Friday, May 8, 2020

bisnis prostitusi


Suatu waktu saya ketemu teman lama di Bandara. Kami sudah lebih 20 tahun tidak ketemu. Dulu usia kami belum 30 tahun. Masih merintis usaha dalam keadaan tertatih tatih. “ Gimana kabar Johan.” Tanya saya. Mengapa saya tanya Johan?, karena dia dulu sales Obat tetapi bukan sales representative pabrik pharmasi. Dia jual obat penyakit raja singa. Karenanya dia lebih banyak berada di red light. 

“ Johan sudah kaya sekarang. “ Katanya.

“ Loh apa usaha dia ?

“ Kamu engga tahu?

“ Engga. Kan saya udah lama putus komunikasi sejak saya pindah bisnis. “

“ Kamu tahu XXX cafe dan KTV “

“ Ya tahulah. Kan keren juga tuh tempat.”

“  Nah itu salah satu tempat dia punya. Masih ada tiga lagi dia punya.  Saya sampai sekarang masih terus berhubungan dengan dia. Karena saya kan suplai miras ke tempat dia.”

“ Loh bukannya itu punya seseorang,  ya kamu tahulah.” Kata saya yang tak ingin menyebut nama jelas. Karena hampir semua pengusaha paham kalau menyangkut bisnis hiburan esek esek pasti berhubungan dengan nama seseorang.

“ Nama seseorang itu hanya dia pakai untuk amankan bisnis dia ?

“ Emang gimana sih bisnis hiburan itu. Kenapa harus pakai nama orang kuat  dan dekat dengan pemerintah. “

“ Kamu kan tahu, prostitusi itu ilegal di negara kita. Bukan rahasia umum kalau bisnis hiburan itu hanya kedok dari bisnis prostitusi. Makanya bisni ini berhubungan dengan lingkaran kekuasaan, baik kekuatan informal maupun formal. Upeti mengalir ke oknum pejabat sebagai bentuk biaya perlindungan.  Biasanya tempat pejabat berbagi ini adalah yayasan yang berada dibalik izin tempat hiburan. Suap juga mengalir kepada ormas keagamaan. Maklum mereka kan suaranya paling didengar kalau soal moral. Selagi pejabat dan ormas bisa dijaga ya aman.” Katanya.

“ Bisnis prosesnya gimana ?

“ Yang punya tempat seperti Panti Pijet, Hotel, Karaoke, hanya melaksanakan bisnis formalnya sesuai aturan. Sementara layanan seperti wanita penghibur dan minuman keras ,tidak berasal dari Pengelola tempat. Itu datang dari Agent. Kamu tidak akan tahu siapa agent itu. Mereka tidak nampak dikesehariannya. Yang nampak hanya mama-san atau mami. Mamasan ini bekerja sesuai target yang ditetapkan agent. Tugas agent adalah menjadi kapten dari para sindikat perdagangan wanita dan miras. 

“ Siapa sindikat ini ? 

“ Secara formal tidak tercatat. Tetapi tidak sulit untuk tahu mereka. Karena sindikat ini kesehariannya nampak plamboyan seperti layaknya pengusaha sukses. Punya perusahaan resmi yang bersih. Punya keluarga yang harmonis. Ada juga aktif dikegiatan sosial dan keagamaan. Para sindikat ini bekerja di bawah perlindungan sang Ayah yang dalam dunia undercover disebut dengan Godfather. Keseharian Godfather ini sama dengan agent. Mereka terhormat dan kaya raya lewat bisnis formal. Nama mereka tidak ada dalam akta pendirian perusahaan yang mengelola tempat hiburan atau yang bersinggungan dengan bisnis hiburan. Mereka bersih. Tapi mereka mendapatkan income dari para sindikat dalam bentuk uang perindungan.”

“ Darimana para sindikat dapat uang untuk setor kepada godfather ? tanya saya.

“ Ya dari para agent. Ada puluhan agent yang membawahi ratusan para mamasan. Uang mengalir deras dari mama san terus ke agent, terus ke sindikat dan terakhir ke godfather.”

“ Kamu tahu berapa besar uang putaran dari setiap tingkatan bisnis process itu ?

“ Pastinya engga tahu saya. Tetapi sebagai gambaran ya. Harga bandrol untuk wanita pemijat satu paket ( termasuk esek esek ) Rp 350.000. Harga itu dibagi untuk pengelola tempat Rp. 150.000. Untuk Mami Rp. 50.000. Untuk agent Rp. 100.000, Wanita yang punya asset dan kerja, hanya dapat Rp. 50.000. Jadi kalau engga dapat tip dari tamu, maka wanita hanya dapat Rp. 50.000. Itu kelas kambing. Kelas premium, wanita penghibur asing Rp. 2.300.000. Untuk mami Rp. 100.000. Untuk pengelola tempat sesuai tarif kamar VVIP Rp. 800.000. Untuk agent Rp. 1000.000. Dan wanita hanya kebagian Rp. 400.000. Rata rata sehari para PSK itu melayani tamu sedikitnya 4. Ada ribuan PSK berada ditempat hiburan berkedok izin resmi. Hitung saja berapa uang tunai mengalir sehari, seminggu dan seterusnya. Menurut data ada kurang lebih Rp. 60 triliun uang berputar setiap tahunnya dari bisnis esek esek ini.

“ “Jadi benar benar bisnis ekploitasi. 

“ Tapi semua happy. Buktinya selalu ada barang baru “.

“ Wah seperti film Mafia ya. Kan biasanya godfather itu bukan hanya satu orang. Pasti ada saingan satu orang lain lagi. Tentu tujuannya agar Godfather tidak terlalu berkuasa.”

“ Ya memang benar begitu kenyataanya.  Oknum pejabat bermain di dua kaki. Satu mereka dukung namun dengan yang lainnya main mata. Sehingga oknum pejabat yang sebetulnya ada dibalik Godfather dapat menciptakan persaingan secara tidak langsung, dan persaingan ini tentu meningkatkan uang setoran kepada oknum penguasa. Sangking rumitnya, Ahok tidak mau ganggu jaringan ini kecuali mereka bersinggungan dengan narkoba. Tetapi Ahok caranya smart. Melarang secara halus agar tempat hiburan itu tidak diakses oleh orang berpenghasilan pas pasan.”

“ Gimana caranya ?

“Di Era Ahok fenomena bisnis hiburan ini dipetakan dengan baik. Ahok melihat potensi PAD ada pada bisnis ini. Makanya dia tidak melarang secara ketat walau dia sering nyinyir soal bisnis ini. Itu mungkin sebagai bentuk penolakannya sebagai pribadi krisitiani yang taat. Ahok menetapkan aturan pengawasan terhadap tempat hiburan itu dengan menempatkan CCTV di tempat tersebut, dan cashier online ke database pendapatan daerah untuk memastikan tidak ada penyelewengan pajak. 

Kemudian menetapkan pajak hiburan setinggi tingginya. Jadi sama dengan kebijakan penjualan rokok di luar negeri. Silahkan beli tapi pajak 4 kali lipat dari harga. Kalau bandel anda harus bayar ongkos sosialnya, tapi kalau engga mau itu memang lebih baik. Yang pasti kelas menengah bawah udah engga bisa datang. Bayangin aja, bir aja bisa Rp. 150.000 per botol.  Aqua Rp. 50.000. Kamu tahu kan berapa harga aqua dan bir di supermarket. Itu contoh pajak yang diterapkan Ahok. Dia tentukan harga bandrol makanan dan minuman agar PAD besar.”

“ Wah keren juga ya.”

“ Ya makanya banyak pengusaha hiburan marah ke Ahok. Era Anies memang tidak berubah tarif pajak namun pengawasan longgar. Jadi bisa dinegokan dengan pejabat PEMDA. Tetapi sejak era Jokowi, bisnis hiburan esek esek drop sampai 50%.”

“ Mengapa ?

“ Karena sejak pengawasan dari KPK ketat sekali, banyak pejabat yang kena OTT. Jadi pelanggan berkurang. Apalagi era kejayaan bisnis tambang batubara udah berakhir. Jadi engga ada lagi entertainment pengusaha kepada aparat. “

Saya hanya senyum aja membayangkan Johan.

No comments: