Wednesday, May 13, 2020

Cetak uang ?


“ Kamu udah baca berita tentang usulan DPR agar pemerintah  Cetak uang. “ Kata teman. 

“ Saya sudah baca. “

“ Pendapat kamu gimana?

“ Anggota DPR engga paham soal moneter. “

“ Mengapa ?

“ Masalah ekonomi itu bukan hanya soal uang tetapi bagaimana sistem ekonomi bisa bekerja efektif melahirkan permintaan dan penawaran.  Melahirkan konsumi dan produksi. Dua sisi yang harus terjadi. Itu ekonomi. Kalau hanya cetak uang, itu hanya menambah uang beredar. Dampaknya inflasi. “

“ Ya gimana kalau cetak uang untuk tujuan produksi.”

“ Nah itu bagus. Tetapi harus melalui sistem. Engga bisa cetak begitu saja. Apalagi hanya dasarnya pada rencana.”

“ Coba jelaskan apa yang kamu maksud dengan sistem ?

“ Contoh kendaraan. Pada kendaraan itu ada bensin sumber energi. Tetapi tanpa mesin, bensin engga ada gunanya. Kalau mesin ada, bensin ada, tetapi engga ada supir juga engga bisa. Nah supir, bensin, mesin, itu adalah sistem. Yang masing masing terpisah namun dia menjadi bagian  dari sistem kendaraan. Ukuran mesin, menentukan kapasitas bensin. Kecepata kendaraan tergantung dari skill supir. Berapapun kamu tambah bensin, kalau mesin rusak, kendaraan tetap tidak jalan. Betapapun hebatnya kendaraan tanpa supir, itu hanya jadi pajangan tanpa makna. Betapapun kencangnya kendaraan, kalau supirnya bego, pasti kecelakaan”

Nah dalam sistem ekonomi juga sama. Kita cetak uang berapapun kalau mesin ekonomi kita rusak, itu engga ada gunanya. Berapapun  kita cetak uang, kalau kapasitas mesin ekonomi terbatas juga tidak ada gunanya. Sehebat apapun mesin ekonomi dan uang namun rakyatnya tidak produktif, justru uang itu melahirkan hyper inflasi dan akhirnya uang engga ada artinya. Artinya, kalau memahami ekonomi sebagai suatu sistem, maka kita bisa mengerti bahwa mencetak uang diluar sistem justru membuat uang tidak bernilai. Sampai di sini paham ?

“ Paham. Terus gimana mencetak uang menurut sistem ?

“ Tepatnya bukan mencetak uang tetapi menambah uang beredar. Caranya adalah melalui pasar uang. “

“ Mengapa harus melalui pasar uang ?

“ Karena di pasar itu bertemu antara yang butuh uang dan yang kelebihan uang. Ada yang produksi dan ada yang konsumsi.” 

“ Contoh ?

“ BI membeli SBN di pasar sekunder. Sehingga uang beredar bertambah. Tetapi kan waktu pemerintah menerbitkan SBN, sudah ada underlying nya. Sudah ada program secara transparente yaitu lewat APBN. Publik jadi tahu kemana penyaluran penambahan uang beredar itu dan gimana dampaknya terhadap ekonomi. Contoh uang dipakai untuk investasi kesehatan dan pendidikan. Membangun infrastraktur ekonomi. Memberikan subsidi kepada dunia usaha. Itu semua uang mengalir tapi pada waktu bersamaan kapasitas mesin ekonomi juga bertambah.  Yang tentu sistem demand and supply akan bekerja efektif. “

“ Gimana kalau sampai SBN tidak bisa masuk ke pasar sekunder karena minat beli kurang  ?

“ Ya BI bisa membeli SBN itu melalui skema then last resource. Itu namanya Qantitative easing”

“ Oh itu artinya sama saja cetak uang ?

“ Utang itu sama dengan uang. Kalau kamu belajar tentang M1, M2, dan seterusnya akan tahu bahwa uang itu bukan hanya kertas dan coin tetapi juga uang dalam bentuk instrument utang. Yang penting uang di create dengan underlying yang jelas dan terukur. Sistem mengaturnya dengan ketat, dan itu sangat transparans. Beda dengan cetak tanpa underlying. Semua serba tertutup dan engga jelas. Selalu berujung paradox ekonomi.”

“ Oklah. Terus apalagi contohnya ?

“ OJK membuat aturan pelonggaran management resiko terhadap Bank, Yaitu melalui pelonggaran atas Giro wajib Minimum. Dengan adanya pelonggaran, uang bank yang tertahan bisa menjadi alat likuiditas bagi bank untuk ekspansi memberikan kredit kepada masyarakat dan dunia usaha”

“ Bagaimana dengan AS dan Jepang yang mencetak uang.?

“ Itu namanya Quantitative easing. Pemerintah mengeluarkan surat utang tetapi pembelinya bukan publik. Pembelinya adalah bank central sendiri. Tetapi uang itu bukan untuk konsumsi dan sektor real. Uang itu diberikan kepada perbankan agar mereka punya likuiditas sehingga sistem ekonomi bekerja efektif.”

“ Mengapa ? 

“Dalam kasus Jepang, karena valuasi produksi diatas uang beredar. Atau dalam kondisi deplasi. Orang lebih suka nambung daripada belanja. Kalau ini dibiarkan, produksi bisa mati. Makanya pemerintah mensuplai uang ke Perbankan agar suku bunga turun, dan orang ambil tabungannya untuk investasi dan konsumsi. Ekonomi sehat lagi. Setelah itu uang akan ditarik lagi lewat program tapering. 

Amerika juga meniru langkah kebijakan Jepang itu yang dianggap berhasil. Namun situasi AS berbeda dengan Jepang. Bukan karena deplasi tetapi karena uang terlalu banyak di surat berharga. Sehingga dunia usaha tidak bisa berkembang. Produksi terhenti. Dengan kebijakan QE itu, the fed membeli surat berharga yang ada di pasar dan pada waktu bersamaan menurunkan suku bunga.  Likuiditas jadi banjir. Dan diharapkan masuk ke sektor produksi.  Tetapi AS ketika melakukan QE itu, inflasi sangat rendah sekali, dan cadangan devisanya besar sekali. Pemilik cadangan terbesar emas di dunia adalah Amerika serikat. Dan setelah ekonomi membaik, AS melakukan penarikan uang bereda lewat program tapering“

“ Bagaimana dengan China? Apakah mereka juga cetak uang ?

“ Walau istilah moneter berbeda dengan dunia barat karena sistem politik juga berbeda. Namun prinsipnya sama. Yaitu China menggunakan kebijakan moneter untuk mensuplai uang agar produksi meningkat. Kalau karena itu berakibat produksi lebih besar dari uang beredar, ya China pompa uang ke publik lewat stimulus ekonomi, membangun proyek infrastruktur, sehingga keseimbangan terjadi lagi. China juga menggunakan tabungan dari surplus ekspor nya lewat investasi di pasar uang global. Tujuannya agar likuiditas valas yang mereka miliki tidak delusi karena inflasi dan bisa kapan saja dijadikan underlying untuk menambah uang beredar tanpa harus menjual aset”

“ Oh jadi mencetak uang lewat skema QE itu engga semudah  cerita orang. Harus dengan kondisi cadangan devisa kuat, inflasi rendah dan pasar uang established.”

“ Benar. Kalau QE mudah, tentu Venezuela sudah lakukan. Italia, Spanyol dan Negara di Afrika yang nyaris bangkrut juga bisa meniru.”

“ Jadi benar kata kamu. Persoalan ekonomi bukan bagaimana mencetak uang tetapi bagaimana uang bisa di create lewat sistem ekonomi yang sehat dan transparan.”

“ Dan karena itu peradaban modern terbentuk. Karena itu demand and supply terjadi secara efektif dan efisien. Pada akhirnya bukan berapa banyak uang yang  kamu dapat tetapi berapa yang bisa kamu beri. Bukan berapa banyak ilmu yang kamu punya tetapi berapa banyak yang kamu ajarkan. Bukan berapa banyak rencana  dan retorika tetapi  berapa banyak yang kamu lakukan. Kalau kamu anggap uang sebagai satu satunya solusi, kamu akan rakus dan takut miskin dan akan jadi sangat miskin. Paham ya”

No comments: