Monday, July 27, 2020

Harga emas melambung?


Lehman Brother tumbang, krisis wallstreet berdentang membuat fondasi kapitalisme pasar berderak. Harga emas mulai terkerek, dari USD 700 per ons pada oktober 2008, melambung ke USD 1900 per ons pada september 2011. Ini membayangi kegagalan recovery economy. Mengindikasi begitu parahnya dampak kerusakan ekonomi dunia akibat krisis wallstreet. Namun konsistensi the fed dan Bank Central Eropa menjaga stabilitas mata uang kertas, lambat laut pada tahun 2015 desember, emas mencapai harga mengarah seperti 2008, yaitu USD 1000. Namun kembali bergolak, dari tahun 2015- 2019, harga emas bergerak dikisaran USD 1000 per ons dan USD 1350 per ons.


Ketika Pandemi Covid-19 melanda China di penghujung tahun 2019 dan tahun 2020 melanda dunia, harga emas mulai bergolak keatas. Dari harga USD 1250 pada bulan Mei tahun 2019, pada tahun 2020 bula maret, melesat mencapai USD 1700 per ons atau belum setahun sudah naik 40%. Pada tanggal 27 juli sudah terkerek USD 1933 per ons. 

Jadi sebetulnya kenaikan harga emas ini bukan hanya dipicu oleh adanya COVID-19 tetapi sudah nampak bergerak keatas sejak bulan Mei 2019. Karena kekawatiran pasar akan tumbangnya ekonomi AS dan dibayangi oleh masa depan suram akibat perang dagang antara China-AS. Setelah 11 tahun sejak goncangan pasar financial tahun 2008, Ekonomi AS bisa masuk ke jurang resesi. Inilah yang memicu terjadinya kenaikan harga emas sejak tahun 2019.

Akibat pandemi COVID-19, indek pasar modal gobal rata rata jatuh ke titik hampir 40 persen, memaksa the Fed AS untuk mengeluarkan stimulus lewat QE sebesar USD $ 3 triliun, dan janji untuk berbuat lebih banyak. Semua bank central mulai memangkas suku bunga acuan. Akibatnya mendorong  harga emas naik keatas. Mengapa ? sudah hukum standar, bahwa setiap ekspansi dalam sistem mata uang fiat cenderung mendorong harga emas naik.  Situasi kecemasan atas masa depan ekonomi AS dan begitu besar asset bermata uang dollar di pasar global, telah mendorong China dan Rusia membeli emas di pasar. Ini juga ikut mendorong kenaikan harga emas di pasar. 

“ Babo, mengapa tren harga emas cenderung naik. Padahal nilai ekonominya tidak ada. ? Tanya nitizen via WA.

“ Ya, walaupun emas sendiri tidak menghasilkan nilai ekonomi, tetapi setiap investor dan orang berduit punya persepsi bahwa emas sebagai komoditi yang aman untuk melindunginya dari ketidak pastian ekonomi. Selagi kebijakan ekonomi negara tidak menjamin stabilitas sisi permintaan dan penawaran, maka rezim uang fiat dipertanyakan, dan orang beralih ke emas. Hukum pasar, kalau banyak permintaan harga akan naik”

“ Jadi kenaikan harga emas itu situasinonal sekali? 

“ Ya tentu. Emas itu seperti rumah aman atau safe-haven bagi investor untuk berlindung dari angin tornado ketidakstabilitan ekonomi. Emas juga hedging terbaik dari dampak inflasi. Karena emas itu sangat likuid. Bisa diuangkan kapan saja, harga mengikuti tren inflasi. Beda dengan ekuitas bursa, yang tidak selalu likuid. Namun tetap saja emas bukan instrument investasi yang menarik. Karena tidak ada yield. Hanya aman dari inflasi saja.“

“ Kapan akan terjadi penurunan harga emas ?

“ Gampang. Tinggal lihat peningkatan index bursa dan bunga acuan. Kalau index bursa naik dan suku bunga acuan naik , harga emas akan jatuh dengan sendirinya. Sebaliknya kalau index bursa jatuh dan suku bunga acuan dipangkas ya  harga emas akan naik.”

“ Kenapa kalau suku bunga naik, harga emas jatuh?

“ Kalau suku bunga naik akan menarik uang beredar ke brangkas bank cetral dan ini akan menekan inflasi. Harga emas otomatis jatuh. Karena orang lebih suka pindah ke ekuitas daripada emas.” kata saya.

“ Keliatannya sepanjang tahun 2020 ini keadaan ekonomi tetap buruk, Hampir semua negara maju mengalami kotraksi pertumbuhannya dan masuk jurang resesi. Jadi harga emas akan terus naik. “ Kata nitizen.

“ Kemungkinan ya. Tapi tahun 2020 semua bank central di dunia kompak melempar dana stimulus dan dampaknya akan terasa pada tahun 2021. Ketika pemulihan ekonomi semakin meningkat, investor akan mulai mengalokasikan lebih banyak dana untuk aset berisiko seperti saham, real estat dan obligasi dan menarik uang dari tempat yang aman seperti emas, Tbill. Sesuai tren historis, ketika  bursa rebound, emas biasanya turun secara signifikan seperti pada tahun 2011 hingga 2015. Paham? Udahan ya.”

No comments: