Friday, May 1, 2020

Musuh kita , diri kita..


Aku tidak bertemu dia mungkin sekitar 10 tahun. Aku mengenalnya tahun 93. Ketika itu usiaku 30 tahun dan dia 21 tahun. Perkenalanku dengannya bukan luar biasa. Biasa saja. Dia bekerja sebagai kasir di Bank Swasta dan aku nasabah bank itu. Mungkin karena aku sering ke bank dan bertemu, jadi saling kenal. Kadang aku candain. Dia senang. Apalagi ketika kali pertama aku tawarkan makan siang di Jakarta Theater, restoran Libanon. Dia senang sekali. Mungkin aneh saja. Ada orang Tionghoa suka makanan Arab. “ Aku bukan China ! Katanya setengah merengut. Aku tertawa. Tetapi itu serius sekali baginya “ Aku orang Bangka. Catat itu.” Katanya lagi. 

Dia memang cerdas. Mengapa aku bilang cerdas?. Sore hari, pulang kantor teman temannya  sibuk pacaran dan bersantai, dia malah ambil kuliah malam di Universitas swasta. Tahun 1996 dia sudah jadi Sarjana Ekonomi. Setelah itu aku tahu karirnya semakin baik di bank. 

Kerusuhan Mei 1998 di Ibu Kota meletus, di mana nyawa-nyawa dan rumah, gedung terbakar, asap  membubung bagai gelembung- gelembung busa sabun: pecah di udara, lalu tiada. Diantara korban kerusahan itu, termasuk keluarganya. " Mereka para perusuh itu sangat hebat. Hebat menghabisi keluargaku secara mental. Mamaku diperkosa di hadapan papaku. Keduanya hancur secara mental. Setelah itu rumahku dibakar. Papaku kena stroke dan akhirnya meninggal. Hanya setahun setelah itu, mama juga meninggal. “ Katanya dengan airmata berlinang. Untunglah ketika kerusuhan itu dia sedang tugas audit di kantong cabang  di luar kota.  

Tahun 2001 dia pindah ke Hong Kong. “ aku dapat kerjaan disana. Jadi TKI juga engga buruk, setidaknya aku bisa melupakan truma di Indonesia. “ Katanya dengan wajah sendu. Aku tahu dia sangat sedih harus berpisah dengan teman temannya di Jakarta. Tapi tahun 2003 dia dipindahkan kantornya  ke Shanghai sebagai analis investasi di bank asal Inggris. Aku bertemu kembali dengan dia tahun 2009 dalam satu seminar. Pertemuan kami secara tidak sengaja dalam satu seminar investasi paska tumbangnya wallstreet. Dari situlah aku tahu cerita perjalanan karirnya selama jadi TKI. Dia sudah punya kartu PR di Hong Kong. 
Kemarin, usai meeting di Bank, di lobi gedung di Jakarta, jalan Sudirman. Aku  bertemu lagi dengan dia. Aku ingat terakhir kami bertemu tahun 2010. Saat itu dia sudah pindah ke Singapore. Kini karirnya semakin bagus. Itu saya tahu dari kartu namanya.  

“ Gimana kalau aku traktir makan siang. “ Katanya. 

“ Dimana ?

“ Di Hotelku aja. Di sana aman. Aman dari corona. “ Katanya tersenyum. 

“ Tapi amankah dari nona? 

“ Ih koh, gua udah tuek. Tenang aja.  “

“ Tetapi kan tetap nona.”

“ Udah ah…jalan aja. “ Katanya narik lenganku agar kami segera keluar dari gedung itu. Sekarang aku perhatikan dia sangat dewasa namun sikapnya yang ceria tidak hilang. “ Gimana pendapat kamu tentang ekonomi China setelah perang dagang dengan AS dan terakhir adanya wabah virus corona. “ Katanya setelah kami berada di restoran. Dia tetap cantik walau usianya diatas 40 tahun.

“ Kamu lebih paham dari saya. Kamu kan banker.” Kataku.

“ Gua  ingin tahu dari praktisi seperti kamu. Pendapat pengamat kadang terlalu jauh jangkauannya dan semua karena asumsi , bukan realita.” 

“ Realita itu apa, asumsi itu apa ?

“ Realitas menimbulkan tanda tanya, dan asumsi menimbulkan kebingungan. Cobalah sampaikan secara praktis. Nanti gua akan pahami secara teori. “

“ Oh gini. Yang Gua tahu…”

“ Nah gua  suka ini..”

“ Apa?

“ Maksud gua, gua suka kalau kamu sudah bicara yang gua tahu..”

“ Ok. “ Kataku tersenyum. “ China tumbuh karena industri dan property. Itu dipicu oleh industri terlebih dahulu. Industri tumbuh karena arus investasi asing. Dari industri lahirlah bisnis property yang sangat tinggi pertumbuhannya sebagai akibat tumbuh berkembangnya bisnis perdagangan dan jasa. Semua tahu, pada awalnya 90% industri di China adalah PMA. Asing masuk karena mengharapkan dukungan supply chain dan upah yang murah serta pajak rendah. Dari itu barang china membanjiri pasar  dunia dengan harga murah mengalahkan pesaingnya. “

“ Ya karena itu terjadi surplus perdagangan China selama beberapa dekade. Tahun 2007 surplus neraca berjalan China mencapai 10,12 % dari PDB, tapi tahun lalu hanya mencapai 1,26% dari PDB. Inikan bahaya.” katanya menimpali.

“ Bahaya memang.”

“ Itu taktik perang dagang AS agar China lemah dan takluk kepada AS. 

“ Kalau kenaikan tarif pasar AS terhadap produk China sebagai taktik, itu jelas kontraproduktif. Dampaknya kurs Yuan melemah dan tetap saja China tidak bisa dikalahkan. Tarif itu tidak berdampak apapun dibadingkan denngan turunnya nilai Yuan yang membuat barang china tetap lebih murah. Sementara barang impor semakin mahal.”

“ Terus gimana dengan nasip Perusahaan asing yang ada di China. Kalau permintaan ekspor menurun akibat virus corona ? 

“ Inilah apa yang paling ditakuti oleh AS dan tadinya tidak pernah terbayangkan? kataku.

“ Apa ? Dia mengerutkan kening.

“ Kamu lebih tahulah. Bukan rahasia umum bila sebagian besar perusahaan asing yang ada di China itu berinvestasi dengan modal dari pinjaman. Mereka menerbitkan obligasi dan menjualnya di bursa Eropa dan AS. Uang mengalir masuk ke China dalam bentuk FDI. Akibat adanya virus corona , tiga bulan China shutdown ekonominya, terjadi pengurangan produksi secara significant. Setelah China bisa melepaskan lockdown kotanya, penyebaran virus juga melanda negara lain yang merupakan pasar utama China. Artinya sisi permintaan akan ekspor China semakin turun. China mengalami defisit perdagangan US $ 7,1 miliar pada periode Januari-Februari, yang pertama sejak 2012. Ini sangat serius.

Pada waktu bersamaan , bulan desember dan januari adalah tanggal jatuh tempo utang perusahaan. Tercatat utang PMA dan perusahaan yang terafiliasi dengan PMA mencapai USD 2,03 triliun. Upaya daur ulang utang tidak mudah. Pasar obligasi kekurangan likuiditas akibat adanya wabah corona. Volume obligasi dolar AS berkatagori high risk dan high yield  di Cina nilainya menyusut menjadi US $ 2,87 miliar pada Februari dari US $ 9,16 miliar pada Januari. Ini juga sebagai dampak dari penandatanganan perjanjian perdagangan fase satu AS-China. Sehingga menyulitkan PMA yang ada di China untuk mengumpulkan uang membayar utangnya. Apalagi karena itu bila Yuan terus dalam tekanan. Akan semakin banyak Yuan untuk membeli dollar agar utang bisa dibayar. 

Sementara China juga melakukan pengetatan arus uang keluar. Pengetatan terkesan sadis. Hasilnya memang sangat membantu melindungi cadangan devisa US $ 3,1 triliun, yang terbesar di dunia. Tetapi perusahaan asing dan yang terafiliasi di China semakin kekurangan darah. Sementara asset yang ada tidak bisa dijual cepat. Benar benar stuck bila tidak ada penyelamatan. “ Kataku

“Wah benar benar mengerikan. “ katanya melongok.

“Nah, pada waktu bersamaan BUMN China menarik dana mereka yang ada di luar negeri untuk menggantikan kekurangan likuiditas dalam negeri. Tetapi itu bukan memberikan pinjaman kepada asing dan menyelamatkan mereka dari gagal bayar. China memberikan pinjaman kepada perusahaan lokal untuk akuisisi perusahaan asing itu. Inilah yang mengkawatirkan AS, dan tak pernah terbayangkan sebelumnya.”Kataku.

“ Itu sebabnya minggu lalu mendadak the fed umumkan pemangkasan suku bunga. Pemangkasan terbesar sejak tahun 2008. ini tentu akan mendorong membanjirnya uang di pasar agar perusahaannya  dan sekutunya di China tidak bangkrut atau tidak terjebak dalam hostile take over oleh perusahaan lokal. Apalagi China sudah berhasil mengatasi dampak virus corona dan mulai berproduksi.  Dan Yuan relatif tangguh tahun ini, diperdagangkan dalam kisaran sempit antara 6,90 dan 7,00 per dolar.” Katanya.

“ Tapi tidak ada yang bisa memastikan kapan wabah virus corona ini akan berakhir. Negara lain tidak sehebat China yang bisa menggerakan semua institusinya untuk memerangi virus corona. Negara lain terjebak dengan sistem demokrasi dan HAM.  Kalau sampai akhir tahun masalah wabah corona ini tidak teratasi, dan pasar semakin menyempit, ekonomi dunia akan masuk krisis struktural. Pada saat itu, arus likuiditas tidak lagi menolong. Walau suku bunga serendah apapun. Karena untuk apa produksi kalau tidak cukup pembeli. Tentu saat itu, proses akuisisi dan take over PMA oleh perusahaan lokal China akan berlangsung tampa hambatan, bahkan mereka bisa membeli dengan harga murah. Nasionalisasi asset terjadi by market design” Kataku tersenyum.

“ Tetapi China akan kehilangan pasar juga’

“ Pasar domestik China, raksasa yang tidur. Saat sekarang pasar dometik baru mencapai 30%, Itu akan cepat sekali meningkat dengan kebijakan kenaikan upah dan pengurangan pajak penghasilan. Pabrik di China tetap akan dapat pasar, walau pasar ekspor melemah.”  kataku berargumen.

“ Jadi apa solusinya bagi ekonomi dunia kedepan?

“ Jangan panik. Hadapi kasus wabah corona ini dengan bijak dan jangan kawatir berlebihan. Kamu kan tahu. Dunia mengalami wabah bukan hanya kali ini. Tahun 2001 dunia pernah kena wabah Anthrax. Tahun 2002, datang lagi  West Nile Virus. Tahun 2003, muncul wabah SARS. Tahun 2005 datang wabah flu Burung. Tahun 2006 datang wabah virus lain yaitu Ecoli. Tahun 2009, ada swine flu. Tahun 2014, Ebola muncul lagi. 2016 ada zika virus. Tahun 2018 muncul Nipah Virus. Itu semua wabah. Apakah dunia hancur? kan engga. Sampai hari ini kita baik baik saja.” Kataku.

“ Ya aku ingat. Waktu terjadi krisis 2008, semua orang membayangkan dunia akan menghadapi super krisis, tetapi sampai kini baik baik saja. Too big to be fall, kata Henry Paulson. Bahkan Tahun 2012 dunia dihebohkan oleh kalender Maya bahwa dunia akan kiamat. Ternyata kita baik baik saja. Belum lagi ancaman perang nuklir yang dipicu oleh korea utara pada tahun 2013, ternyata kita baik baik saja. Juga ancaman ISIS yang katanya akan membunuh orang di seluruh dunia, nyatanya kita baik baik saja. Tapi mengapa wabah corona begitu menghebohkan dunia dan berdampak luas? Katanya mengerutkan kening.

“ Itu berkat adanya tekhnologi 3G, dan 4G yang memungkinkan akses data dengan cepat lewat telpon genggam. Data berupa gambar dan video tersebarkan dengan cepat lewat sosial media. Virus Corona memang bahaya, tetapi jauh lebih bahaya adalah virus hoax. Ini menyerang saraf orang, dan membuat orang jadi mudah paranoid dan sakit jiwa. Orang panik akibat hoax itu. Terjadi aksi memborong barang kebutuhan pokok dan aksi jual di Bursa. Kebutuhan pokok harganya naik dan harga saham berjatuhan termasuk mata uang juga tergerus. “kataku.

“ Oh jadi, pasukan cyber dan media proxy AS yang bertugas created hoax dan bad news soal corona dengan maksud bisa menciptakan ketidak stabilan politik di China dan presidennya jatuh, justru kini berbalik menyerang AS dan sekutunya sendiri. China nothing to lose. “ Katanya.

“ Ya. China nothing to lose. Apapun yang buruk terjadi , China tetap di pihak yang menang.” kataku tersenyum. “ Masalahnya China inginkan yang terbaik bagi semua. Sudahilah niat menyerang dan mari duduk bersama dalam semangat berbagi diatas perbedaan.” Sambungku

Dia tersenyum. Kami menikmati makan siang itu seraya menatap keluar lewat kaca jendela lebar. Nampak orang  berjalan dengan tanpa kawatir “ Mengapa mereka tidak kawatir? Katanya.
“ Rakyat Indonesia itu  cerdas. Kita tahu mana hoax dan mana akal sehat”
“ Dan itu karena Jokowi orang hebat. Yang bisa menginspirasi orang banyak untuk tidak kawatir berlebihan. Walau oposisi terus berteriak negatif terhadap sikap Jokowi dalam menghadapi kasus corona, tetapi mayoritas rakyat lebih percaya dengan apa kata Jokowi. Luar biasa. Tanpa sistem komunis, Indonesia jauh lebih hebat dalam mengendalikan emosi orang untuk tetap kuat dan terus bekerja seperti biasa. “ 
“ ya kita terlatih berperang dengan diri kita sendiri daripada berperang dengan di luar diri kita. Kalaupun ada sebagian kecil yang rentan dan baper, itu hanya kadrun. Engga ngaruh apapun terhadap stabilitas politik nasional.” kataku.

“ Ya Indonesia akan baik baik saja. Aku ingat waktu peristiwa mei 1998, rasanya seluruh dunia ditimpakan kepada diriku. Rasanya detak jarum jam berhenti ketika meliat papa dan mama begitu rapuhnya. Apalah aku anak semata mayang yang minoritas di negeri ini. Tetapi untunglah ada kamu sebagai sahabatku. Aku bisa bangkit. Benar, musuh kita bukan di luar kita tapi diri kita sendiri. Apapun yang terjadi, itu bukanlah antara kita dengan orang lain tetapi antara kita dengan Tuhan agar kita semakin kuat. Rasa takut dan kawatir berlebihan itulah yang membunuh kita, bukan virus atau apalah..” Katanya tersenyum.

Kami mengakhiri makan siang itu dengan janji akan kembali bertemu lain waktu. Setidaknya dalam usia menua, dia mendapatkan hikmah dari hidupnya yang pernah merasakan beban tak tertanggungkan pahitnya. Namun  dia bisa melewati itu dengan tegar, dan dia jadi pemenang tanpa dendam. Badannya tetap sehat dan tetap cantik, penuh semangat.***

No comments: