“ Uda, sebaiknya rencana mendirikan pabrik sandal jepit itu batal aja. Tanah pabrik itu dijual, bangun property. Untungnya jauh lebih besar daripada pabrik sendal” Kata direksi saya 12 tahun lalu. Saya diam aja. Saya ogah ladenin. Mengapa ? karena mindset dia profit oriented. Dan itu tugas dia mendatangkan laba maksimal bagi perusahaan. Namun tugas saya bukan hanya menciptakan laba tapi meningkat value perusahaan untuk kemanusiaan dan lingkungan yang lebih baik. Teringat awal ketika mendirikan pabrik sendal. Pabrik itu tadinya pabrik ban sepeda. Saya ambil dari BPPN dan baru dialih fungsikan jadi pabrik sendal tahun 2005.
Saya buat skema pendirian pabrik sendal itu. Sangat detail. Berkali kali saya minta Yuni memahami skema itu. Saya juga memberikan business network yang terhubung dengan pendirian pabrik itu. Akhirnya dia pahami dengan baik. Setahun kemudian, pabrik bisa berdiri tanpa perusahaan keluar uang sama sekali.
Caranya ?
Direksi saya bisa yakinkan supply chain karet sintetis dan karet alam menyuplai bahan baku dengan skema kerjasama. Dia juga menarik outsourcing pekerja yang dibayar berdasarkan output produksi. Outsourcing ini dalam bentuk koperasi pekerja. Harga jual produksi dibawah 20% dari harga impor. Akibatnya distributor besar datang mau borong. Yuni tetapkan SOP yang ketat. Bahwa kami tidak deal dengan distributor besar kecuali pedagang UKM. Mengapa ? Kami menghindari kartel haga di pasar retail.
Perhatikan apa yang terjadi kemudian dari skema tersebut? Pendapatan buruh diatas UMR, produktifitas meningkat. Bahkan yang buat mesin dari China , sampai bingung. Karena dia engga ngerti bagaimana mesin moulding nya bisa menghasilkan produksi sendal diatas standar yang ada. Padahal di China paling tinggi hanya 70% dari kapasitas mesin. Saya terima tunai penjualan tiga bulan sebelum delivery. Para UKM itu kirim uang lebih dulu. Mengapa mereka mau.? karena peminat banyak sekali, jadi saya tentukan aturan penjualan. Cash flow saya aman. Karena beli bahan baku dengan cara kemitraan,maka suplier ikut mengawasi efisiensi pabrik dan produksi. Hasinya tingkat pemborosan bahan baku dapat ditekan. Bahkan lebih tinggi efisiensi dibandingkan pabrik sejenis di China.
Pabrik itu sehari hari dikelola melibatkan koperasi pekerja, suplier bahan baku, dan para buyer yang standby di pabrik ikut mengawasi produksi dan delivery. Kami hanya menempatkan satu orang GM yang bertugas mengawasi SOP produki agar Planning Production Control berjalan efektif. Pabrik terus tumbuh seiring waktu, namun kemakmuran bagi stake holder juga terjadi. Semua saling menjaga untuk kepentingan bersama. Setiap masalah mereka sendiri cari solusi. Contoh pihak penyedia mesin ikut syarat pembayaran sesuai kapasitas produki. Apabila ada penambahan karyawan baru, karyawan lama ikut menjadi pelatih agar pekerja baru dapat meningkatkan produksi. Selama pelatihan kekurangan gaji pekerja baru dibayar dari sokongan penerimaan upah pekerja lama. Suplier bahan baku, terus mencari solusi agar bahan baku semakin efisien agar peningkatan kapasitas produksi dapat terus didukung.
MInggu lalu saya ketemu Uni, direksi saya, “ ternyata konsep People, Planet, Profit “ yang uda sampaikan sepuluh tahun lalu efektif sekali membuat perusahaan berkembang berkelanjutan. Intinya perhatikan manusia maka lingkungan terjaga dengan baik dan laba akan datang dengan sendirinya. Kita engga pusing dengan biaya tetap. Karena semua biaya variable yang terhubung dengan produksi. Secara persentase laba kecil tapi secara volume WOW! Jadi laba itu bukan ukuran dari deretan angka tapi nilai perusahaan mengaktualkan kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari hari…"
Saya hanya tersenyum
" Saya memperhatikan kenapa kulit kamu putih seperti kolam susu. Aneh baru sekarang saya perhatikan terrnyata kamu memang putih. "
" Ih minum belon maboknya udah duluan" katanya tersenyum
Saya hanya tersenyum
" Saya memperhatikan kenapa kulit kamu putih seperti kolam susu. Aneh baru sekarang saya perhatikan terrnyata kamu memang putih. "
" Ih minum belon maboknya udah duluan" katanya tersenyum
No comments:
Post a Comment