Saturday, May 16, 2020

Corona datang, Bisnispun jatuh.



Dalam perjalanan menuju tempat meeting di Hotel di Kawasan Senayan, saya sempatkan lewat restoran dan cafe tempat biasa saya menghabiskan waktu santai. Ternyata tutup. Saya membayangkan karyawan dan waitress tentu dirumahkan. Mereka mungkin dapat gaji setengah atau engga dapat sama sekali.  Yang seperti cafe dan restoran itu banyak sekali.  Padahal gaji mereka tidak ada sisa untuk nabung. Entah bagaimana nasip mereka staying at home tanpa penghasilan. Jumlah mereka yang kehilangan kerja ini menurut Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencapai 200.000. Kalau masing masing orang menanggung hidup 2 orang saja. Maka jumlah anak manusia yang meradang derita 600.000. Jumlah itu sama dengan jumlah penduduk kota di Sumatera.

Teman saya punya outlet di salah satu Mall, bilang ke saya bahwa dia terpaksa merumahkan karyawannya sampai berakhirnya PSBB. Selama ini dia hanya memberi gaji setengah. Yang jelas tidak ada THR. Berdasarkan catatan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) yang tercatat hingga akhir ada 327 mal tutup sementara dan melakukan pengurangan jam operasional. Namun yang tutup total  sebanyak 197 mal. Itu meliputi Mall di seluruh Indonesia;  Sumatera 15 mal, Banten 16 mal, Jakarta 78 mal, Jawa Barat 50 mal, Jawa Tengah 2 mal. Berikutnya di Yogyakarta 1 mal, Jawa Timur 8 mal, Bali 7. Lalu di Kalimantan, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara ada 20 mal. Di Jawa Barat saja karyawan Mall yang kehilangan pekerjaan sebanyak 150.000. Tentu Jakarta lebih besar lagi.

Ada teman yang  kelola hotel bintang 4, juga mengeluh. Okupansi hotel di DKI Jakarta menurun drastis dan menyentuh satu digit selama pandemi COVID-19 terjadi. Berbagai hotel pun disebutnya hanya mengoperasikan sekitar 10 persen kamar dari total kamar yang tersedia. Walau dalam Peraturan Gubenur Nomor 33 tahun 2020, pemilik dan pengelola hotel tetap diperkenankan beroperasi selama status PSBB di Jakarta. Kendati demikian, terdapat sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi untuk menjamin keamanan pengelola dan konsumen di tengah kondisi ini. Dan pada umumnya konsumen sangat selektif memilih hotel dan cenderung tidak melakukan perjalanan keluar rumah.  Tentu ini berdampak kepada pengurangan karyawan dan gaji. 

“ Kamu tahu bisnis apa yang paling sulit sekarang? Kata teman. 

“ Apa ?

“ Bisnis yang terkait dengan supply chain global dan berorientasi ekport. 

“ Apa saja itu? 

“ Industri petrokimia, dan turunannya seperti industri tekstil, plastik/PVC, kemasaran dan lain lain. Industri material building seperti keramik , semen dan lain lain. Smelter. Industri CPO. Industri Karet, Pabrik pabrik itu mempunyai supply chain yang umumnya mereka membayar sesuai dengan jadwal penerimaan dari penjualan dan ekspor. Nah contoh, hampir semua kontraktor bangunan engga kerja, maka ratusan industri yang memproduksi material bangunan pasti kesulitan cash flow. Darimana pabrikan itu bayar kalau pemasukan tunai tidak ada. Sementara distributor dan agent pasti menghentikan pembayaran ketika pasokan terhenti akibat PSBB. Ratusan ribu buruh bangunan jelas meradang kehilangan pendapatan. Belum lagi karyawan yang terkait dengan supply chain.”

“ Tapi industri yang berhubungan dengan agro industri dan makanan kemasan termasuk aman. Karena kebutuhan akan produk consumer goods, tetap tinggi walau ada PSBB. “ Kata saya.

“ Namun karena distributor dan agent makanan kemasan shutdown, maka lewat bulan juni, pasti akan kekurangan stok di toko eceran. Apalagi tidak ada lagi supply kemasan ke pabrik karena supply chain Industri shutdown. Ini akan menimbulkan masalah serius. PHK akan meluas dan kelangkaan barang akan terjadi. Di samping itu sektor eceren non pangan seperti pakaian, footware, tableware yang ada di Mall dan pasar tradisional yang 90% adalah usaha kecil , jelas dari bulan april mereka sudah tengkurep. Kalau sekarang keliatan aman saja, itu bukan berarti mereka kuat. Setidaknya mereka hanya bisa bertahan sampai akhir juni. Lewat itu, pasti mereka bankrut bareng bareng. Maklum umumnya mereka tidak punya tabungan besar untuk bertahan.

“ Nah, kalau arus kas terganggu, supplya chain juga terhenti, dampaknya akan berujung kepada sektor perbankan. Ini bisa berdampak sistemik." Katanya. " Saya engga yakin dana Rp. 150 triliun cukup untuk stimulus perbankan dan relaksasi kredit dunia usaha. Untuk membuka kembali dunia usaha agar bisa bergerak seperti semula butuh waktu paling cepat setahun. Selama itu perkiraan saya paling banyak yang bisa bangkit hanya 60%. Sisanya masuk daftar orang miskin baru.” Sambungnya.

" Kamu harus berpikir positip dong ? Kata saya.

“  Saya tidak berpikir negatif. Ini soal pilihan bagi pemerintah. Pikirkan resiko politik, sosial dan ekonomi soal kapan berakhir total PSBB. Semakin lama mengakiri PSBB, tidak menjamin semua orang aman dari corona, namun korban ekonomi orang perorang pasti terjadi, setidaknya angka perceraian dan PHK akan meningkat tajam dan tentu sangat rentan chaos. Jokowi harus berani membuat keputusan. Apakah ingin memenangkan peperangan ataukah pertempuran. Yang jelas, bagi pihak oposisi apapun pilihan  jokowi pasti salah. Karena sama seperti dimakan roti, mati ayah. Engga dimakan, mati ibu. Tetapi apakah ayah atau ibu yang mati, keputusan harus diambil." Kata teman saya.

" Sejak Mei ini kita sudah mulai berproses mengakhiri PSBB. Itu terbukti dengan adanya pelonggaran PSBB dan himbauan berdamai dengan Corona. Mungkin akan lebih cepat penutupan PSBB dari yang sudah direncanakan. Kita akan baik baik saja. Apapun itu keputusan. Yakinlah."

No comments: