Monday, May 11, 2020

Resesi adalah pesan cinta dari Tuhan.


Resesi pada saat sekarang berbeda dengan resesi yang pernah terjadi di dunia. Dulu resesi terjadi karena perang kartel bahan baku produksi dan kompetisi. Namun sekarang, resesi terjadi karena adanya penyesuaian pasar di segala sektor, dari kebutuhan atas dasar kuantittas berubah menjadi kualitas, dari kualitas berubah menjadi kasualitas. Bukan karena pembeli tidak ada atau daya beli turun. Tetapi tren belanja berubah. Di samping itu geostrategis juga berubah, dari hegemoni ke sinergi. Akibatnya terjadi kelebihan kapasitas dimana mana. Penyebanya ada tiga. 

Pertama, perubahan karena adanya IT. Orang inginkan produk dan jasa yang menawarkan segala sesuatu yang serba otomatis untuk memenuhi gaya hidup yang efisien dan sederhana. Mereka tidak keberatan bila harus berinvestasi dengan alat kantor atau alat rumah tangga yang berbasis IT. Konsumen saat ini mencari produk atau jasa yang memberikan informasi utuh untuk mereka bisa dengan cepat membuat keputusan membeli. Merek tak lagi menjadi ukuran membeli. Artinya bisnis harus terhubung dengan konsumen pada tingkat yang lebih pribadi dan emosional. 

Kedua, akibat IT terjadi perubahan bisnis model. Orang akan lebih banyak tinggal di rumah, bukan hanya untuk tidur dan istirahat, tetapi juga bekerja, berbisnis dan berbelanja serta berinvetasi. Bisis property ruang perkantoran akan berkurang. Pakaian yang bermerek dan serba formal akan kurang diminati. Orang akan lebih banyak membeli baju santai. Kebutuhan akan bandwidth internet semakin besar. Tentu ini akan mengubah secara significan industri hiburan terutama bioskop, pakaian,  gaya hidup. Tren memiliki kendaraan mewah dan bermerek tidak lagi menjadi focus konsumen. Bisnis yang memungkinkan terciptanya ekosistem akan menang. 

Ketiga, perubahan orientasi lebih kepada personal. Dulu orang suka datang ke dunia hiburan malam karena alasan prostitusi, tapi kini orang lebih suka ke cafe berkelas sambil hunting dapatkan pasangan untuk jadi rekan kencan. Bukan lagi orientasinya tempat tidur tapi touching friendship saling berdiskusi dalam satu visi dan minat. Makanya tempat hiburan yang tawarkan love instant jadi turun omzetnya. Orientasi orang sudah tidak lagi selangkangan tapi lebih kepada sikap terbuka dan modern yang gemar piknik di dalam maupun luar negeri. Industri pariwista akan berubah, tidak lagi menawarkan kemewahan tetapi hal praktis dan personal.

Akibat tiga hal itu, maka industri petrokimia, industri bahan bangunan, industri elektronika, Industri otomotiv akan menurun permitaannya. Dampaknya industri downstream juga akan turun seperti tekstil, garment, plastik, kendaraan. Otomatis minyak mentah sebagai sumber bahan baku Petrokimia juga akan turun permintaan. Tentu akan memukul jutaan supply chain dan jasa yang terhubung dengan industri industri tersebut. Belum lagi rantai distribusi aka semakin pendek. Maka keberadaan agent, pengecer, pedagang besar akan tumbang. 

Yang jadi masalah perubahan kapasitas ini berdampak kepada menyusutnya aset industri dan korporat yang bertumpu pada utang bank dan pasar uang. Inilah yang berbahaya, karena ujungnya adalah kejantung kapitalis, yaitu sistem keuangan. 

Solusinya hanya satu, yaitu keadilan distribusi modal dan barang/ jasa. Sudah saatnya negara maju sebagai biang kelebiihan kapasitas, melakukan relokasi produksi ke negara berkembang yang belum terjadi perubahan trend belanja. Misal, Relokasi industri dari China ke Indonesia dan negara Asean lainnya. Industri besar yang ada di kota besar , harus mau pindah ke daerah yang longgar dan untuk melakukan penyesuaian produksi dan sekaligus panetrasi pasar. Jadi secara tidak langsung resesi sekarang adalah pesan cinta dari Tuhan, agar manusia mulai berpikir tentang keadilan dan hiduplah sederhana. Dengan itu perubahan terjadi dengan semangat baru, semangat cinta dan berbagi.

“Long time no see, my dear brother” Tegur seseorang yang membuat lamunanku yang buyar. 

“ Ya. Lama ya engga ketemu. Apa kabarmu sis? kataku yang masih kaget bertemu dia di cafe favoritku. Dia duduk di sebelahku. 

“ Masih di Hong Kong ? katanya dengan tersenyum.

“ Dua tahun lalu sempat pensiun.Tetapi sekarang udah aktif lagi.”

“ Iyalah. Mana bisa orang seperti kamu pensiun. Wenny gimana kabarnya ?

“ Wenny baik baik aja. “

" Bagaimana masa depan bisnis setelah Covid-19. Keliatanya semakin hopeless ya“ katanya memancing dialogh.

“ Sebetulnya, sebelum ada COVID-19 dunia sedang berjuang menghadapi crisis. Perang dagang dan kemudian COVID-19 , kemudian dilanjutkan dengan kucuran stimulus berskala gigantik, adalah puncak gunung es, dari adanya perubahan yang sebetulnya sudah berlangsung sejak 10 tahun lalu.

“ Yang mencolok sekali itu di China. Tahun lalu saya sempat di Beijing selama 2 minggu. Luar bisa sekali perubahan. Dampaknya ada ratusan mall yang sudah tutup. Semua berubah.”

" Ketika Pendapatan per kapita di China tembus USD 5000 per tahun, sahabat saya yang juga pemimpin Venture Capital di China mengatakan bahwa akan terjadi perubahan gaya hidup orang china. Dulu,  ketika pendapatan di bawah USD 1000 , orang cenderung mengutamakan konsumsi makanan. Produksi pangan menjadi primadona. Makan tujuannya kenyang biar bisa kerja keras. Ketika Pendapatan per kapita naik jadi USD 3000, orang sudah mulai memperhatikan penampilan pakaian. Kalau tadi beli baju baru dan aksesori pakaian setahun sekali berubah jadi sebulan sekali. Dan ketika Pendapatan per kapita tembus USD 5000 per tahun, maka orang tidak lagi mikirkan pakaian bermerek dan sesuai tren model. Yang diutamakan nyaman dipakai. Tidak lagi mikirkan makan asal kenyang tapi makan untuk sehat sambil menikmati waktu santai.” Kataku.

“ Ya. Apa yang terjadi di China juga terjadi di negara manapun. Karena tren gaya hidup sesuai dengan penghasilan. Tetapi mengapa di Cina cepat sekali perubahan itu ?

" Karena China punya infrastruktur ekosistem bisnis yang solid, bukan hanya menyediakan market place secara digital tetapi juga tersedia layanan e-commerce logistik yang memungkin proses transaksi berlangsung  dengan cepat dan efisien." 

" Gimana pendapat kamu di  Indonesia. Usaha retail kan banyak sepi konsumen. Apa karena daya beli rakyat turun?. Banyak orang miskin?

" Sebetulnya itu bukan karena orang tidak ada uang untuk belanja. Tapi meningkatnya kelompok menengah telah mengubah tren belanja. Orang hanya datang ke Mall dengan tujuan utama menikmati waktu santainya. Makan di Pujasera dulu terasa mewah walau berdesak ramai tapi kini orang lebih memilih restoran yang menawarkan kenyaman sambil bersantap. Harga, engga penting. Orang tidak mau makan kenyang karena takut gemuk. Akibatnya konsumsi beras turun. Orang males beli baju bermerek karena di era sosial media, orang tidak harus ketemu tiap hari. Dengan fake show lewat sosmed orang sudah merasa seperti atis tenar. Dan lagi Mark Zuckerberg dan Priscilla Chan yang dikenal the best couple on the world selalu tampil sederhana.”

“ Wah semakin menarik diskusi kita. Sekarang anak usia 3 tahun sudah mahir gunakan smartphone untuk main game. " Katanya bersemangat.

" Ya. Akibatnya penjualan mainan anak anak juga turun. Orang juga sudah engga tertarik untuk beli kebutuhan hari hari datang ke Supermarket. Itu urusan ART, akibatnya buy by order tanpa ada kemampuan menjebak belanja lebih. Dengan adanya smartphone , udah pasti memangkas konsumsi tape recorder, video game, video, radio, kamera, dan buku serta majalah. Bahkan pesawat terbang bukan lagi produk mewah. Itu sudah jadi produk kebutuhan. Pesawat kelas premium kehilangan minat konsumen.”

" Tetapi apakah semua orang bisa berubah ? kan banyak juga orang gagap perubahan? Liatlah mereka yang nyinyir di Sosmed terhadap kebijakan pemerintah."

“ Kalau mereka tidak mau berubah dan tetap ingin berbisnis tradisional maka jangan tinggal di kota besar yang middle class nya terus tumbuh, tapi pindah kedaerah lain yang middle class nya masih rendah. Kalau mereka ingin sukses mendapatkan potensi pasar dari tumbuhnya middle class di kota besar di Indonesia maka ciptakanlah “business model “ yang sesuai dengan tren konsumsi mereka. Hanya itu. Pilihan ada pada kita. Ingat perubahan terjadi dengan sendirinya. Tidak ada gunanya mengeluh karena itu semakin mununjukan kebodohan. Apalagi menyalahkan pemerintah, yang sedang menghela gerbong indonesia raya kedepan ..menuju abad perubahan...

No comments: