Sunday, May 24, 2020

Setelah jaya di bursa akhirnya jatuh.

Kemarin malam di Cafe bilangan Sudirman, saya amprokan dengan teman lama. Tadinya saya kanal dia di Hong Kong tahun 2008. Itu waktu dia melakukan fundraising untuk proyeknya. Waktu itu mitranya adalah wanita selebritis. Menurutnya wanita seleb itu hanya proxy dari pejabat yang membantunya mendapatkan izin. Sekarang dia memindahkan semua portfolio bisnis nya ke Singapore. Dia mengakuisisi perusahaan cangkang holding company yang sudah listed dipasar sekunder Singapore. Ada 4 unit bisnis yang dia kelola sekarang dengan melibatkan mitra globalnya dari China, Singapore, Hong Kong dan Amerika. 

Ada yang menarik dalam pembicaraan santai dengan dia. Dia mengajukan satu pertanyaan yang membuat saya bingung menjawabnya. “ Kamu tahu kan banyak tadi perusahaan yang sahamnya bluechip di bursa akhirnya sekarang harganya tinggal gocap. Tahu apa penyebabnya ?

“ Ya bisa saja karena management engga focus sehingga tidak menyadari perusahaan sedang berproses jatuh. Umumnya terjebak menejemen ilusi” Kata saya.

“ Itu ada benarnya. Tetapi kalau itu yang terjadi kan pihak lain tertarik untuk memberikan penyelamatan lewat akuisisi. Harga masih bagus. Tetapi ini terjun bebas harga sahamnya.”

“ Jadi menurut kamu apa ? Kata saya penasaran.

“ Sebelum saya jawab pertanyaan kamu, saya mau tanya dulu. Dimanakah tempat teraman untuk mencuri ? Maksudnya adalah kita bebas mencuri tanpa ada satupun pihak mencurigai kita akan mencuri ditempat itu.” Katanya dengan tersenyum. 

Saya menggelengkan kepala. Karena memang saya tak pernah terpikirkan untuk mencuri jadi tidak paham menjawabnya. 

“ Mencuri milik kita sendiri”. katanya dengan mimik menahan  tawa. Saya mengerutkan kening.  

“ Anda tahu. " katanya " ada perusahaan investasi. Pemegang saham dan executive nya melakukan perampokan secara diam diam tanpa terlacak. Perampokan itu bukan kepada pihak luar tetapi kedalam perusahaan dia sendiri. “ lanjutnya.

“ Caranya ? 

“ Salah satu  contoh. Dia mengakusisi perusahaan tambang batu bara. Uangnya dari investor. Namun biaya konsultan sebesar USD 48 juta untuk proses akuisisi itu dibayar kepada perusahaan cangkang. Belakangan diketahui perusahaan cangkang itu milik dia sendiri. Tetapi karena semua kontrak legal maka tidak bisa dianggap perampokan. Ya gimana engga gampang atur legalitasnya?, Direktur perusaan investasi itu dengan direktur perusahaan yang jadi target akuisisi adalah orang yang sama.

“ Smart tapi culas. " Kata saya melongok.

“ Bukan hanya itu. Perusahaan tambang itu juga diperas oleh rekanan perusahaan, yang sebetulnya para direksi rekanan perusahaan itu terhubung dengan dia sebagai pemegang saham. Perusahaan rekanan itu bertindak sebagai outsourcing. Dari hauling road, pelabuhan, tugboat, truk angkut  adalah unit business yang berdiri sendiri. Tentu harga jasa yang ditetapkan dapat diatur sesukanya dan volume pekerjaan dapat diatur sedemikian rupa karena pemiliknya sama walau entity nya berbeda.”

“ Terus, apa yang terjadi ? 

“ Ya perusahaan tambang itu jatuh rugi. Nah kalu rugi kan, terjadi gagal bayar utang. Investor jadi korban. Yang disalahkan pasar karena harga batubara jatuh. Yang disalahkan pemerintah karena menetapkan DMO terlalu tinggi. Skema merampok dari dalam itu banyak sekali. Sama dengan pejabat negara yang korup uang negara. Hampir sebagian konglomerat lakukan itu. Mereka engga peduli. Apalagi mereka uda IPO dan utang di bank serta terbitkan obligasi.

“ Oh i see. “

“ Ada lagi cerita. Ada pengusaha ambil alih sebagian saham Bank BUMD. Katanya untuk bantu management dan pendanaan. Tetapi setelah duduk sebagai pemegang saham, justru kas pemda yang ada di bank itu ditilep lewat kredit property. Memang secure karena ada jaminannya tetapi itu harga tanah udah di mark up dua kali. Kalaupun credit nya gagal bayar, toh ada collateral. Hebatnya, secara formal perusahaan property itu tidak terhubung dengan nama pemegang saham tetapi kalau ditelusuri pasti ada kaitannya. Ya mau engga mau Pemerintah harus bailout kas PEMDA, kalau engga APBD Pemda engga jalan." 

" Wah jahat juga ya." 

" Makanya dampak dari cara culas pengusaha seperti itu, para banker dan investor institusi asing telah menempatkan pengusaha indonesia dalam catatan hitam. Mereka menjauh dari para pengusaha yang menciptakan ponzy bisnis dari pengusahaan SDA dan rente. Pengusaha itu jago menciptakan bisnis ponzy yang bisa menyenangkan investor dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang membuat investor dan banker terjebak dalam kerugian besar. Yang menyedihkan sekali adalah para pengusaha yang masuk blacklisted itu kebanyakan dekat dengan elite politik, dan bahkan ada yang merupakan bagian dari elite politik

“ Untung aja grup mereka kalah dalam Pemilu kemarin.” kata saya.

“ Ya kalau mereka menang, tentu mereka akan jadikan APBN dalam skema ponzy untuk memperkaya diri dan kelompoknya. Rakyat sebagai investor akan jadi korban. Rating surat utang kita pasti akan jatuh. Investor bukan engga percaya dengan indonesia tetapi kawatir dengan track record executive nya yang blacklist.”

“ Mengapa ? 

Saya hanya angkat bahu.

“ Mereka rakus. There is a sufficiency in the world for man's need but not for man's greed. Greed is so destructive. It destroys everything.” Katanya. Saya tersenyum sambil menuangkan wine ke gelas. Membayangkan ternyata tangan Tuhan selalu bekerja disaat rakyat butuh keadilan. Pesta harus usai. Kini mereka yang kalah itu jadi oposisi secara langsung ataupun tidak langsung dengan menggunakan ormas dan LSM, juga media massa."

No comments: