Tuesday, May 19, 2020

Kekuatan China ada pada UKM



Sampai dengan akhir tahun 2018, berdasarkan data statistik china,  UKM yang berbentuk badan usaha mencapai 18,07 juta dengan menampung angkan kerja sebesar 233 juta orang atau 79,4 % dari total pegawai yang ada di China. Pada tahun 2018, total pendapatan mereka mencapai 188,2 triliun yuan atau sekitar 26,9 triliun dolar AS, merupakan 68,2 persen dari total pendapatan perusahaan yang ada di China. UKM formal itu membentuk jaringan binaan informal skala kecil dan rumah tangga, rata rata 10 pengusaha informal atau totalnya 180 juta unit usaha. Kalau masing masing sektor informal itu menampung angkatan kerja 4  orang, maka jumlah angkatan kerja terserap 720 juta. Jadi praktis 92% angkatan kerja terserap di China dari sektor UKM. 

Saya jalan ke kawasan Dongmen di Shenzhen ditemani oleh Wenny. “ Coba perhatikan, katanya “ menunjuk kawasan modern di salah satu sudut Dongmen, “ dulu tempat ini sangat kumuh. Orang bebas dagang dimana saja. Jalanan macet karena tidak ada aturan lalulintas. Orang parkir dimana saja dia suka. Kalau malam hari Prostitusi liar terjadi bebas. Dari kekumuhan itu lahirlah premanisme. Yang kuat menindas yang lemah. Karena ada uang beredar disana. Ada uang palak parkir, lapak dan jatah mucikari. Tidak ada pemasukan untuk pemerintah kecuali menciptakan peluang kolusi antara preman dan aparat pemerintah. Jadi sulit bedakan mana preman dan aparat. Mereka jadi gerombolan kriminal atas kekumuhan itu.” Sambungnya.

“ Sangat menyedihkan “Kata saya.

“ Itu sebabnya tahun 90an, pemerintah menertibkan lingkungan  ini. “

“ Gimana menertipkannya? Pakai UU atau Perda ?

“  Tidak ditertipkan dengan perda yang mengancam hukuman dan denda. 

“ Jadi apa ? 

“ Melalui sosial engineering dengan menyediakan sarana dan prasarana agar semua menjadi legal. Pemerintah tidak mengusir mereka. Tetapi menata lingkungan mereka jadi lebih baik. Pemerintah bangun rumah, pasar modern, tempat parkir yang nyaman. Preman diganti dengan Satpam. “

“ Oh i see. Terus..”

“ Nah, dari kenyamanan itu semua orang bukan hanya bisa meningkatkan penghasilan tetapi juga bisa merencanakan masa depan dengan baik. Dengan punya kios mereka tentu dipercaya oleh suplier untuk berhutang. Dengan punya kios mereka bisa mengakses bank mendapatkan kredit modal kerja. Dengan punya rumah walau menyicil mereka bisa menabung.  Dan dari aktifitas yang legal itu, semua pergerakan barang dan jasa tercatat oleh pemerintah lewat pajak ini dan itu. Semua masalah ketertiban administrasi dapat dilaksanakan lewat law enforcement. Sehingga tidak ada ruang bagi premanisme hidup dan tidak ada celah bagi aparat untuk kolusi mendapatkan uang lendir. Dengan demikian kehadiran pemerintah dirasakan oleh rakyat dan rakyat merasakan haknya terlindungi dan ketika membayar kewajiban pun mereka merasa Happy. Inilah yang dimaksud pembangunan peradaban melalui social engineering lewat financial engineering yang sehingga memberikan akses kepada rakyat mendapatkan berkah dari apa yang disebut dengan “miracle of capital”

“Wah hebat.  Ideal sekali. Masalahnya kalau mereka orang kecil disuruh bayar fasilitas rumah, kios dengan harga mahal, kan engga mungkin mereka bisa beli. Dari mana Pemda dapatkan uang? ” Kata saya.

“ “Dalam dunia kapitalis murni, selalu uang lebih dulu baru sosial. Dalam dunia sosialis kapitalis, sosialisme tampil dulu lewat kebijakan sosial engineering untuk lahirnya humanitarian capitalism. Penyediaan sarana umum itu dibiayai secara gotong royong lewat koperasi. Pemeritah mengeluarkan municipal bond berbasis revenue. Pemda jual dengan harga murah dan skema pembayaran yang flexible“

“ Menarik juga dengan istilah kapitalisme murni dan humanitarian capitalism bisa jelaskan secara sederhana?

“ Kapitalisme murni itu, dimana modal berkuasa memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan modal. Contoh sederhana adalah jaringan ritel. Mereka hanya mendapatkan legitimasi dari negara dan perlindungan atas merek. Dari sana mereka menciptakan bisnis model berupa franchise retail. Mereka menyediakan akses barang dan modal. Sementara resiko ada pada mitra yang menggunakan franchise itu. Putaran uang ada pada pemilik franchise. Laba dipatok oleh pemilik franchise. Itu bisa berkembang. Sebetulnya yang berkembang itu hanya modal. Sementara rakyat tetaplah sebagai jongos dan mitra pelengkap. “

“ Nah kalau humanitarian capitalism?

“ Pemerintah menyediakan tempat dan fasilitas izin dan akses kepada barang dan jasa. Semua pendapatan masuk ke rakyat. Sukses putaran uang dari adanya market place itu negara dapat pajak. 

“ Ok lah. Kembali kepada pertanyaan saya tadi. Darimana revenue nya kalau harga rumah dan kios sangat murah dan terjangkau rakyat kecil?

“ Nah dalam hal penataan kawasan kumuh, peran pemerintah berlaku tidak lebih sama dengan pegelola jaringan ritel, dan penyedia market place. Namun pemda hanya dapat retribusi dan pajak ini dan itu. Selebihnya itu hak rakyat. Artinya berbeda dengan pengelola jaraingan ritel dimana pemilik modal yang kaya. Sementara rakyat tidak. Dalam hal ini semua keuntungan masuk ke rakyat setelah dipotong retribusi pemda. Nah itulah jadi sumber revenue untuk melunasi municipal bond berbasis revenue. Dalam jangka panjang kawasan yang sudah ditata modern itu akan jadi kawasan komersial yang terus berkembang karena waktu. Kehidupan bergerak ke depan dan membuat orang mudah mengakses kemakmuran.”

“ Jadi sederhana saja membangun wilayah itu. Ciptakan lingkungan modern dan sediakan market place lewat regulasi dan infrastruktur, selanjutnya peradaban akan bergerak sendiri. Masyarakat akan menyelesaikan kesehariannya dengan kerja keras dan gotong royong. Dari mereka untuk mereka. “ Kata saya. 

Dia tersenyum. “ Gimana dengan Indonesia ?” 

“ Pemerintah takut menggusur rakyat” Kata saya.

“ Cara berpikir seperti itu sama dengan kami waktu era Mao. Pemerintah daerah tidak mau mengubah kekumuhan menjadi modern karena memang mereka tidak berniat memberikan akses financial resource kepada rakyat dan tentu sengaja membiarkan kemiskinan terjadi dengan orang bebas dagang kaki lima agar premanisme bisa hidup dan para pejabat korup bisa hidup dari uang suap premanisme itu “ Kata Wenny

“ Mengapa ? Saya berkerut kening

“ Agar rakyat lemah dan semakin tegantung kepada preman sebagai mesin politik nya meraih kekuasaan lebih luas. Jahat sekali komunisme era Mao! Tetapi terdengar populis bagi rakyat yang ogah berpikir." Katanya dengan wajah murung seakan lamunan kepada masa lalu yang kelam. 

" Tetap di negeri kami, di jantung ibukota negara, mereka melakukan sama seperti era Mao, tapi tidak mau mengakui komunis.” Kata saya dan Wenny tersenyum tidak mau membahas soal politik.

“ Kamu tahu, bank terbesar di dunia dari sisi asset maupun jumlah nasabah ? katanya. Saya menggelengkan kepala. 

“ Minsheng bank. “ Jawabnya. “  Itu bank konvensional tetapi sahamnya di miliki oleh gerakan koperasi.”  Katanya lagi. Saya terkejut 

“ Ada 600 juta pemegang rekening dengan total asset USD 2 triliun atau 2 kali GNP Indonesia. Yang hebatnya bank ini bukan bank koperasi tetapi dimilik oleh gerakan koperasi.”

“  Mengapa ? 

“ Karena pemerintah china melarang koperasi mendirikan bank khusus, dan mempersulit mereka masuk ke bursa. “

“ Aneh? 

“ Karena secara politik koperasi itu dicurigai oleh partai komunis sebagai gerakan tandingan kekuatan partai. “

“ Nah mengapa justru koperasi bisa kuat di china? 

“ Koperasi kuat bukan karana fasilitas negera tetapi karena budaya china. Dan mereka smart mensiasati hambatan itu menjadi peluang kemitraan dengan dunia usaha lainya seperti UKM dan BUMN.”

“Wah hebat ya. Bisa jelaskan lebih detail ” Kata saya. 

“ Rakyat China gemar sekali berkelompok dan bergotong-royong menyelesaikan masalahnya. Tak penting siapa yang akan mengkoordinirnya. Bagi mereka yang penting ada orang yang mau memimpin kelompok itu. Masyarakat China dalam ring terkecil mengorganisir diri lewat sistem arisan. Antar kelompok arisan ini mereka membentuk perkumpulan berdasarkan bidang profesi (petani kol, petani beras, pengrajin dan lain-lain). Dari perkumpulan berdasarkan bidang profesi ini mereka membentuk lagi perkumpulan berdasarkan kecamatan. Dari kecamatan membentuk perkumpulan kabupaten. Begitu seterusnya. Di China sistem itu tumbuh alamiah (budaya). Makanya, strukturnya seperti jaring laba-laba. Peneliti Barat menyebutnya sistem ring to ring. Dari satu lingkaran ke lingkaran berikutnya dalam ikatan yang kokoh atau seperti sarang lebah, di mana di antara lingkaran itu ada palka. Palka berisi para cerdik pandai yang menjadi penghubung ring dengan ring.

Ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan agar rakyat boleh berkelompok membangun kawasan perumahan, maka segera kekuatan ring to ring itu bergerak cepat. Para mentor dari kalangan kampus dan tokoh masyarakat tampil menjadi pencerah atas program pemerintah. Para ketua arisan, ketua kelompok, ketua wilayah memasarkan kupon kepemilikan rumah kepada anggotanya masing-masing.

Hasil penjualan kupon itu tidak dipakai untuk membangun rumah. Tapi dananya di-pool dan ditempatkan sebagai jaminan di bank untuk mendapatkan fasilitas pinjaman dari bank. Di China bunga bank sangat murah. Untuk kegiatan ini bunga bank tidak lebih 1,5% per tahun. Bank bukan hanya memberikan kredit, tapi juga membantu struktur pendanaan lewat turn key project. Setelah proyek selesai dibangun, maka kupon itu ditukar dalam bentuk obligasi bagi hasil (revenue bond). Revenue bond ini diperjual-belikan sebagai alat investasi oleh perkumpulan tingkat provinsi dan pusat. Di sini tampak dana orang kaya di kota mengalir ke tingkat bawah secara sistematis tanpa dipaksa.

Hasil penjualan revenue bond itulah yang dijadikan alat pelunasan utang kepada bank. Nilai revenue bond akan terus meningkat di pasar seiring peningkatan nilai kawasan itu. Atau sama saja seperti kita pegang sertifikat rumah dalam nilai pecahan kecil. Kalau harga rumah naik maka revenue bond juga akan naik nilainya. Hampir semua sarana dan prasarana di dalam kawasan dibangun dengan konsep seperti itu. Contoh, kelompok industri pengolahan pangan (agro industri produk kemasan ), ingin membangun zona industri. Maka kelompok arisan petani akan otomatis menjadi pembeli revenue bond itu karena mereka tahu bahwa kawasan industri itu akan digunakan oleh perusahaan yang akan menjadi pembeli produk pertanian mereka. Antar kelompok arisan itu juga punya hubungan vertikal dan horisontal dengan berbagai kelompok arisan lainnya, yang berbeda-beda wilayah, bidang profesi, bidang kegiatannya. Inilah financial resource. Dari mereka untuk mereka.

Sistem jaring laba-laba itu sangat kuat menghalangi kekuatan luar yang ingin mengontrol mereka. Sangat sulit ritel modern yang kuat modal bisa menembus ini. Ini bisa terjadi karena orang berilmu dan orang awam bergandengan tangan, orang kaya dan miskin bergandengan tangan, industri dan pemasok bergandengan tangan, dunia usaha dan perbankan bergandengan tangan. Semuanya terhubung dalam ikatan saling mengikat diri secara rumit namun fleksibel. Tidak ada UU atau peraturan pemerintah untuk menghasilkan desain seperti ini. Dia ada karena budaya China yang suka bergotong-royong, hidup hemat, bekerja keras, setia dengan teman, menghargai orang yang lebih tua, menghormati orang berilmu dan cinta kepada mereka yang lemah.

Dari komunitas seperti inilah konsep apapun yang sesuai dengan akar budaya mereka akan diterima dan dilaksanakan secara otomatis. Pemerintah China paham betul bagaimana mengelola komunitas di atas 1 miliar itu tanpa terjebak dengan konsep dari dunia Barat, dengan segala konsep nilai-nilai demokrasi. Buktinya hanya butuh 30 tahun, China sudah menjadi kekuatan nomor dua di dunia. “ kata Wenny.

“ Ternyata memang kekuatan ekonomi China ada pada budayanya” Kata saya.

" Ya. Saya harus kembali ke Hotel. " Kata Wenny. 

" Ada apa? baru saja nyampe balik lagi"

" Sepertinya saya datang bulan. " Katanya bersemu merah.  

" Oh saya kira kamu udah mono." 
Dia pukul saya tetapi saya menghindar. "  Ya udah kamu kembali aja ke Hotel. Saya mau ketemu William di cafe. " Kata saya tersenyum. 

No comments: