Monday, May 11, 2020

Bisnis dan Politik.


Masayoshi Son, mengawali bisnis dengan mendirikan softbank di Tokio tahun 1981, bergerak dibidang Telekomunikasi. Kemudian lahir Anak usaha SoftBank Mobile (sebelumnya bernama Vodafone Japan) adalah operator jaringan seluler 3G terbesar ketiga di Jepang. Terus berkembang dengan menguasai saham terbesar Yahoo! Japan. Berkembang terus dengan lahirnya unit bisnis IDC Frontier (pusat data), SoftBank BB (ADSL), GungHo (game), dan SBI Group (keuangan). Tetapi sumber income terbesar Masayoshi Son ada pada bisnis broadband dan Satelite Sprint. 60% pendapatan globalnya masih bersumber dari bisnisnya di Amerika Serikat.

Namun dari turnover cash yang besar itu, Masayoshi Son mendirikan Vision Fund softbank  berfocus kepada  instrument investasi untuk bisnis sesuai dengan visi masa depannya. Dia menggandeng dana abadi dari Kerajaan Arab Saudi, dan dana pensiun perusahaan-perusahaan teknologi Apple, Foxconn, Qualcomm dan Sharp. Dari vision fund itu terkumpul Multi billion dollar. Dalam beberapa tahun terakhir, ia telah melakukan belanja besar-besar besaran, membeli banyak perusahaan kecil dan mendorongnya menjadi raksaa. SoftBank juga membeli pabrikan chip kebanggaan Inggris, ARM, seharga £ 24 miliar,. Membeli Boston Dynamics, pengembang robot Big Dog yang ikonik, dan kemudian membeli Schaft, pakaian robot. Diperkirakan softbank dengan vision Fund telah belanja lebih dari USD 500 miliar. Itu sama dengan setengah GNP kita. Dahsyat.

Yang jadi masalah adalah SoftBank memiliki investasi dihampir setiap startup besar seperti Alibaba, Uber, Grab dll dengan minat dalam segala hal; mulai dari robot hingga satelit, AI, hingga peningkatan komputerisasi untuk tubuh manusia. Mendukung banyak startup bisnis IT beresiko di bidang e-commerce, Tekhnlogi keuangan, broadband, pemasaran, di seluruh dunia. Mengingat besarnya sumber daya modal yang dimiliki Son, beberapa orang luar bertanya-tanya apa yang ingin dilakukannya?.  Beberapa analis khawatir bahwa investasi Son dapat membanjiri modal ke sektor teknologi, mendorong terjadinya bubble value, membunuh pesaing dan akhirnya menghambat proses pengembangan teknologi. Karena IT hanya dijadikan underlying untuk meningkatkan modal dan hedge fund , bukan meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Contoh kasus akusisi Uber oleh Grab yang keduanya dimiliki oleh Son.

Suksesnya Vision Fund sebagai sumber dana Son, itu berkat kehebatan lobi Son ke Whitehouse. Melalui IDFC, dia bisa punya akses ke financial resource di AS, misal dari Dapen Apple, Foxconn, Qualcomm dan Sharp, Google dll. Kehebatan akses dana Masayoshi Son terbukti selama beberapa tahun belakangan ini dia berhasil menggalang dana lebih dari USD 100 miliar yang sukses melahirkan Alibaba dan lain lain. Kemudian dengan sukses itu, Softbank masuk ke phase kedua penggalangan dana dengan program Vision Fund 2. Dari Vision Fund 2 ini diperkirakan dana akan terkumpul sebesar USD 108 miliar atau Rp. 1.476 triliun. Lagi lagi sumber dana itu berasal dari dana pensiun Apple, Microsoft, Foxconn Technology, dan Standard Chartered. Target pendanaan adalah untuk lebih dari selusin perusahaan yang akan diakuisisi.

Tetapi pasar tidak sepenuhnya respect kepada Son. " Sejak dia semakin dekat ke politik dan  masuk dalam jaringan elite politik Gedung putih, dan kemudian dapat akses mengelola dana kelola abadi ( SWFs) dari Arab dan UEA, dan IDFC, saya yakin, ini akan menjadi masalah besar dikemudian hari. Investor sudah banyak yang mulai hati hati beli saham Softbank." Kata teman saya. Dalam laporan yang dirilis bulan februari, tahun 2019 Vision Fund mengalami kerugian hingga US$ 2 miliar alias Rp 27 triliun. Penyebabnya portfolionya mengalami kerugian. Bahkan tiga perusahaan andalannya yakni OYO, CloudMind, dan WeWork melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Nilai saham Grab anjlok sebesar 8% atau sekitar US$ 10 miliar atau Rp 136 triliun.

Latar belakang Masayoshi Son memang pemain hedge fund. Dia bukan industriawan seperti Lakshmi Mittal atau jago IT seperti Bill Gate atau Mark Zuckerberg. Dia memang jagonya otak atik saham, dan mendapatkan keuntungan dari peningkatan nilai saham di bursa melalui perusahaan yang dia beli atau biayai. Istilah yang dikenal dalam bisnis, sehebat apapun pemain Hedge Fund, satu waktu dia pasti akan terjebak menjadi gembler yang beresiko tinggi. Keliatanya tahun lalu, Masayoshi Son mendulang resiko atas operasi hedge fund beberapa tahun lalu. Biasanya ini akan terjadi efek domino terhadap portfolion dia lainnya. Sampai akhirnya habis.

Siapa yang paling dirugikan kalau akhirnya Soft bank jatuh? Ini akan menjadi mega skandal terhadap dana pensiun Apple, Microsoft, Foxconn Technology, dan Standard Chartered, juga dana kelola umat seperti sovereign wealth funds ( SWFs) punya Arab dan UEA. Terntu termasuk publik yang beli saham Softbank. Kelihatannya seperti kasus Lehman, Century, Jiwasraya dan Asabri lahir dari pemain hedge fund, dan yang dekat dengan penguasa. Sejak kapitalisme diperkenalkan, krisis terjadi di jantung kapitalis, selalu karena pemain hedge fund bersenggama dengan penguasa, dan akhirnya orang banyak yang dirugikan.

No comments: