Setelah hampir setahun di New York, Yuni kembali masuk kantor di Holdingnya di Jakarta. Walau dia baru masuk namun perkembangan perusahaan setiap hari dia monitor dari Amerika. Itu sebabnya dia bisa langsung bekerja tanpa harus bertanya tanya. Hanya dia perlu keliling ke unit business yang tersebar di beberapa kota di Indonesia dan juga di luar negeri. Hari harinya tetap sibuk. Dia sudah memikirkan untuk membuat kantor sendiri tanpa harus menyewa di office tower. Sehingga semua unit business yang tersebar di beberapa tempat di jakarta, dapat di satukan dalam satu building. Rencana ini dia sampaikan kepada Burhan via email. Burhan tidak menjawab. Yuni tahu apabila Email tidak dibalas Burhan , itu artinya kebijakan sudah benar tanpa perlu dibahas. Yuni menugaskan Direktur Keuangan Holding untuk melaksanakan rencana pembangun gedung kantor.
Selepas kantor Yuni tidak lagi menghabiskan waktunya di cafe bersama teman teman sosialita nya. Waktunya lebih banyak bergaul dengan pebisnis. Diapun aktif dalam asosiasi bisnis. Burhan tidak pernah mempertanyakan kesibukannya. Sejak kembali dari Amerika, Yuni sudah jarang bertemu dengan Burhan. Terakhir Yuni tahu bahwa Burhan lebih banyak di rumah bersama istrinya. Alasanya Burhan ingin lebih punya waktu dengan istrinya. Maklum tahun ini kedua anaknya sudah keluar dari rumah. Istrinya tentu merasa kesepian. Untuk itulah Burhan mendampingi istrinya selama tahun tahun awal dalam kesendirian di rumah. Sambil berharap agar istrinya dapat mendampinginya kemanapun dia pergi. Yuni sadar bahwa bagi Burhan keluarga adalah nomor satu.
Yuni ingin sekali bertamu tatap muka dengan Burhan khususnya membicarakan rencananya membantu sahabatnya yang sedang dirudung masalah keuangan perusahaannya. Betapa girang hatinya ketika pesan singkat masuk ke gadget nya “ Temanin aku ke spa hari ini “. Benarlah , tepat jam yang di janjikan Burhan sudah ada di cafe favorit nya. Mereka berdua berangkat dengan berjalan kaki ke hotel dimana tempat spa berada. Setelah selesai spa, mereka duduk di ruang santai.
“ Uda, boleh diskusi “
“ Soal apa ?
“ Aku punya teman. Perusahaannya sangat bagus pengelolaanya. Penjualannya terus meningkat. SDM hebat, produk berkualitas. Laba yang dihasilkan terus meningkat dari tahun ketahun. Relasi Yuni di bank memberikan informasi kepada Yuni perusahaan tersebut bagus dan tumbuh dengan cepat. Namun punya masalah terhadap Cash flow .”
“ Kenapa bisa begitu? Kata Burhan sambil rebahan di korsi santai.
“ Peningkatan penjuaan begitu cepat namun tidak diimbangi arus kas masuk yang cepat.”
“ Miss management “
“ Ya Perusahaan terjebak dengan peningkatan penjualan secara kredit sementara bank tidak lagi mendukung pembiayaan cash flow tersebut, karena Debt to equity ratio sudah diatas ambang batas. Hanya dua cara yang bisa dilakukan oleh perusahaan yaitu merubah syarat penjualan atau pemegang saham menyetor modal agar kondisi DER membaik. Yang pertama tidak mungkin dilakukan karena kawatir memperlemah momentum pasar.Yang kedua para pemegang saham tidak punya dana untuk menbambah modal karena pertumbuhan laba habis untuk ekspansi.”
“ Oh gitu. Lantas rencana kamu apa ?
“ Yuni tertarik terhadap perusahaan ini.”
Burhan hanya diam sambil memejamkan mata. Dia membalikan tubuhnya menghadap kearah Yuni. “ Jadi apa yang harus aku lakukan?
“ Ubah dech kebijakan holding. Jadi Yuni bisa gunakan cadangan laba untuk ambil perusahaan ini. “
“ Engga boleh.”
“ Uda, bantu Yuni. Ini suami sahabat Yuni sejak kecil di Medan.”
“ Engga bisa.”
“ Uda. Kalau kita injeck uang cash, perusahaan akan membaik. Kasih Yuni kesempatan. “
Burhan berdiri dari korsi santainya menuju ke arah meja minuman. Dia minum air putih. Yuni mendekat “ Uda mau Yuni buatkan teh atau kopi.”
“ Engga usah. Air putih aja. Uni di rumah larang aku minum kopi keseringan.” Burhan langsung melangkah ke locker untuk ganti pakatain dan diikuti oleh Yuni. Mereka keluar dari tempat Spa. Yuni tidak ingin bicara lagi soal rencananya itu. Karena dia kenal betul sifat Burhan yang engga bisa ditekan.
“ Gimana hasil pemeriksaan dokter soal penyakit kamu? kamu masuk pra monopouse atau apa ?
“ Engga apa apa. Hanya stress aja penyebabnya. Sekarang udah normal datang bulannya.”
“ Kapan periksanya?
“ Tiga bulan lalu setelah pulang dari Amerika.”
“ Kenapa kamu baru bilang setelah aku tanya.”
“ Aku pikir engga penting banget uda.”
“ Kamu pikir itu engga penting. Tapi aku mengkawatirkan kamu, Yun.. Cobalah mengerti perasaan orang. Kalau engga , ya engga usah ngeluh.”
“ Ya maaf Uda. Uda sayang Yuni ya.." Kata Yuni melingkarkan tangan di pinggang Burhan.
" Ah sudahlah. "
Karena Burhan ada janji dengan teman temannya di Pondok Indah Mall, mereka berpisah. Sebelum berpisah dari tempat spa itu, burhan berkata kepada Yuni “ Undang Direksi itu makan malam besok.”
“ Terimakasih Uda.” Kata Yuni dengan tersenyum cerah. Itu artinya Burhan akan mendukungnya.
***
Jamuan makan malam diadakan di restoran jepang di salah satu hotel bintang lima. Dengan ramah Burhan memuji management perusahaan itu. Burhan mempertimbangkan untuk membantu ketika direksi perusahaan itu meminta agar Burhan mengatasi cash flow nya.
“ Pak Han, Kami sebenarnya tidak butuh investor dalam jangka panjang. Kami hanya butuh cash flow untuk mendukung penjualan yang terus meningkat. Kami menawarkan kerjasama berdasarkan bagi hasil atas dasar persentase penjualan.”
Dengan wajah tetap ramah, Burhan berkata “ Kami bukan lembaga keuangan untuk memberikan solusi seperti yang anda inginkan. Kalau itu kami lakukan tentu akan melanggar hukum.”
“ Jadi bagaimana caranya anda bisa terlbat membantu kami?
“ Kita kerjasama aja. Kami akan setor modal atas saham yang boleh kami kuasai. Soal harga saham, kita bisa rundingkan.”
“ Maaf, kami perusahaan keluarga. Kami engga bisa tawarkan kepemilikan saham. “
“ Saya maklum.” Kata Burhan dengan tetap ramah.
Usai makan malam itu, Yuni menemani Burhan pergi ke cafe di tempat biasa Burhan menyendiri. “ terimakasih Uda.”
“ Untuk apa ?
“ Udah penuhi permintaan Yuni. Niat Yuni untuk membantu sudah sampaikan tapi mereka menolak.”
Setelah sebulan sejak pertemuan itu, Yuni kembali di hubungi sahabatnya. Bahwa suaminya ingin bertemu kembali dengan Burhan. Tapi Burhan tidak bisa ketemu karena sedang sibuk dengan keluarganya. “Kamu temui aja. kasih tahu aku perkembanganya. Jangan ambil komitmen ya” Demikian pesan Burhan kepada Yuni. Ditengah pertemuan itu, Yuni menelphone Burhan.
“ Uda , mereka ajukan proposal. “
“ Apa proposalnya”
“ Mereka mau jual piutangnya kekita untuk mengatasi cash flow nya”
“ Berapa diskon yang mereka tawarkan?
“ 30%.”
“ Ambil.”
“ Boleh ya Uda.”
“ Boleh.Ambil peluang itu. Uangnya jangan ambil dari holding tapi ambil dari Wenni di Hong kong.”
“ Thanks Uda.
Dengan wajah sumringah Yuni mengatakan bahwa dia setuju atas proposal mereka. Para direksi senang. Rencana besok perjanjian mengenai transaksi ini akan di tanda tangani. Setelah 3 bulan kemudian, Direksi kembali menghubungi Yuni. Mereka nampaknya panik. Mereka setengah memaksa untuk bertemu dengan Burhan.Tapi kembali Burhan tidak ada waktu karena kesibukannya dengan keluarga.
