaimana mempertanggung jawabkan kesuksesan itu untuk sesuatu yang lebih bernilai, dan ini hanya mungkin dengan konsep memberi. Seperti ungkapan Curchil “We make a living by what we get. We make a life by what we give.” Katanya bijak.

“ Saya rasa philantropi juga bagian dari sistem kapitalisme, apalagi dikaitkan dengan philanthropy fund. “ Kataku mempertegas pemahamannya.

“ Oh i see ”  Dia mengangguk. 

“ Philanthropy Fund itu awalnya di pakai oleh pemain hedge fund yang sukses menarik dana dari pasar untuk tujuan investasi. Mereka melihat fakta bahwa begitu besar uang terakumulasi untuk mengembangkan bisnis tapi kemakmuran dunia belum tercapai. Bahkan masih banyak orang hidup dengan penghasilan USD 2 per hari. “ kataku mencoba menjelaskan lebih lanjut.

“ Sebelum membahas lebih jauh tentang Filantropi Fund, bisa jelaskan apa itu hedge fund itu? katanya berkerut kening.

“ Hedge funds adalah dana yang berasal dari beberapa orang nasabah kaya dengan asset minimum diatas rata rata ( Dari minimum USD 100.000 sampai dengan diatas USD 100 juta). Dana ini dikelola oleh Fund manager. Setiap nasabah tidak bisa menarik dananya secara bebas tapi harus sesuai dengan jangka waktu kontrak. Kehebatan hedge fund ini, para nasabah tidak perlu tahu untuk apa uang itu dan tidak perlu mengikuti syarat pengelolaan dana yang ditetapkan oleh otoritas. Yang jelas nasabah dipastikan untung ( riskless ). Makanya fee untuk fund manager bisa mencapai minimal 20% dari laba kelola dana. Ada banyak strategi yang sering dipakai hedge funds untuk meraih laba, dari yang disebut arbitrage sampai ke directional bet dan lain lain.

Akibatnya orang kaya semakin kaya dan mereka semakin takut dikejar pajak. Nah saat itulah setiap kontrak hedge fund, nasabah disodori kontrak humanitarian fund agreement. Jadi underlying nya adalah humanitarian atau kemanusiaan. Tentu mereka salurkan untuk donasi hanya 10% dari total dana yang ke-trapp  itu. Ya semacam ongkos clean up money "

“ Tapi apakah otoritas atau pemerintah gampang dibohongi? 

“ Ya, tidak. Pemerintah mengeluarkan aturan ketat syarat mencairkan dana kelola itu dengan standar kepatuhan seperti apa jenis proyeknya, siapa penerimanya, berapa syarat minimal penyaluran, sampai kepada kepatuhan mengenai cross border trasfer antara rekening trust. Nah untuk memenuhi syarat ini tidak mudah. Akibatnya dana terkumpul dalam rekening trust dalam jumlah besar. Walau dana ini dapat di-layering lewat leverage namun tidak juga mudah. Karena tetap saja harus ada underlying transaction yang legitimate.”

“ Kira kira berapa total dana itu sekarang ?

“ Pada saat sekarang data dari bloomberg Global fund management, dana yang masuk katagori code humanitarian fund atau Philanthropy Fund (FF) mencapai USD 12 triilon atau 12 kali dari GNP kita. “

“ Siapa negara atau organisasi yang paling banyak memanfaatkan dana code FF ini ? 

“ Menurut informasi yang saya tahu, China, Iran, Rusia. Mereka sangat atraktif memberikan kelonggaran dana hedge fund masuk ke berbaga sektor dengan code FF. Organisasi yang termasuk besar menerima adalah Hizbullah untuk pembangunan kembali Libanon, dan masih banyak lagi yang engga mungkin saya sebut satu persatu. Karena ini rahasia. Apalagi pemain hedge umumnya orang yang humble jauh dari kehidupan selebritis. Mereka ada dimana mana tapi tidak diketahui ada di mana. Orang hanya mengenal fund manager atau konsultan finance saja.”

“ Mengapa sampai ada keharusan standar kepatuhan yang ketat terhadap dana FF code ini ? “ katanya bingung. 

“ Albert Hirschman mengatakan dalam esainya, Against Parsimony: Three Easy Ways of Complicating Some Categories of Economic Discourse: ketika kapitalisme bisa meyakinkan setiap orang bahwa ia dapat mengabaikan moralitas dan semangat bermasyarakat, public spirit, dan hanya mengandalkan gairah mengejar kepentingan diri, sistem itu akan menggerogoti vitalitasnya sendiri. Sebab vitalitas itu berangkat dari sikap menghormati norma-norma moral tertentu, sikap yang katanya tak diakui dan dianggap penting oleh ideologi resmi kapitalisme. Itulah sebabnya. Kalau ingin menyalurkan modal untuk kemanusiaan ( derma ) maka jangan sampai membuat penyaluran dana itu justru menciptakan kerakusan baru seperti yang dikumandangkan oleh risalah macam The Virtue of Greed dan In Defense of Greed,  kepada pihak yang penerima. ”Kataku mencoba berfilosofi.

Dia nampak termenung. Namun cepat lagi tersenyum, “ Terimakasih. Saya dapat pencerahan luar biasa.  Ternyata di balik skandal Enron, Madoff, Lehman Brothers, masih ada dunia kemanusiaan. Selalu ada sisi gelap dari cahaya. Namun daripada mengutuki sistem yang apa boleh buat sudah brengsek dari awalnya, akan lebih baik menyalakan lilin, ya semangat memberi walau hanya sekedar menyapa wanita dan mengajak minum ya kan“ Katanya bersatire, dan saya tertawa, diapun ikut tertawa lepas. 

No comments: