Pada Agustus 2019, Satgas Waspada Investasi merilis 14 daftar entitas investasi ilegal. Salah satunya PT Kam and Kam perusahaan pemilik aplikasi MeMiles. Polisi pun langsung bergerak menangkap perngurus MeMiles. Beberapa artis Top tersangkut kasus ini. Bahkan keluarga Cendana juga terlibat. Putaran dana dalam MeMiles mencapai Rp. 750 miliar. Hebatnya walau minimal Top up sebesar Rp 300.000 namun yang jadi korban bukan orang miskin tetapi orang kelas menengah. Umumnya berpendidikan.
MeMiles bersama First Travel, Koperasi Pandawa, Investasi kebun Korma, Investasi Pohon Jati, Investasi property Syariah, Investasi emas, masih banyak lagi jenisnya yang kesemuanya itu tidak jauh dari skema Ponzi. Berdasarkan data, sampai tahun 2017 jumlah kerugian akibat ponzy di Indonesia mencapai Rp. 126,5 Triliun. Bahkan produk saving plan Jiwasraya menurut BPK terindikasi beroperasi dengan skema Ponzi. Pelakunya umumnya bukanlah orang tidak terdidik. Tetapi terdidik baik, dan dikenal orang yang tajir.
Apa itu ponzi? Itu sebetulnya nama belakang dari sang penipu legendaris, Charles Ponzi. Dia menanamkan persepsi terhadap produk yang dia tawarkan. Apa persepsi itu? Fantasi. Cara mudah kaya tanpa masalah rumit. Yang penting uang anda keluar, dan anda akan dapatkan uang lebih besar dalam waktu tertentu. Sebetulnya tidak ada penghasilan real dari Pozi, melainkan mendapatkan uang dari persepsi orang dan panetrasi terjadi biasanya melalui bisnis MLM. Kalaupun ada produk yang ditawarkan, itu hanya cover saja. Dari sanalah dia membayar janjinya. Semakin lama operasi ponzi itu semakin besar korban, dan semakin sulit untuk memenuhi janjinya. Sampai akhirnya jatuh berkeping keping, dengan korban tak terbilang.
Umumnya skema ponzi ini butuh trust dari publik. Caranya? menggunakan cara berpikir Machiavellianisme dan narsisme. Yaitu kemampuan mempengaruhi orang banyak dengan cara berbohong. Hebat dalam retorika dan paham bagaimana membangun persepsi kepada orang lain : bagaimana jalan untuk meraih obsesi dan pantasi dengan mudah. Media massa juga berperan menanamkan persepsi fantasi kepada orang banyak dengan menampilkan kehidupan glamor dari para pengelola berserta mereka yang sudah sukses bergabung dalam skema ponzi ini. Ya kebanyakan narsisme.
Makanya jangan kaget bila mereka juga menggandeng patron. Itu bisa saja politisi, tokoh agama, artis, dan para seleb kaya raya. Misal Madoff menggunakan tokoh gereja agar orang membeli produk investasinya. Pernah juga investasi emas menggandeng oknum MUI. First travel menggunkaan ustadz untuk ikut memasarkan Umroh murah. Property syariah juga sama menggunakan ustad kondang. MeMiles menggunakan artis tenar sebagai endorsement. Jiwasraya menggunakan bank sebagai perantara. Itu semua karena ponzi butuh trust. Agar orang malas berpikir dan mudah jadi korban buruan.
Sebetulnya mudah sekali terhindar dari skema Ponzi. Yaitu cukup perhatikan dua hal. Pertama, percayalah tidak ada yang mudah. Apapun itu kalau mudah, itu artinya anda sedang dibohongi. Kedua, untuk sadar hal yang pertama, gunakanlah akal sehat. Selagi akal anda berfungsi, siapapun yang berusaha menanamkan persepsi tentang ide kepada anda, dapat dengan cepat anda tahu bahwa anda sedang berhadapan dengan predator. Segeralah menghindar. Sebetulnya dua hal tersebut harus jadi mindset keseharian anda. Bukan hanya dalam mendeteksi bisnis ponzi tetapi juga dalam kehidupan keseharian, dalam bidang politik, agama, dan sosial. Gunakan dua hal itu. Agar hidup berakal mati beriman.
No comments:
Post a Comment