Thursday, July 2, 2020

Stimulus itu Viagra ekonomi.


Di suatu lounge executive hotel saya menatap ke jendela kaca lebar. Nampak di bawah orang jalan di trotoar. Kendaraan bersilambat memutari air mancur “ Kamu lihat itu” kataku kepadanya. Dia menoleh ke samping ke arah yang kumaksud “ Itu biasa saja. Keramaian sore di jakarta. Macet. Emang ada yang aneh ? katanya.

" Mungkin sebagian mereka itu ada yang pagawai, adapula yang pengusaha. Yang pagawai mereka dapat gaji dari perusahaan. Uang gaji itu mereka pakai untuk berkonsumsi menggerakan mesin produksi dan jasa. Kalau ada lebih mereka tabung. Kalau dapat bonus dari perusahaan, juga mereka tabung. Industri perbankan tumbuh karena mereka. Dari tabungan yang ada itu membuat mereka punya akses mendapatkan rumah atau kendaraan lewat kredit bank. Merekapun jadi konsumen bank. Dengan demikian gaji dan bonus teralokasikan untuk bayar utang bank. Di sisi lain, setiap mereka terima gaji, mereka bayar pajak. Perusahaan mencetak laba berkat kerja keras mereka, juga bayar pajak. Mereka belanja barang dan jasa, kena pajak tidak langsung berupa PPN atau cukai.” Kataku.

“ Ya. itulah realitas.” Katanya tersenyum. Tanpa disadari kita semua sudah masuk dalam sistem ekonomi. Tenaga kita sebagai mesin kapitalis. Konsumsi kita sebagai pelumas mesin kapitalis. Ibarat tubuh manusia, korporat itu sebagai jantung. Sementara uang yang berputar dari negara ke rumah tangga dan kembali ke bank terus ke negara lagi, itu adalah darah.”

“ Apa jadinya kalau kurang darah? Kataku “ pasti jantung jadi melambat. Sebagai mesin, tenaga kita tidak lagi efektif karena kurang darah. Lambat laun mesin rusak karena berputar tanpa pelumas. Konsumi jatuh. Kalau ini terjadi massive dan sistematis maka akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Apa? Mesin ekonomi negara juga terganggu. Karena pendapatan pajak drop. Darah itu adalah likuiditas. Rumah tangga, perusahaan, negara , sama saja. Kalau likuiditas terganggu maka semua jadi melambat dan akhirnya stuck. Lanjutku.

“ Pertanyaannya mengapa sampai likuditas berkurang? 

“ Kapasitas produksi barang dan jasa lebih cepat meningkat daripada kemampuan orang menyerap. Akibatnya terjadi penyesuaian ekonomi secara natural. Sektor produksi terpaksa menurun agar menyesuaikan sisi permintaan. Itulah krisis ekonomi global yang sekarang terjadi, Di tambah lagi dengan adanya pandemi dimana kegiatan produksi berhenti dan konsumsi pasti berkurang karena orang lebih banyak di rumah.”

“ Keliatannya tidak ada masalah. Ya business as usual. Kalau permintaan turun, produksi juga turun “ Katanya.

“ Tetapi menjadi masalah besar karena populasi setiap detik bertambah. Kebutuhan juga bertambah. Kalau produksi turun karena alasan bisnis, maka terjadi pertumbuhan negatif. Artinya ada orang yang pasti tidak tersentuh keadilan sosial ekonomi.  Sementara yang lain semakin kaya. Gap kaya miskin semakin melebar. maka saat itulah itulah system ekonomi jadi timpang. Demand and supply tidak seimbang. Struktur ekonomi tidak lagi solid. Kalau ini tidak cepat diatasi maka akan berlanjut kepada keresehatan sosial dan mudah menjadi masalah politik. Kalau masalah sosial yang buruk masuk ke ranah politik, yang terjadi adalah revolusi. Di mana saja dan sejarah mencatat selalu revolusi terjadi karena alasan ketidak adilan ekonomi yang dipicu oleh gagalnya sistem menjaga keadilan”

“ Lantas solusinya apa ?Katanya mengerutkan kening.

“ Dalam teori ekonomi kapitalis, masalah ketidak seimbangan demand and suplly disebut dengan struktur ekonomi. Krisis struktur hanya bisa dihadapi dengan intervensi pasar. Walau teori kapitalis mengagungkan kebebasan pasar namun pada saat sistem tidak bekerja efektif, dibolehkan negara mengintevensinya.”

“ Jadi intervensi pemerintah itu penting sekali. Karena ia sebagai solusi agar sistem kembali bekerja normal. “ Katanya.

“ Ya, pemerintah harus lead dalam hal pertumbuhan.”

“ Caranya ?

“ Pemerintah create uang dan create market “ 

“ Wow…indah sekali. Terus, berapa total market yang di create dan berapa total uang yang di create ?

“ Bisa dilihat dari belanja APBN sebesar Rp. 2400 triliun. Itu market created. Sementara uang yang di-create bisa dilihat dari angka defisit APBN sebesar 6,72% dari PDB atau mencapai Rp 1.028,6 triliun. Tetapi dari 6,72 % itu bisa menggerakan ekonomi. Setidaknya tidak mambuat kapasitas ekonomi merosot dengan pertumbuhan negatif. Sehingga system bekerja lagi. Kegiatan produksi dan konsumsi terjadi secara normal. “

" Artinya seandainya tidak ada pandemi dan krisis, pemeritah tidak perlu create uang sebesar Rp. 1.028 triliun. Dengan demikian krisis atau tidak, sisi uang tidak berkurang. Hanya bedanya, kalau engga krisis pendapatan dari pajak dan lainnya, kalau krisis dari system uang itu sendiri. Makanya penting sekali pemerintah mengimplementasikan program create market dan uang itu. Walau uang ada dan market ada , tetapi program tidak jalan. Itu akan jadi beban ekonomi yang bersifat inflasi. “ Katanya.

" Ya. Tepat sekali. Makanya kata kuncinya adalah kecepatan pemerintah mengimplementasikan APBN dan dana stimulus. Agar  kelak ekonomi kembali normal dan intervesi pemerntah bisa dikurangi. Setidaknya dibawah 3% dari PDB. Dan pemerintah dimana saja berusaha agar sekecil mungkin intevensi pasar.  Semakin kecil intervensi negara semakin mandiri rakyatnya dan semakin makmur tentunya.”Kataku.

“ Tetapi apakah dengan demikian sistem itu bisa dikatakan lemah karena harus di intervensi dari sisi demand and supply.  Kelak akan itu terjadi lagi, lagi? Tanya teman.

“ Tidak ada system yang sempurna selagi orang masih punya "hasrat dan keinginan". Justru "hasrat dan keinginan" itupula, yang membuat kapitalisme punya vitalitas dan hidup orang jadi bergairah. Intervensi itu bukan merusak system. Itu hanya sebagai viagra agar ekonomi punya daya tahan dalam panetrasi pasar yang bergejolak. Dan lagi uang beredar yang di create lewat system ekonomi hanya sebesar Rp 1.028,6,  tetapi jangan lihat jumlahnya. Lihat value asset dalam bentuk PDB yang dijaga sebesar Rp. 15.600 triliun. Value itulah yang membuat pertumbuhan angka kelahiran tidak ditakuti, riset dan pengembangan IPTEK terjadi, orang tidak kawatir bersedekah atau menjadi filantropi, negara engga takut keluarkan bansos. Karena uang yang keluar hanya 10 tetapi imbalannya berupa value bisa 12 kali bahkan lebih."

“ OK. Value itu kan imajiner?

“ Benar. Keinginan juga imaginer. Tetapi karena itulah orang mau bekerja keras dan peradaban bergerak ke depan. Contoh investasi di bidang pendidikan. Apakah ada barang yang diproduksi? Kan engga ada. Tetapi semua tahu bahwa pendidikan itu adalah value. Dan valuenya bisa berlipat. Coba hitung berapa kali perbedaan pendapatan tukang becak dengan pegawai bank. Tentu berlipat kali. Perbedaan itulah disebut value, buah dari investasi pendidikan.”

“ Tetapi karena itu Gap kaya miskin semakin melebar?

“ Kalau kamu mengukur kaya miskin dari jumlah harta dan pendapatan. Itu benar. Tetapi kaya miskin itu bukan karena ditentukan oleh system. Kalau kamu miskin, itu bukan system yang salah. Terbukti ada yang kaya selain kamu. Artinya ini soal pilihan. Ada orang tidak mau kerja keras, dan ambil resiko terlalu besar, tidak mau berkompetisi, dia ingin aman saja. Tentu sedikit hartanya. Tapi ada juga yang berani berkorban apa saja untuk mendapatkan harta, tentu hartanya banyak. Waktu meraihnya harta itu ada ukurannya, tetapi ketika didapat dia kembali ke diri sendiri. Apakah valuenya membuat happy atau unhappy. Itu tidak ditentukan oleh besarnya harta.”

No comments: