Monday, May 11, 2020

Ditelan perubahan



 " Bulan lalu salah satu unit bisnis bidang Technology di bawah holding saya melakukan akuisisi perusahaan logistik yang ada di Bandara Guangzho. Inisiatif akuisisi ini datang dari pejabat China secara personal." Kata teman

" Mengapa ? 

" Karena perusahaan itu tidak mau mengubah bisnis modelnya. Sementara tuntutan perubahan yang beorientasi efisiensi sedang melanda China di semua bidang. Proses akuisisi itu terjadi tidak begitu rumit. Karena kebetulan sekali perusahaan itu sudah lelah bertarung dengan pesaingnya. Sudah dua tahun bleeding tanpa ada solusi. Bank tidak mau lagi membiayai likuiditasnya. Akhirnya perusahaan itu terpaksa mau duduk berunding dalam penawaran saham tanpa ada hak menolak lagi.

Perusahaan itu, tadinya sebagai penyedia jasa logistik untuk spare part pesawat yang jumlahnya ratusan jenis. Selama ini mereka hanya menyimpan dan mengirim sesuai pesanan dari maskapai penerbangan. Setiap maskapai harus menyediakan sendiri database kebutuhan spare part untuk masing masing pesawat. Ini menjadi bagian dari management Maskapai. Sistem yang baru, penyedia jasa logistik berperan bukan hanya sebagai tempat penyimpanan tetapi juga sebagai penyedia big data untuk setiap pesawat dari maskapai yang menjadi pelanggannya. Dari sistem ini bisa menghemat ratusan biaya karyawan bidang maintenance. Supervisi keamanan terbang pesawat terjamin. Karena setiap spare part pesawat terpantau secara database online. Sehingga tidak ada spare part yang over use."

Di China kini terjadi gelombang akuisisi atas perusahaan yang tidak mau berubah. Samsung yang punya pabrik di Shanghai sudah dilepas ke perusahaan lokal China. Karena tidak mau mengubah sistem supply chain seperti punya Huawei. Jaringan Mal milik Metro group yang merupakan kongsi Singapore dan CHina juga diakuisisi oleh Jack Ma group dari Alibaba, yang kini berubah menjadi mal dengan layanan intelligent artificial. Dampaknya merumahkan ribuan karyawan. Banyak industri ringan seperti Tekstil, alas kaki, yang hengkang ke Vietnam karena tidak bisa lagi bersaing dipasar lokal China. Karena masih menggunakan sistem supply chain jadul." Katanya.

Dalam suatu kesempatan makan malam dengan pejabat China di Shenzhen , hal ini saya tanyakan. Dan dia mengatakan, "Karena IT, mengakibatkan bisnis yang lama tenggelam namun melahirkan peluang lahirnya bisnis baru dengan jumlah lebih besar. Dan tentu dengan imbal hasil yang jauh lebih besar. Perusahaan agent distribusi barang dan jasa sudah sejak tahun lalu tenggelam. Karena dengan sistem blockchain antara user dan produsen dapat terhubung langsung. Yang paling diuntungkan adalah petani. Karena selama ini rente akibat long chain dari produksi ke konsumen sangat besar. Namun kini berkat IT, petani bisa berhubungan langsung dengan konsumen dengan imbal hasil 5 kali dari sebelumnya. 
Karena perubahan lingkungan bisnis akibat adanya IT yang begitu cepat, memang awalnya sangat terasa mengerikan. Tapi pemerintah China tidak menghalangi perubahan itu. Pemerintah hanya mengawasi perubahan itu agar proses kompetisi terjadi sehat. Kini di China, ada lebih 25 juta orang kena PHK namun pada waktu bersamaan juga melahirkan new comer enterpreneur yang membutukan karyawan 10 kali dari korban PHK."

"  Apa dampaknya ? 

" Pemerintah terpaksa mencabut UU yang membatasi anak tidak boleh lebih dari satu. "

" Mengapa ? 

" Kalau UU itu tidak dicabut maka dalam 5 tahun kedepan China harus impor buruh dari indonesia, Afrika, dan India."

1 comment:

Gaby Rumah Photo said...

new comer enterpreneur ini contohnya di bidang apa saja Babo?