Wednesday, May 6, 2020

Raja Baja...

Pada usia kanak kanak, tahun 1960-an ia ikut keluarganya pindah ke Calcutta (Kolkata). Ditempat itu ayahnya berhasil mendirikan pabrik baja. Disaat remaja ia bekerja di pabrik sambil belajar sains di St. Xavier’s College. Setelah lulus (1970) ia menjabat sebagai trainee di pabrik. Setelah matang, dia hendak mendirikan sendiri pabrik baja di India. Tapi ayahnya tidak setuju. Tahun 1976 ia membuka pabrik baja sendiri di Waru, Jawa Timur, Indonesia, bernama PT.Ispat Indo. Dia menghabiskan lebih dari satu dekade belajar bagaimana mengelola industri baja secara efisien. Pada tahun 1989 dia mengakusisi pabrik baja milik negara di Trinidad dan Tobago ( Amerika Selatan) yang nyaris bangkrut karena tidak efisien. Setahun kemudian pabrik itu menggandakan output dan menjadi menguntungkan.

Dia menggunakan model yang sama untuk sukses dalam serangkaian akuisisi di seluruh dunia, mengakuisisi perusahaan baja milik negara yang gagal karena tidak efisien. Setelah diakuisisi, dia mengirim tim manajemen khusus untuk merestruktur bisnis dan mencetak laba. Saat ini perusahaan bajanya terdapat di Rumania, Bosnia-Herzegovina, Afrika Selatan, Polandia, Republik Ceko, Indonesia, Kazakhstan dan banyak negara lainnya. Pada tahun 1994, ia mengabil alih Arcelor Mittal yang merupakan perusahaan keluarganya.

Pada tahun 2004 dia mendirikan Mittal Steel Co. NV yang merupakan hasil merger dari Ispat International dan LNM Holdings, dan International Steel Group yang berbasis di Ohio, AS. Mittal Steel Co. NV, tampil sebagai produsen baja terbesar di dunia. Dua tahun kemudian Mittal Steel Co. NV bergabung dengan Arcelor untuk membentuk ArcelorMittal dan menempatkan putranya Aditya, sebagai CFO (Chief Financial Officer) Arcelor Mittal.

Siapa dia ? Dia adalah Lakshmi Narayan Mittal. Lahir 15 Juni 1950.Para pebisnis international menganggap dia jenius dalam hal akuisisi. Sebetulnya caranya sederhana saja . Dia tahu bahwa pabrik baja itu umumnya dikuasai negara dan dikelola dengan cara tidak efisien. Disamping itu, pasar otomotif dan kapal yang paling banyak membutuhkan baja, selalu dalam keadaan menentukan harga. Sementara pabrik baja yang merupakan padat modal tidak bisa bertahan dengan stok banyak. Harus hidup dari cash flow. Mittal, melihat peluang itu. Selagi dia bisa membujuk negara untuk melepas pabriknya, selagi dia bisa menciptakan skema financial untuk memperkuat likuiditas, dan meyakinkan Investment banker, maka dia akan menguasai pasar dengan harga yang menguntungkan. Kini Mittal menguasai 40% market baja di AS.

Walau Mittal sudah jadi billioner dan memiliki rumah di Kensington Gardens 18-19 seharga $ 105,7 juta, namun sikapnya sangat ramah dan low profile. Itu kesan saya waktu bertemu dengan dia dalam forum bisnis international. Padahal dia adalah direktur independent Goldman Sachs Group Inc, investment banker terkuat di dunia. Pemerintah China mempercayainya sebagai CEO Chinese People'S Association For Friendship With Foreign Count. Anggota Dewan Investasi Asing di Kazakhstan, Dewan Investasi Internasional di Afrika Selatan, Dewan Bisnis Internasional Forum Ekonomi Dunia. Dewan Penasihat Kellogg School of Management di Amerika Serikat.

Dia jago loby dengan top pemimpin dunia, Ketika Trumps menetapkan tarif import tinggi atas baja yang masuk ke AS, perusahaanya di AS diuntungkan dari serangan baja impor dari Eropa dan China. Dia hanya menunggu perusahaan baja di negara yang kena tarif import tinggi dari AS itu oleng. Saat itu dia akan ambil alih. Konon katanya dia tidak pernah lelah meloby untuk akuisisi KS tapi tidak pernah berhasil. Andaikan pemerintah Indonesia mau melepas KS, berapapun dia beli. Yakin, KS akan mencetak laba dan menguasai pasar dunia.

Tapi saya yakin, dia tidak akan berhasil akuisisi KS, Karena UUD 45 pasal 33 tidak mengizinkan itu. Masalahnya apakah tidak ada orang indonesia sehebat Mittal atau mendekati sama dengan Mittal agar membuat KS berjaya sebagai perusahaan berkelas dunia? Ingat, Mittal belajar sukses jadi pengusaha baja dari Indonesia, dari orang Madura..

No comments: