Kami bertemu di tempat biasa. Cafe kecil yang ada di pojok jalan di Zurich. Saat itu musim semi. “ Bisnisnya bagus. “ katanya ketika saya tanya mengenai perusahaan yang menjadi targetnya. “ Penjualannya terus meningkat. SDM hebat, produk berkualitas. Laba yang dihasilkan terus meningkat dari tahun ketahun. Relasi saya di bank memberikan informasi kepada saya perusahaan tersebut bagus dan tumbuh dengan cepat. Namun punya masalah terhadap arus kas. “
“Apa pasal?
“ Struktur permodalan tidak sehat. Akibatnya laba kotor hanya 20%. Padahal bisa lebih. Itu karena sebagian besar peningkatan penjualan dibiayai langsung oleh utang melalui faktoring. Mereka kejebak shadow banking. “
“ Apalagi ?
“ Biaya tetap terlalu besar. Seharusnya dikurangi lewat restruktur cost.
“ Hanya itu. Saya engga yakin bank atau investor mau terlibat membiayai aksi akuisisi ini. “ Kata saya.
“ Bro, mereka punya jaringann ritel di 18 negara di dunia. Punya ribuan supply chain. Kalau kita restruktur bisnisnya, kita bisa bangun ekosistem bisnis, ini akan jadi bisnis model yang luar biasa. Kuasai online karena kita kuat di offline.”
Saya tatap wajahnya. Saya berusaha ingin mengetahui sejaumana keyakinan dia terhadap peluang ini. Dia salah tingkah. Saya mengenal Yvory cukup lama. Dia punya perusahaan private equity semacam Boutiques investment di Zurich. Kebetulan saya ada saham di perusahaannya. Kemitraan ini melalui perusahaan investasi saya di Hong Kong yang dikelola oleh Wenny. “ Ayolah…” Katanya meraih jemari saya. “ Saya butuh dukungan kamu. “
“ Peluang akuisisi ini gimana ?
“ Saya tertarik terhadap perusahaan ini. Pemegang saham pendiri masih menguasai 60%. Mereka udah tahu reputasi kita.”
“ Sisanya investor retail.?
“ Ya. Kita bisa deal dengan pemegang saham pendiri. Mereka akan siap melakukan RUPS kalau kita sudah keluarkan LOI untuk akuisisi. Setelah RUPS dilakukan, kita bisa atur tender pembelian sisa saham bagi mereka yang tidak setuju akuisisi itu. Tidak akan ada gejolak pasar. Harga saham mereka di bursa sudah lama stuck.. “
“ Exit strategy nya gimana ?
“ 2 tahun setelah restruktur bisnis, kita akan listing di bursa Hong Kong. Perkiraan harga akan naik significant. Kamu kan udah baca analisa future nya “
Saya mengangguk.
“ Jadi kamu setuju ya. “
“ Ok lanjutkan saja.”
“ Saya mengundang direksi perusahaan untuk makan malam. Entar kamu ikut ya. “ Katanya. Setelah minum, saya antar Ivory pulang ke apartement nya.
Nah bagaimana kami membayar perusahaan itu ? apakah dari uang sendiri tersedia di brankas ? Tidak! Caranya? Ada empat langkah.
Langkah pertama adalah kami membentuk Special propose company ( SPC) untuk bertindak sebagai pelaksana akuisisi. SPC ini menjual bond dengan underlying pengambil alihan perusahaan target. Karena underlying nya masih berupa rencana, maka bond ini semacam sintetik bond. Tentu transaksi dan aliran uang diawasi oleh pemerintah, untuk memastikan hasil penjualan bond itu sesuai dengan underlying. Artinya uang hasil penjualan bond itu hanya untuk bayar akuisisi perusahaan. Mengapa bond bisa laku dijual? Itu synthetic bond yang hanya laku di pasar 144A SEC.
Langkah kedua adalah setelah akuisisi selesai. SPC menguasai saham 80%. Struktur permodalan jadi sehat. Kami punya ruang untuk melakukan leverage, yaitu menarik pinjaman dari Bank untuk membiayai restruktur bisnis. Katakanlah uang yang keluar untuk akuisisi Rp. 100/ perlembar saham. Utang bank kalau dihitung nilainya Rp. 30/ perlembar.
Langkah ketiga, dua tahun kemudian, program restruktur bisnis membuahkan hasil. Kinerja naik significant. Trend pertumbuhan bisnis di forecasting per tahun dua digit %. SPC melepas convertible bond kepada group investor terbatas, untuk refinancing atas synthetic Bond yang sudah jatuh tempo. Dari 12 investor institusi yang diudang, semua accepted membeli convertible bond tersebut. Mereka semua berharap agar hutang kelak ditukar dengan saham.
Langkah keempat, untuk menjalankan langkah 1, 2 dan 3, kami perlu team profesional yang bisa bekerja sesuati dengan grand strategi kami. Nah dengan empat langkah itu, kami bisa akuisisi perusahaan tanpa keluar uang sendiri. Tetapi uang berasal dari market, dan itu karena skema leverage.
Apa itu leverage ? Sebelum saya sampai kepada definisi saya akan beri dulu analogi. Di depan anda ada batu besar. Anda tidak bisa menggeser batu dengan kedua tangan anda. Karena ukurannya lebih besar dari tubuh anda. Nah gimana bisa geser? Anda gunakan cara tradisional. Yaitu menggunakan galah panjang sabagai pengungkit. Cara ini memudahkan anda menggeser batu. Mengapa? hukum fisika. Semakin panjang galah pengungkit semakin kecil gaya. Nah galah sebagai pengungkit itu disebut dengan leverage. Istilah leverage itu digunakan dalam mekanisme hedging untuk trading forex atau saham atau Bond. Contoh dengan membayar premium 1 % anda bisa melakukan trading dengan posisi 100%. Besar kecil nya leverage tergantung dari strategi anda dalam menghitung resiko. Semakin aman dari resiko premium makin rendah dan daya leverage semakin besar. Begitupula sebaliknya. Semakin tinggi resiko semakin semakin rendah leverage nya.
Leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan pemegang saham. Perusahaan yang menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari biaya tetap (beban tetap). Misal perusahaan meminjam uang (utang) dalam bentuk obligasi maka beban tetap yang ditanggungnya adalah bunga (coupon). Perusahaan mengeluarkan saham biasa atau saham preferen maka beban yang ditanggung adalah deviden yang yang harus dibayar kepada pemegang saham. Perusahaan menggunakan mesin, gedung maka peerusahaan harus mengeluarkan biaya tetap berupa defresiasi dari aset tersebut. Nah kalau laba sama dengan biaya tetap, itu artinya par. Sulit berkembang. Semakin besar leverage semakin besar kemampuan menarik utang, semakin cepat berkembang
Contoh anda ingin meng akuisisi Perusahan. Sesuai data perusahaan itu secara bisnis bagus. Marketing, Tekhnlogi, SDM, brand dan lainnya bagus. Hanya masalahnya perusahaan kesulitan cash flow. Karena kemampuan berhutang terbatas. Atau nilai leverage nya par. Nah anda bisa akuisisi Perusahaan ini. Caranya anda harus cari celah bagaimana bisa meningkatkan nilai leverage nya. Celah itu bisa ditelusuri dari bisnis proses yang ada. Bisa dengan mendapatkan mitra strategis untuk meningkat penjualan atau Tekhnologi atau bahan baku atau merek. Pelajari semua celah itu. Kemudian hitung secara financial forecasting peningkatan leverage atas setiap celah itu.
Kalau sudah temukan celah yang bagus untuk meningkatkan leverage maka bangun komunikasi dengan stakeholder untuk dapatkan dukungan agar celah itu jadi kekuatan financial Business strategy. Dengan adanya dukungan itu, anda bisa melakukan langkah aksi akusisi dengan menandatangani Head of agreement. Artinya dengan HOA itu anda punya kekuatan hukum untuk melakukan perjanjian dengan pihak yang akan mendukung anda agar tecapai leverage yang dimaksud. Setelah semua confirmed, maka anda bisa masuk ke purchasing agreement. Apa tujuannya?. Untuk deal dengan lender. Underlying untuk berhutang. Bisa bank atau pasar uang. Nah ketika anda berhadapan dengan lender, tidak lagi bicara par tetapi value diatas par atau kemampuan leverage dari bisnis yang anda usulkan.
Apa perlu ada jaminan? Ya engga perlu. Selagi nilai akuisisi itu di bawah nilai leverage yang ada maka anda bisa ciptakan beragam skema pembiayaan. Contoh inalum terbitkan Global Bond. Nilai leverage nya 6 kali. Karena memang faktor teknologi value FI sudah tinggi. Hanya saja FI kesulitan keuangan dan ada masalah sengketa izin dengan pemerintah. Nilainya jadi par. Inalum datang memberikan solusi. Soal keuangan dan perizinan bisa diatasi asalkan inalum dapat Mayoritas saham. Soal deal dengan bailout PI Rio Tinto itu hanya mekanisme akusisi. Tetapi intinya Team inalum sebagai pelaku akuisisi mampu memberikan Total solusi sehingga value FI bisa leverage 6 kali.
No comments:
Post a Comment