Saturday, July 11, 2020

Dimensi bisnis dalam Sufi.


Pada satu kesempatan teman saya sebagai CEO Venture Capital di Shanghai mengundang saya ikut menghadiri seminar tentang motivasi " Power of giving".Seminar itu hanya untuk lingkungan perusahaanya saja. Saya datang bersama dengan Esther sahabat saya juga banker di Hong Kong. Pembicara tunggal adalah Azim Jamal. Siapakah Azim Jamal? Dia adalah warga negara Canada. Tadinya dia seoarang fund manager yang berkarir di Wallstreet. Namun akhirnya mengabdikan umurnya untuk berdakwah dengan mendirikan Corporate Sufi Worldwide Inc, yang memfocuskan pada jasa penasehat pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan motivasi dan potensi diri. Jasanya kini dipakai oleh banyak perusahaan TOP 500 fortune. Bukunya yang berjudul “ Corporate Sufi”, "Power of giving” menjadi best seller dan dibaca oleh lebih 1 juta orang di 26 negara didunia.

Ketika crisis global terjadi, Azim Jamal semakin mendapat tempat dikalangan dunia sekular yang mulai disadarkan bahwa hidup tidak hanya berjuang untuk mendapatkan dan akhirnya kecewa, tetapi hidup adalah berjuang untuk memberi , untuk sebuah sorga di dunia juga diakhirat, untuk sepatah kata tentang Cinta.

Pada awal dia berbicara sudah membuat orang terpesona. “ Ketika duduk di atas perahu yang mengarungi sungai deras, pohon-pohon di sisi sungai tampak berlalu dengan cepat. Apa yang tampak berlalu di sekeliling kita hanyalah gambaran betapa cepat bahtera hidup kita meninggalkan dunia ini." Itu sebetulnya ungakapan sufi terbesar, Jalaluddin Rumi. Bagi orang China ini sangat menyentuh. Pemahaman tradisional China mengenal Yin dan Yang.

Ia menawarkan nilai-nilai atau dimensi-dimensi yang teransum dalam tasawuf sebagai penengah atau alternasi dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus mendedahkan bahwa sufisme bukanlah ilmu atau dunia yang hanya berkutat pada ranah esoteris belaka, melainkan juga menyentuh ranah eksoteris. Bagi sufi, bentuk-bentuk luar (exotetic) dari setiap individu hanyalah ilusi; kenyataan hanya ada di dalam bentuk esoteric, bagian dalam (the inner part). Sufi bisa seorang pria ataupun wanita, muda atau tua, hitam atau putih, pekerja ataupun ibu rumah tangga. 

Tentu semua orang bisa menjadi seorang sufi. Namun itu membutuhkan proses. Pemahaman orang tidak langsung luas. Iman orang turun naik seperti busa saham, sebelum akhirnya dia established. Semua adalah proses. Ulat tidak bisa jadi kupu kupu yang indah tampa mendekam dalam kepompong dan berjuang keluar dari kepompong. Kita tidak bisa memaksakan keadaan seperti kita mau, tetapi kita harus keras terhadap diri kita untuk mau mengikuti sunatullah. Kesuksesan membutuhkan pemahaman terhadap realitas, memiliki arah, dan mengarah ke kesuksesan itu. 

Apa yang disampaikan oleh Azim Jamal adalah semua yang berhubungan dengan hadith dan Al Quran. Yang membuat saya terharu adalah bagaimana setiap kata katanya disimak dan kadang membuat peserta seminar berlinang air mata. Padahal semua peserta seminar ( kecuali saya ) bukan beragama islam. Cara dia menyampaikan yang sangat luar biasa. Pengetahuan agama yang luas dan dipadu dengan pengalamannya sebagai fund manager di Wallstreet, dia tidak perlu memberikan contoh orang lain tentang kesalahan menyikapi hidup, karena dia sendiri pernah melakukan itu. Karenanya, dari ceramahnya menimbulkan inspirasi dan motivasi untuk berubah lebih baik, dengan cara baik.

“ Saya senang karena lewat Azim Jamal, islam diperkenalkan sebagai Rahmatan Lilalamin. Ceramahnya diterima oleh sebagian besar perusahaan yang justru mereka bukan beragama islam. Namun esensi islam bisa mereka terima. “ Kata Esther ketika usai seminar.

“ Islam itu agama esensi, dan itu adalah cinta” kata saya.

“Dan kalau ternyata esensinya Cinta, mengapa umat islam tidak menerapkannya? Katanya dengan wajah bingung. Saya paham karena perspektif dia tentang islam adalah situasi timur tengah yang selalu bergejolak. Aksi teror atas nama jihadis. Indek korupsi tertinggi negara di dunia justru ada pada negara yang penduduknya mayoritas islam. 

“ Kalau mereka tidak bisa merebut cinta orang agar mengikuti Islam, janganlah berdakwah merendahkan keyakinan orang lain. Jangan sampai orang islam dikafirkan dan orang kafir dihina. Akibatnya yang dekat menjauh , dan yang jauh kabur. Dan tanpa disadari mereka sudah menjadi bagian dari perusak syiar Islam. Sampaikan kebaikan itu dengan bahasa cinta dan sabar dalam menyampaikannya…” Kata Esther kemudian.

“ Benar. Pemahaman agama akan terasa indah apabila tingkat wawasan seorang semakin luas. Kamu bisa nilai materi seminar itu indah karena tingkat pendidikan dan wawasan kamu luas, bergaul dengan berbagai etnis, pikiran kamu terbuka, tentu kamu bisa langsung memahaminya. Tapi bagi orang awam, agama masih sekedar pelengkap status sosial. Agama mengisolasi dirinya akan rasa kagum ( sorga ) sekaligus gentar ( neraka). Mereka stuck dalam pikiran yang tertutup. “ Kata saya.

" Sekarang saya dapat paham" kata Esther. " Bahwa pada tingkat pendidikan rakyat masih rendah, kemiskinan massive karena kebodohan, seharusnya kehidupan beragama diatur oleh negara. Karena jika tidak diatur, ia mudah diprovokasi oleh petualang politik yang bisa merusak dirinya sendiri, dan orang sekitarnya. Mereka bisa jadi militan untuk memaksakan keinginannya yang irasional. Mereka belum bisa diberikan kebebasan beserta tanggung jawab yang mengikutinya dalam sistem demokrasi" Sambungnya. Saya hanya tersenyum. Ayahnya jerman tetapi ibu Jawa, muslimah.

Pemahaman tentang islam seperti yang disampaikan oleh Azim Jamal, sang investment banker yang mewakafkan hidupnya berdakwah tentang nilai nilai islam, telah berhasil mengubah sudut pandang  banyak orang tentang nilai nilai kehidupan untuk lahirnya perdamaian dunia; seni berkompetisi mengubah jadi sinergy, hutang piutang berubah menjadi kemitraan, kekayaan bukan uang tapi distribusi usaha dan modal. Sebetulnya yang disampaikan Azim adalah tentang akhlak. Dan rasul bertugas tidak lain adalah memperbaki akhlak. Tapi ketika amarah dan teriakan sinis rasis, kebencian yang tak sudah, saya pikir Esther benar, sebagaimana Indonesia, bahwa memang sudah seharusnya agama diatur negara agar rakyat tidak merusak dirinya sendiri dan orang lain. Para petualang yang mempolitisir agama seharusnya memang di "amankan" agar jinak

Islam bukanlah agama yang dipenuhi oleh euforia metafora akan sorga. Bukan pula agama yang menjadi teror akan neraka. Bukan!. Islam adalah agama cinta dan kasih sayang untuk mengenal Allah dan kembali kepada Allah dalam kadar kesempurnan sebaik baiknya ciptaaan Allah. Setiap manusia harus berbuat sesuatu atas umurnya yang terbatas ini. Berbuat untuk  menemukan makna, kegenapan ( fulfillment) dan kebahagiaan.

No comments: