Saturday, May 30, 2020

Apakah ekonomi Indonesia akan bangkrut?


“ Apakah Ekonomi kita menuju kebangkrutan? kata teman via WA.

“ Enggalah. Itu terlalu tinggi paranoidnya. Kalau krisis, Ya. Memang saat sekarang keadaan ekonomi dunia sedang lesu. Bukan hanya Indonesia. Sejumlah negara kini di ambang resesi karena pertumbuhan ekonominya yang terus menerus minus, salah satunya Jepang. Bahkan Negara lain yang positif juga menunjukkan perlemahan. Apalagi di tengah pandemi COVID-19. Menurut analisa Morgant Stanley, kita termasuk negara tercepat kedua di dunia pulih ekonominya setelah pandemic COVID-19. 

“ Tahun 2020 kemungkinan pertumbuhan ekonomi 2%.  KIta akan menghadapi ancaman pengangguran.  Gimana cara rezim  Jokowi bisa selamat dari situasi ini? Katanya.

“ Dunia menghadapi krisis dan resesi bukan hanya kali ini tetapi sudah berkali kali.  Para ekonom sudah ada formulanya bagaimana keluar dari resesi.  Formula itu bukan datang dari hasil lamunan tetapi berdasarkan studi kasus yang pernah terjadi dan terbukti bisa memperbaiki ekonomi, bahkan menjadi lebih baik setelah resesi. “

“ Ekonomi itu bisa terus tumbuh apabila ada ekspor, belanja pemerintah dan investasi. Sementara saat sekarang  gimana mau ekspor ? semua negara sedang suffering menghadapi krisis dan pandemic. Gimana mau investasi, duit susah. Gimana mau belanja pemerintah, penerimaan drop. Gimana caranya ?

“Saya jawab satu persatu ya. Ok.”

“ Ok. Gimana menjaga ekspor.?

“ Ekspor itu berkaitan dengan dunia usaha, maka pemerintah menjaga agar sistem keuangan dan perbankan tetap sehat. Sehingga dunia usaha tetap bisa ekspansi dan melakukan kegiatan operasionalnya termasuk eksport.”

“ Caranya? 

“ Pemerintah melonggarkan likuiditas perbankan.”

“ Darimana duitnya ?

“ Itu dicreate oleh BI dan OJK melaui kebijakan Quantitative easing, yaitu melalui  pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, penyediaan likuiditas ke perbankan melalui mekanisme term repurchase agreement (repo) dan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM). Dari Januari hingga Mei 2020, Bank Indonesia (BI) telah menerapkan kebijakan Quantitative Easing (QE) hingga Rp583,5 triliun. Jadi bila bank sehat, maka dunia usaha juga sehat. Angkatan kerja terserap. Dan hanya masalah waktu ekspor akan kembali terangkat.”

“ Gampang banget ya. Tapi kan QE itu sama saja cetak uang"

" Itu bukan cetak uang dalam pengertian awam pakai mesin cetak. Itu create money melalui sistem moneter agar uang beredar bertambah sehingga likuiditas longgar. Nanti kalau situasi sudah normal akan ditarik lagi lewat operasi pasar uang BI. Jadi tidak ada dampak inflasi seperti kalau kita mencetak uang"

" Terus gimana dengan belanja pemerintah  dan investasi. Kan lagi krisis. Apa dikurangi APBN ?

“ Justru belanja pemerintah tidak boleh dikurangi. Tetapi ditambah. Kalau engga ekonomi bisa stuck ?

“ Ya darimana duitnya ?

“ Duitnya sebagian dari utang dan sebagian lagi dari realokasi anggaran agar biaya sosial menghadapi pandemi bisa didapat dari pengurangan belanja rutin. Sehingga tidak mengganggu fiskal. Sementara untuk proyek pembangunan infrastruktur harus diperbesar anggarannya. Proyek strategis nasional (PSN), yang tadinya dua bulan masa PSBB sempat tertunda, kini dilanjutkan lagi. Lihatlah Kereta Cepat Jakarta Bandung, tadinya tertunda, sekarang sudah mulai dikerjakan lagi. Ibukota baru juga terus dikerjakan. Bahkan dari 223 PSN yang ada, malah di tambah.

“ Jadi jumlah PSN di tengah krisis ini jauh lebih banyak. Mengapa ?

“ Kan dunia usaha belum pulih, ya pemerintah harus lead di bidang investasi dan penyediaan lapangan pekerjaan.”

“ Dan itu semua dari utang.”

“ Engga semua utang. Hanya sebesar Defisit anggaran, yaitu 6% dari PDB. “

“ Segitunya ya. Jadi sebetulnya engga ada masalah kita ini?

“ Masalah jelas ada. Tetapi jalan keluarnya juga ada. Kehidupan memang begitu. Kita tumbuh dan berkembang dari masalah. Biasa saja. Kita akan baik baik saja”

No comments: