Monday, May 11, 2020

Visi Bisnis Jokowi...


Tahun lalu saya berangkat ke Lampung untuk nengok ibu saya. Istri saya sempat berdecak kagum dengan adanya jalan Toll dari Bakauheni ke Bandar Lampung. Sebelumnya dia udah duluan kagun dengan indahnya Pelabuhan Bakauheni dan Merak. Tapi kemudian, dia bertanya “ Emang untung pa? Katanya. Karena dia perhatikan, baik pelabuhan maupun jalan toll sepi, Tidak banyak yang melintasi. Dia mungkin membandingkan dengan jalan Toll di Jawa. “ Kasihan aja, dengan BUMN yang ditugasi membangun jalan Toll ini. Kapan untungnya? kapan balik modalnya? “ kata putra saya.

Pendapat putra saya, mungkin mewakili semua orang , termasuk pakar ekonomi terhadap kebijakan Jokowi membangun infrastruktur. Tetapi bagi saya, itu justru kecerdasan Jokowi dalam membangun dengan keterbatasan anggaran ( APBN). 

" Lantas gimana solusinya terhadap BUMN kontruksi yang berdarah darah dan mengalami tekanan likuiditas akibat hutang melambung? Kata teman saya waktu kami bertemu di pesawat.

" Kalau engga salah, Investor dari China ( hong kong) sudah membeli saham Waskita dalam rangka program divestasi pada anak perusahaan yang mengelola Toll. Kalau memang deal terjadi, Wakista untung gede. Dengan demikian, likuiditas Waskita sudah mulai longgar sehingga bisa melanjutkan program pembangunan lainnya. Memang beberapa BUMN China tahun tahun depan sudah mulai akan masuk melakukan restruktur terhadap permodalan BUMN yang berdarah darah itu akibat pembangun jalan Tol di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan. Mungkin skemanya akuisisi saham pada anak perusahaan. Jadi by project, tidak kepada induk perusahaan."

"  Loh kok China lagi?

" Sebetulnya komitmen China itu sudah ada pada tahun 2015, dan sudah ditanda tangani oleh pemerintah di Beijing."

" Tetapi mengapa baru sekarang ?

" Masalah investasi China di Indonesia itu sangat politis. Engga mudah. Apalagi dalam skala besar. Makanya engga mudah terealisir. Namun kan program pembangunan tidak bisa berhenti. Artinya pemerintah Indonesia talangan lebih dulu pembangunan itu, setelah selesai, diharapkan kondisi politik jadi konduktif, China bisa masuk lewat skema B2B. Ini untuk memastikan masuknya CHina sama dengan negara lain, yaitu dalam kuridor UU PMA. TIdak ada politik. Dari skema ini BUMN dapat capital gain dan sebelumnya sudah dapat kerjaan membangun insfrastruktur. Dapat untung dari jasa kontruksi."

" Mengapa China mau saja berinvestasi di infrastruktur di Sumatera, Sulawesi , Kalimantan? 

" Kalau anda lihat peta dunia, anda akan lihat bahwa indonesia itu berada di jalur logistik perdagangan dunia. China butuh jalur alternatif selain selat malaka yang sudah terlanjur dikuasai AS. Kalau jalur alternatif itu tidak ada, ekonomi China terancam atas hegemoni AS di laut China selatan. Mengingat 90 % jalur logistik China melalui selat malaka. Nah jalur pelayaran alternatif itu melintasi Sumatera (sabang, lampung), selat lombok, Kalimantan dan Sulawesi utara. Di wilayah inilah Jokowi akan bangun pusat industri, sebagai kota pelabuhan berkelas dunia."

" Dari mana duitnya? 

"Ya dari China!."

" Utang?

" Itu aksi korporat antara BUMN China dan BUMN Indonesia. Apapun skemanya pasti harus ikuti UU. Biasa saja. "

" Smart ya. Sehingga upaya Jokowi membuat keseimbangan Jawa dan luar Jawa atau indonesia centris dapat terealisir dengan cepat, yang sebelumnya selalu gagal, karena hegemoni AS terlalu kuat di Indonesia." Kata teman saya. Saya hanya tersenyum.

" hmm." teman itu mengangguk. " Dengan Indonesia keluar dari cengkraman AS dan melakukan ikatan bisnis dengan China, sebetulnya Indonesia dapat duit mudah untuk memakmurkan negaranya, juga dapat pengawal yang jago menghadapi AS. Semakin kencang anti China di Indonesia, semakin cepat duit digelontorkan China."

" Tetapi itu semua hanya bisnis dan Jokowi hanya melaksanakan amanah UU. Itu aja. " Kata saya.

" Ya memang Jokowi smart dan sabar membuat mitranya jatuh cinta dan mau berkorban apa saja." 

Saya hanya tersenyum.

No comments: