Saya makan malam dengan istri di restoran. Kebetulan saat itu saya bertemu dengan teman lama. Dia menyapa saya. Saya memperkenalkan istri saya. Dia menyambut ramah. Setelah dia kembali ke mejanya, kami meneruskan makan malam. “ Siapa itu pa?
“ Dia punya jaringan minuman cepat saji. Hampir semua mall besar ada outlet nya. Kalau engga salah, dia pernah bilang omzet nya setahun Rp. 4 triliun” kata saya.
“ Woow..Gimana bisa begitu ?
“ Ya itu ada ilmunya”
“ Ilmu pelaris dari gunung kidul? “
" Bukan. Itu ilmu marketing.”
“ Mama pernah beli minuman dia di mall untuk Nazwa. Sepertinya cara dia pasarkan biasa aja. Engga ada yang aneh ? katanya penasaran.
“ Marketing itu bukan hanya sales. Tetapi ilmu yang mempelajari secara menyeluruh tentang gimana menarik perhatian orang, menimbulkan hasrat, minat dan akhirnya membeli. “
“ Terus bagaimana bisa tahu tingkat perhatian, hasrat, minat dan akhirnya orang mau beli?
“Ya melalui survey. Dari data survey itu, bisa diketahui itu semua.”
“ Gimana kalau hitungan survey salah?
“ Tingkat error hanya 1-2 % saja. “
“ Woh hebat banget. Kok bisa ?
“ Itu ada metodeloginya. Ada ilmunya.
“ Apa ilmunya ?
“ Ilmu yang mempelajari itu adalah statistic.”
“ Jadi, dengan ilmu statistik dapat diketahui marketnya”
“ Benar.”
“ Pasti berhasil?
“ Belum tentu. “
“ Loh ..”
“ Ya. Kan yang jual bukan hanya dia . Ada juga orang lain. Statistick hanya memberikan data tentang pasar. Nah, Data itu harus diolah lagi untuk menentukan empat hal. Pertama, apakah produk itu layak jual. Apakah karena merek atau kemasan atau kualitasnya atau harganya, atau promosinya ? Kedua, berapa harga yang bisa menjangkau pembeli. Ketiga, dimana harus jualnya ? apa kriteria outlet yang sesuai dengan target pasar. Keempat, gimana mempromosikannya. Apakah harus melalui sosial media, atau media TV atau iklan luar ruang. Yang penting harus ditentukan promosinya agar efektif.
“ Oh..dengan data statistik yang ada, semua hal bisa terjawab dengan jelas.”
“ Tepat. Itulah gunanya ilmu”
“ Terus, darimana mereka dapatkan uang untuk membangun outlet begitu banyak ?
“ Ya dari investor. “
“ Dan investor percaya ?
“ Tentulah. Kan mereka juga jago dalam menilai studi bisnis"
“ Tapi bank kan engga gampang percaya begitu saja, Apalagi pemula”
“ Pada tahap awal umumnya pembiayaan dari angel investor yang terbiasa menilai bisnis sesuai prinsip keilmuan. “
“ Angel investor langsung biayai semua? “
“ Enggalah. Biasanya hanya 1 atau 2 outlet aja. Nah kalau sukses maka biasanya pihak bank langsung tertarik. Saat itulah rencana bisnis jangka menengah dibuat. Kalau jangka menengah sukses, biasanya setelah itu masuk ke bursa. Usaha akan semakin berkembang”
“ Oh jadi benar ya. Bisnis dengan ilmu itu memudahkan mendapatkan rezeki. Engga sulit untuk jadi makmur. “
“ Benar. Orang yang menolak ilmu akademis adalah orang yang hidup dalam kegelapan dan cenderung delusi. Banyak pengusaha bangkrut itu bukan karena bisnis yang salah, tetapi karena bisnis dikelola dengan perasaan dan kebanyakan doa tapi lupa memperbanyak ilmu”
“ Papa kan ngerti semua. Kenapa engga buka aja usaha itu?”
“ Papa kan angel nya ma..”
“ Ya dukung orang jadi kaya dan terus bantu doa ya…”
“ Doa kan senjata orang beriman. Hidup berakal mati beriman."
“ Ya. kalau gagal bersabar, kalau sukses bersyukur. Udah paham. Engga usah dibahas lagi soal itu.
“ Dia punya jaringan minuman cepat saji. Hampir semua mall besar ada outlet nya. Kalau engga salah, dia pernah bilang omzet nya setahun Rp. 4 triliun” kata saya.
“ Woow..Gimana bisa begitu ?
“ Ya itu ada ilmunya”
“ Ilmu pelaris dari gunung kidul? “
" Bukan. Itu ilmu marketing.”
“ Mama pernah beli minuman dia di mall untuk Nazwa. Sepertinya cara dia pasarkan biasa aja. Engga ada yang aneh ? katanya penasaran.
“ Marketing itu bukan hanya sales. Tetapi ilmu yang mempelajari secara menyeluruh tentang gimana menarik perhatian orang, menimbulkan hasrat, minat dan akhirnya membeli. “
“ Terus bagaimana bisa tahu tingkat perhatian, hasrat, minat dan akhirnya orang mau beli?
“Ya melalui survey. Dari data survey itu, bisa diketahui itu semua.”
“ Gimana kalau hitungan survey salah?
“ Tingkat error hanya 1-2 % saja. “
“ Woh hebat banget. Kok bisa ?
“ Itu ada metodeloginya. Ada ilmunya.
“ Apa ilmunya ?
“ Ilmu yang mempelajari itu adalah statistic.”
“ Jadi, dengan ilmu statistik dapat diketahui marketnya”
“ Benar.”
“ Pasti berhasil?
“ Belum tentu. “
“ Loh ..”
“ Ya. Kan yang jual bukan hanya dia . Ada juga orang lain. Statistick hanya memberikan data tentang pasar. Nah, Data itu harus diolah lagi untuk menentukan empat hal. Pertama, apakah produk itu layak jual. Apakah karena merek atau kemasan atau kualitasnya atau harganya, atau promosinya ? Kedua, berapa harga yang bisa menjangkau pembeli. Ketiga, dimana harus jualnya ? apa kriteria outlet yang sesuai dengan target pasar. Keempat, gimana mempromosikannya. Apakah harus melalui sosial media, atau media TV atau iklan luar ruang. Yang penting harus ditentukan promosinya agar efektif.
“ Oh..dengan data statistik yang ada, semua hal bisa terjawab dengan jelas.”
“ Tepat. Itulah gunanya ilmu”
“ Terus, darimana mereka dapatkan uang untuk membangun outlet begitu banyak ?
“ Ya dari investor. “
“ Dan investor percaya ?
“ Tentulah. Kan mereka juga jago dalam menilai studi bisnis"
“ Tapi bank kan engga gampang percaya begitu saja, Apalagi pemula”
“ Pada tahap awal umumnya pembiayaan dari angel investor yang terbiasa menilai bisnis sesuai prinsip keilmuan. “
“ Angel investor langsung biayai semua? “
“ Enggalah. Biasanya hanya 1 atau 2 outlet aja. Nah kalau sukses maka biasanya pihak bank langsung tertarik. Saat itulah rencana bisnis jangka menengah dibuat. Kalau jangka menengah sukses, biasanya setelah itu masuk ke bursa. Usaha akan semakin berkembang”
“ Oh jadi benar ya. Bisnis dengan ilmu itu memudahkan mendapatkan rezeki. Engga sulit untuk jadi makmur. “
“ Benar. Orang yang menolak ilmu akademis adalah orang yang hidup dalam kegelapan dan cenderung delusi. Banyak pengusaha bangkrut itu bukan karena bisnis yang salah, tetapi karena bisnis dikelola dengan perasaan dan kebanyakan doa tapi lupa memperbanyak ilmu”
“ Papa kan ngerti semua. Kenapa engga buka aja usaha itu?”
“ Papa kan angel nya ma..”
“ Ya dukung orang jadi kaya dan terus bantu doa ya…”
“ Doa kan senjata orang beriman. Hidup berakal mati beriman."
“ Ya. kalau gagal bersabar, kalau sukses bersyukur. Udah paham. Engga usah dibahas lagi soal itu.
No comments:
Post a Comment