“ Uda mereka panik.”
“ Kenapa ?
“ Mereka terjebak dengan hutang jangka pendek.DER mereka sudah diatas 50%.Wenni engga bisa lagi tambah platform factoring mereka. Kalau dipaksa akan terkena aturan dari OJK di Hong Kong. Kalau tidak dibantu, factoring yang kita pegang terancam default. Karena debitur punya alasan tidak membayar hutang apabila suplai dihentikan.”
“ OK. Mulai sekarang kamu keluar dari deal dengan mereka. Selanjutnya urusan di handle oleh team dari Hong kong.”
“ Holding ?
“ Ya.”
“ Baik Uda. Saya kan sampaikan kebijakan ini kepada mereka”
Benarlah tidak lebih seminggu Team dari Holding di Hongkong menemui direksi perusahaan yang bermasalah itu. Mereka adalah team akuisisi, yang Yuni sebut sebagai team srigala. Dingin dan cepat gerakannya namun akurat. Mereka dilatih langsung oleh Burhan. Yuni mendampingi team beberapa kali rapat selama proses penyelesaian financial tersebut. Memang pada posisi ini perusahaan tidak punya pilihan banyak karena kondisi perusahaan terjebak hutang jangka pendek dan biaya jangka pendek. Karenanya tawaran Team meng akuisi sebesar diatas 80% saham tanpa bisa ditolak. Harga bagus walau tidak sebagus yang diharapkan awalnya. Namun bagaimanapun pemegang saham lama merasa happy karena di samping dapat uang dari hasil penjualan saham juga nilai sahamnya yang ada di tangannya akan meningkat seiring masuknya investor baru.
Bagaimana Burhan membayar perusahaan itu ? apakah dari kas Holding ? tidak! Yuni mengikuti semua tahapan proses sampai uang mengalir ke perusahaan yang sahamnya diambil alih. Caranya, team membentuk Special Propose Company untuk bertindak sebagai vehicle pengamibi alihan. SPC ini menjual bond dengan underlying akuisisi. Mengapa bond bisa laku dijual? karena Team punya exit akan masuk bursa dan refinancing melalui bank. Team hanya menjual bond senilai cukup mendongkrak DER menjadi di bawah 30%. Mengapa? dengan DER di bawah 30% team bisa menarik pinjaman baru dari bank untuk mendukung penjualan dan menjaga cash flow tetap sehat. Bagaimana dengan pembayaran bond yang dikeluarkan SPC? Rencananya dengan kondisi keuangan sudah sehat Team akan menawarkan kepada limited investor berupa convertible bonds. Artinya hutang itu akan di konversi dengan saham kelak ketika perusahan masuk bursa. Dengan demikian Team bisa ambil perusahaan tanpa keluar uang.
Setelah proses pengambil alhan itu selesai, Burhan menelphone Yuni
“ Yun, Perusahaan di bawah kendali Holding kamu”
“ Jadi anak perusahaan Yuni?
“ Ya.”
“ Terimakasih Uda.Uda baik banget.”
“ Tugas kamu ganti direksi sesuai dengan grand strategy masuk bursa. Pastikan TOP eksekutif adalah mereka yang punya reputasi dikalangan perbankan agar beauty ketika masuk bursa kelak.”
“ Ya uda.”
“ Pastikan jadwal masuk bursa dengan performance strong market sesuai business plan yang ada , bahwa kita akan dapat sedikitnya capital gain sebesar 4 kali lipat. “
“ Ya uda.
“ Kalau kamu bisa laksanakan semua rencana dengan baik maka Limited investor bersenang hati karena mendapatkan yield tinggi dari capital gain dan holding kamu tetap sebagai pemegang kendali utama perusahaan karena kamu tetap mayoritas.”
“ Kok bisa begitu ?
“ Ya karena kamu tidak menjual semua saham yang kamu miliki di perusahaan itu tapi hanya sebagian kecil sebagai fresh money untuk memberikan konstribusi kepada Holding. Yang penting kamu tidak punya hutang lagi kepada limited investor. Setelah itu kondisi neraca perusahaan semakin sehat karena masuknya investor bursa. Dengan begitu perusahaan bisa kembali menarik pinjaman dari bank untuk meningkatkan program penjualan agar perusahaan semakin bersinar dan kelak kalau right issue PER akan naik berlipat. Paham kamu ?
“ Paham Uda.”
***
Ketika tahun baru Yuni bertemu dengan sahabatnya yang suaminya dulu menguasai saham mayoritas di perusahaan yang kini di bawah kendali Yuni. Tapi anehnya setelah itu sahabatnya itu tidak nampak akrab lagi. Kesannya berusaha menjauhi Yuni.
“ Sis, kenapa susah sekali di telp “ kata Yuni kepada sahabatnya itu.
“ Untuk apa berteman dengan perampok” kata sahabatnya itu dengan sinis.
“ Maksud kamu apa ? Kata Yuni heran.
“ Asal kamu tahu aja. Sejak pengambil alihan itu, suami saya sakit sakitan. Udah dua kali kena stroke. Kamu kejam”
“ Kejam?
“ Ya kejam. Gimana engga kejam. Sejak pertama kali pertemuan dengan kamu, suami saya bilang, semua bank menutup pintu memberikan solusi. Belakangan diketahui , ada pihak yang menekan bank agar tidak menambah fasilitas pinjaman. Sehingga memaksa suami saya untuk deal dengan kamu. Akhirnya semua habis. Habis. Kamu bukan sahabat tapi Ular piton. Melilit orang dengan utang berbunga tinggi dan kemudian memangsanya. “ Kata temannya dengan air mata berlinang. Yuni yakin bahwa Burhan menggunakan aksesnya menekan bank agar menghentikan kucuran kredit kepada perusahan suami temannya agar terjebak hutang jangka pendek dengannya sehingga jadi mangsa empuk untuk di lumat.
Yuni terasa terhempas dari langit ketujuh, Dia merasa kotor dan hina dihadapan sahabatnya. Yuni baru menyadari apa yang selama ini dia lakukan bukanlah pekerjaan seorang wanita , seorang ibu. Kesalahan ada padanya karena dia sendiri yang ingin memperbesar unit bisnisnya di bawah Holding. Burhan? tidak pernah Burhan memaksanya atau memintanya untuk berkembang seperti sekarang ini. Itu datang dari dirinya sendiri.
‘ Uda, please beri aku waktu. Aku harus ketemu Uda.”kata Yuni via telp dengan nada menahan tangis
“ Ada apa Yun?
“ Penting Uda.”
“ Aku lagi di KL.”
“ Boleh ke sana ?
“ Datanglah”
Ketika bertemu dengan Burhan, Yuni berusaha tenang. Dia sudah siap dengan tekadnya.
“ Uda, ini surat pengunduran diri Yuni.”Kata Yuni tanpa berani menatap wajah Burhan
“ Kamu mengundurkan diri sebagai direksi atau pemegang saham atau keduanya ? Kata Burhan dingin.
“ Keduanya. “kata Yuni dengan tenang
“ Baiklah tapi mengapa ? “ Kata Burhan sambil menghela nafas panjang.
" Yuni udah tahu semua dari teman Yuni soal bagaimana cara Uda mengambil alih perusahaan suaminya. "
" Maafkan Aku Yun." Kata Burhan sambil meraih jemari Yuni dengan air mata berlinang. Aku tahu kamu kecewa dan marah atas sikap Team dalam proses pengambil alihan perusahanaan suami sahabat kamu. Aku tahu , lambat atau cepat , saat ini akan datang. Karena kamu cukup cerdas untuk mengetahui yang sebenarnya terjadi dan menentukan sikap sesuai keyakinan kamu. Ini salah ku. ”
" Tapi mengapa Uda?". Dia sahabat Yuni. Bukankah Uda yang ajarkan Yuni untuk setia dengan sahabat. Ya, kan ?
" Mau tahu alasan aku ?
" Ya, Please"
" Dari awal aku engga ada niat untuk hostile take over. Tapi karena mereka terus menggali hutang lewat factoring itu dan sulit dihentikan karena kamu juga terus berpera tekan aku. Kamu kan tahu factoring itu tidak ada collateral apapun kecuali binding law. Setelah kita kurangi platform mereka, mereka mencoba menghubungi Bank untuk dapatkan solusi. Ini berbahaya. Assetnya akan dikuasai bank. Kita dapat apa kalau mereka default? . Makanya aku minta Bank untuk mempertimbangkan tidak memberikan solusi. Karena itu proses hostile terjadi dan memang mereka engga punya pilihan. Bisnis itu kejam, Yun. Suami teman kamu gunakan emosi kamu agar aku jadi loser. Itu tidak mungkin terjadi. Aku tahu kelemahan kamu. Makanya aksi hostile itu tidak aku beritahu ke kamu. "
" Uda tahu gara gara hostile ini suami teman aku kena stroke. "
" Sebetulnya keluarga berperan besar membuat sang suami jadi kehilangan bisnis yang di bangun berpuluh tahun. Gaya hidup keluarga yang mewah membuat sang suami tidak punya peluang untuk memupuk laba sehingga ketika ada masalah cash flow, dia oleng. Ini hukum bisnis. Ketika kamu lemah, dan berpikir mengakali orang, kamu akan dapat serangan balik. Apalagi orang yang membantu kamu dalam kondisi sangat siap dengan segala resiko. “
“ Bukan itu saja, Uda. Aku sering dengar dari relasi bisnis di dalam dan luar negeri. Rumor tentang Uda sangat buruk sekali. Mereka bilang Uda manis di awal pahit di akhir. Sangat gampang membujuk tetapi itu drama untuk menghancurkan orang. Dari semua itu Uda merasa tidak berdosa, dan bisa dengan dingin melupakan orang. Padahal secara pribadi uda engga begitu. Tetapi dalam bisnis sangat berbeda. Bagaimana uda bisa hidup dengan dua dunia berbeda. Aku rasa ini masalah kejiwaan”
“ Karakterku dalam bisnis itu terbentuk dari pengalaman yang panjang. Pengalaman jatuh bangun. Dari sana tanpa disadari aku terlatih. Intuisi bisnis yang tadinya tumpul, menjadi tajam. Penciuman bisnis yang tadinya tumpul, jadi tajam. Dalam bisnis standarku adalah uang, bukan pujian atau kesukaan orang atau perasaan. Sebaliknya aku berharap juga orang deal denganku karena standar yang sama. Kalau mereka sengaja memancing emosi agar aku mengikuti maunya mereka, itu pasti gagal. Apalagi akan menempatkan aku sebagai pecundang. Radar indra ke enam ku cepat sekali beraksi dan bersikap. Kalau karena sikapku dalam bisnis, orang membenciku, itu hak orang. Yang penting secara hukum dan moral aku tidak merugikan mereka.”
“ Tetapi lama lama Uda akan kehilangan relasi “
“ Relasi yang tidak qualified sebagai pengusaha atau profesional, pasti akan menjauh dan membenciku. Tetapi akan tergantikan dengan mereka yang qualified. Terbukti sampai sekarang, peluang datang tidak aku cari, tetapi orang antar ke aku. Dunia bisnis itu memang sangat elitis. Tidak banyak yang benar benar punya karakter bisnis dan qualified. Kebanyakan tukang ngayal dan ingin serba too good to be true. Ketemu orang sepertiku, ya mereka pasti tersingkir. Keluhan dan kebencian mereka terhadapku, engga penting bagiku, karena itu bukanlah cermin dari karakter personalku. Itu hanya bisnis. Permainan orang dewasa. "
Burhan memandang jauh keluar jendela. “ Aku akan telp Lawyer aku di jakarta untuk selesaikan proses pengunduran diri kamu. Kamu akan dapatkan cash atas saham yang kamu miliki dan juga bonus.”Suara Burhan terdengar lirih
“ Yuni engga butuh cash dari saham yang Yuni miliki dan juga engga butuh bonus.”
“ Ok..” Burhan tetap tenang, namun nampak air mata mengambang di pelupuk mata “ Apa rencana kamu setelah ini ?
“ Entahlah Uda. Aku tidak menyesali kemitraan kita. Tapi yang aku sesali adalah aku tidak pernah bisa setabah Uda. Tidak pernah punya kemampuan seperti Uda yang selalu punya alasan kuat dalam setiap keputusan bisnis yang Uda ambil.”
Burhan hanya diam memandang wajah Yuni dengan raut tidak percaya akan keputusan Yuni untuk keluar dari kemitraan.
“ Yuni hanya ingin jadi sahabat uda saja. Ya sahabat. Bukan seorang Burhan yang businessman tapi Burhan sebagai putra dari ibunya, yang humanis dan sayang sama keluaga, mencintai sahabatnya, rendah hati. Itu aja.”
" Terimakasih Yun. Terimakasih udah mengerti sisi lain kehidupanku. Bagiku persahabatan kita adalah segala galanya. Kalau karena sikapku dalam bisnis membuat kamu menjauh dariku, ya engga apa apa Yun. . Aku doakan kamu baik baik saja.”
No comments:
Post a Comment