Tuesday, May 12, 2020

Kondisi perbankan sekarang...



“ Pak, apa benar kondisi perbankan akibat dampak virus Corona sangat mengkawatirkan? tanya teman.

“Emang kamu dapat informasi dari mana?

“ Itu ada analisa dari Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis, OJK. Isinya menggambarkan kondisi perbankan nasional dengan berbagai skenario. Sangat mengkawatirkan."

“ Yang saya tahu, OJK udah menegaskan bahwa dokumen dan informasi yang beredar tersebut adalah informasi hoax dan tidak benar.”

" Katanya ada nasabah yang engga bisa cairkan tabungannya. Apa benar?

" Itu sudah dibantah oleh bank bersangkutan."

" Tetapi ada berita bahwa BPK meragukan hasil audit OJK atas 7 bank bermasalah.

Memang ada beberapa bank bermasalah. Tetapi buka masalah besar. itu proses bisnis biasa. Contoh kasus BTN yang banyak kredit macet. Itu sudah diselesaikan dengan menggunakan laba untuk menambah cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN). Bank Mayapada punya masalah rasio modal (CAR) drop. Pemegang saham utama sudah tambah setoran modal. Sehingga sekarang  CAR 18%.  Bukopin, sekarang sedang mencari investor atau right issue agar permodalan sehat. Menurut berita Kookmin Bank merupakan bank 10 terbesar di ASIA akan menambah modal di BUKOPIN.  PT Bank Yudha Bhakti Tbk, sedang menambah modal disetor. PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk, memang punya masalah kredit macet dan kurang cadangan resiko. Sekarang sedang melakukan proses merger dengan  PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat. PT Bank Muamalat Tbk walau ada masalah kredit macet dan berkurangnya dana CKPN namun tetap aman beroperasi. Saat sekarang sedang negosiasi dengan investor. Jadi semua bank yang katanya bermasalah sudah melakukan aksi korporat. Secara bisnis mereka bisa menyelesaikan masalahnya sendiri."

" Artinya aman ya?

" Ya pasti aman. Apalagi semua bank itu perserta LPS.  Semua resiko tabungan ditanggung LPS. 

“ Tapi mengapa banyak bank tidak menyalurkan kredit  ? 

“ Waduh, kamu kan tahu kita sedang menghadapi pandemi  COVID-19. Sabarlah tunggu selesai dulu"

“ Terus gimana bank bisa bertahan dari akibat stuck nya dunia usaha. Kan bisa bahaya. “

“ Bank itu akan sehat bukan saja karena faktor penyaluran kredit tetapi karena system yang menjamin likuiditas. Nah untuk mengamankan perbankan, BI mengeluarkan QE berupa injeksi likuitas ke perbankan dengan jumlah secara total telah mencapai sekitar Rp503,8 trililun, seperti pembelian SBN di pasar sekunder. Term Repo perbankan. Penurunan Giro Wajib Minimum.”

“ Maksudnya apa QE itu ?

“ Kalau peredaran uang berkurang karena kegiatan rumah tangga ekonomi melambat, ya tugas pemerintah menambah putaran uang itu. Dengan demikian perbankan bisa tetap memberikan dukungan pembiayaan kepada dunia usaha, dan punya napas mengelola resiko bagi nasabah yang kesulitan akibat COVID-19. “ 

“ Apa itu engga akan berdampak inflasi?

“ Engga. “

“ Kenapa ?

“ Karena uang itu tidak langsung disalurkan ke sektor riil dalam bentuk uang beredar (M2). Itu hanya hanya uang primer (M0). Jadi tidak akan berdampak kepada inflasi. Dan lagi prosedur perbankan bisa mendapatkan dana QE juga ketat. Terbukti walau QE sebesar Rp. 503,8 triliun, yang diserap oleh perbankan baru sebesar Rp.43,5 triliun. Artinya secara fundamental perbankan kita sehat. Dana tabungan dan deposito masih banyak di perbankan.“

“ Terus gimana dengan resiko kredit macet akibat COVID-19?

“ Resiko atas kredit macet itu udah diantasipasi dengan adanya Cadangan Kerugian Penyusutan Nilai (CKPN). Data triwulan I-2020 jumlah CKPN yang tersedia Rp 261,45 triliun atau 4,52% dari total kredit yang mencapai Rp 5,781,56 triliun. Sementara NPL atau kredit macet mencapai Rp160,15 triliun atau 2,77% dari total kredit. Jadi, sisa CKPN yang dapat dipakai untuk menambal tambahan NPL Rp 101,30 triliun. Nah itu dengan asumsi tak menjual collateral. Kalau collateral dijual, resiko kredit macet mungkin tidak sampai sebesar Rp160,15 triliun. Bisa jadi lebih kecil. Sisa CKPN juga lebih besar dari Rp. 101,30 triliun. Di samping itu kalau terjadi keadaan extraordinari, OJK  bisa juga menurunkan ketentuan CAR perbankan sampai 10%. Tentu akan semakin besar likuiditas bank dicadangkan untuk CKPN. Jadi celah untuk bank tetap sehat itu masih sangat lebar. Jauh dari kemungkinan terjadi seperti tahun 1998.

“Apa iya betul sehat? Apa hanya retorika saja. “

“ Lah Bank Mandiri berhasil menebitkan Global Bond pada bulan Mey ini sebesar USD 500 juta. Terjual diatas penawaran atau oversubscribed lima kali dari nilai penawaran atau permintaan sebesar USD 2,5 miliar. Sebelumnya bulan April, bank Mandiri mengeluarkan Global Bond sebesar USD 750 juta, yang juga oversubscribed. Jadi target memperkuat likuiditas sebesar USD 1,25 miliar pada semester pertama ini berhasil.”

“ Maksudnya ?

“ Andaikan benar kondisi perbankan kita tidak sehat, tidak mungkin Mandiri bisa menjual Bond di bursa Asia dan Eropa. Apalagi dengan oversubscribed. Semua pemain pasar uang tahu, bahwa untuk bisa keluarkan global Bond di Bursa international dengan permitaan yang tinggi, tanpa krediblitas dan tingkat kinerja yang moncer engga mungkin dilirik oleh pasar uang.”

“ Apa iya ?

“Ya mana ada investor bego. Apalagi yang beli Global Bond. “

“ Ok paham pak. 

“ Saya engga mengerti mengapa orang tega menyebarkan berita HOAX bank bermasalah, yang sangat sensitip itu. Karena dampaknya sangat buruk bagi perbankan nasional dan khususnya daya tahan ekonomi nasional. Bayangkan kalau timbul rush akibat kepanikan, bisa tumbang negara ini. Yang pasti yang menyebarkan berita HOAX itu , kumpulan pengangguran yang ngayalnya ketinggian."

No comments: