Friday, May 1, 2020

Deal business di balik lahirnya negara Israel



Senja datang. Setelah sekian waktu menanti. Akhirnya dia datang juga. Dari jauh nampak dia melangkah tegap. Ciri khasnya. Melangkah tegas namun ringan. Baju putih lengan panjang yang gulung setengah lengan. Dasi longgar. Memang dia keliatan lelah. Mungkin seharian meeting dengan tamu tamunya. Di cafe di jantung Dubai, kami akhirnya bertemu kembali setelah setahun tidak saling komunikasi. Aku tahu dia tidak akan melupakanku karena bagiku dia selalu di hatiku. Tautan batin kami terus ada. Aku yakin itu. 

“ Maaf terlambat, sis. “ Katanya duduk di korsi menghadapku. 
“ Engga apa apa. Aku tahu kamu sibuk. Sampai kapan bisnis trip di Dubai ?
“ Rencana lusa pulang ke Hong kong.”
“ Terlalu cepat.”
“ Tentu cepat dibadingkan dengan kamu yang menetap disini. Gimana kerjaan kamu?
“ Biasa saja. “
“ Saya senang dengar kamu dapat kerjaan di Dubai. Apalagi jadi analis investasi dan geostrategis. “
“ Ya walau harus meninggalkan jabatan diplomatik. “
“ Sudah harusnya kamu berpikir soal uang, engga melulu karir. Dengan posisi kamu sekarang setidaknya ilmu dan pengalaman mu sebagai diplomat diharagai pantas. Terus kapan nikah lagi ?
“ Engga kepikiran mau nikah lagi. Usia kepala Empat dan putra yang sedang menanjak remaja, sulit untuk melihat kelain tempat. Focus kerja dan besarkan anak. Itu lebih baik.” 
“ Saya dukung.”

Makan malam terhidang. Aku sempat tersenyum melihat menu itu. Membayangkan dulu waktu masih bertugas sebagai diplomat, menu seperti ini makanan sehari hariku bersama relasiku. Tetapi sekarang tentu suatu kemewahan. Untuk dia, sahabatku, ini menu biasa. Dia pebisnis kelas atas, dan punya koneksi banyak dengan pengusaha Arab dan Barat.

“ Kalau melihat Dubai, kita seakan lupa tentang konplik Timur Tengah. Mungkin sebagian orang awam bertanya tanya, ada apa dengan Timur Tengah? Mengapa mayoritas umat islam di Timur Tengah tidak bisa melawan Israel ? Mengapa mereka membiarkan Israel berbuat sesukanya terhadap penduduk Palestina di Gaza ? Apakah tidak ada secuilpun empathi dari Penduduk Arab yang kaya raya untuk berbuat sesuatu bagi Rakyat Palestina. Apalagi mereka bertetangga. Bukankah rasul mengajarkan kepada umat islam untuk saling tolong menolong dengan tetangga. Dan lagi bagi islam, semua yang  seiman adalah bersaudara.  

Mengapa Eropa dan AS yang katanya cinta perdamaian diatas nilai nilai demokrasi justru tidak berbuat apapun untuk menahan nafsu Israel menindas Rakyat palestina. Bukankah mereka begitu bersemangat membela pro demokrasi di Syria. Bahkan mengecam rezim Syria yang kejam kepada rakyatnya sendiri. Tapi mengapa tidak melakukan hal yang sama kepada Israel yang menindas rakyat bangsa lain ? Mengapa Arab Saudi, Qatar tidak melakukan hal yang sama kepada Palestina seperti mereka mendukung pejuang pro demokrasi di syria. Dan ketika terdengar Iran mendukung Hamas, semua Negara Barat, AS termasuk Arab mengecam Iran. Mengapa ? “ katanya. Aku tahu dia ingin mengajak diskusi soal geopolitik. Inilah yang membuat aku suka bersahabat dengan dia. Karena dia suka hal hal diluar dirinya. 

“ Pertanyaan kamu terlalu banyak namun saling terkait. Untuk menjawabnya ada baiknya kita melihat kebelakang soal sejarah terbentuknya Negara Negara yang ada di TImur Tengah sekarang khususnya Arab. “

“ Wah menarik. Bisa ceritakan. Saya siap menyimak.”

“ Sebelum Negara Eropa masuk ke Timur Tengah, wilayah ini di bawah daulat Khilafah Turki Ustmani atau kerajaan Ottoman. Pada tahun 1517 Syria dan Mesir diduduki Oleh Dinasti Ottoman. Dan setelah itu operasi penaklukan terus berlangsung sampai menduduki Iraq dan bagian-bagian wilayah Arabia. Ketika masuk abad 19 kekuasaan Ottoman sudah mulai melemah karena wabah korupsi. Pada waktu bersamaan semakin banyaknya Negara taklukan untuk melepaskan diri dari Ottoman. Puncaknya adalah ketika Perang Dunia Pertama di mana Ottoman terpaksa harus menjalin aliansi dengan Jerman untuk berhadapan dengan Inggris dan Perancis.  “

“ Kenapa harus menjalin aliansi dengan Jerman? bukankah semua penduduk Timur Tengah beragama Islam. Mengapa harus aliansi dengan non islam?

“ Benar. Memang sebelumnya Ottoman lebih banyak dibantu oleh penduduk local dengan semangat islam. Namun dalam perang Dunia Pertama ini , Thomas Edward Lawrance, perwira intelijen Inggris berhasil meloby suku-suku arab untuk berada di pihak Inggris. “

“ Gimana caranya inggris bisa merusak persatuan Islam di kalangan Arab dan akhirnya berpihak kepada mereka? 

“ Ya inggris memanfaatkan seorang ulama radikal bernama Muhammad bin Abdul-Wahhab. Dia mengusung paham pemurnian islam. Mengelimanasi semua mahzab dalam islam. Narasinya mendapatkan dukungan dari Inggris dan Perancis. Walau pernah diredam oleh perwakilan dinasti Ottoman di Mesir dan sempat tumbang namun belakang bangkit lagi dengan lebih militan.”

“ Valid itu sejarahnya ?

“ Korespondensi Pemimpin Mekkah Hussein bin Ali dengan Komisioner Tinggi Inggris di Mesir, Sir Henry McMahon pada tahun 1914-1915 adalah satu bukti bahwa bangsa Arab di balik persekutuan mengalahkan pasukan Ottoman dalam perang dengan Inggris dan Perancis. Tujuan mereka adalah mendirikan negara sendiri tanpa di bawah koloni Ottoman

“ Jadi suku Arab malah bersekutu dengan orang kafir asalkan dapat tahta dan mahkota daripada bersatu untuk membela khilafah Ottoman. “

“ Ya. Terbukti memang Ottoman mengalami kekalahan dimana mana menghadapi Inggris dan Perancis. Kepala suku Arab menagih janji kemerdekaan dari inggris. Tetapi Inggris dan Perancis tidak ingin menjadikan negara Arab dalam satu negara. “

“ Mengapa ? 


“ Arab yang bersatu sudah cukup ditangan Ottoman. Itu masa lalu. Arab masa depan harus dipecah pecah agar mereka lemah dan tetap tergantung dengan Barat. Ini terungkap dalam perjanjian antara Inggris dan Perancis yang dikenal dengan perjanjian Sykes-Picot 1917.” 

Pembicaraan terhenti. Kami meneruskan menikmati makan malam. Lantunan suara musik dengan iringan lagu jazz terasa romantis sekali. Tapi aku lirik dia nampak biasa saja. Makan dengan tenang tanpa ada gairah berlebih.

“ Terus gimana dengan kelahiran Israel di Tanah Palestina? Katanya.

“ Israel itu lahir dari adanya gerakan Zeonisme. 

“ Kamu kan tahu, zionis itu adalah sebuah gerakan yang dibuat oleh pentolan Yahudi diabad ke-19.  Tujuannya untuk menguasai dunia.” 

“ Ini tidak sepenuhnya benar. Apalagi kalau dibilang Inti gerakan ini adalah membuat negara di Palestina yang dianggap sebagai kampung halaman kuno umat Yahudi, jelas tidak ada argumentasi nya. Dan anehnya, sampai pada kesimpulan bahwa gerakan ini menyebabkan munculnya konspirasi-konspirasi besar seperti menguasai dunia. Teori-teori konspirasi ini berkembang dengan sangat pesat di Eropa, Afrika, hingga Asia. Semua orang menganggap jika Zionis Yahudi ingin mengatur dunia. Alasan inilah yang menyebabkan banyak Yahudi dibantai di masa lalu.

Kalau kita mau jujur dan teliti membaca sejarah maka Zeonisme itu tidak seseram yang ada pada teori konspirasi. Zeonisme merupakan propaganda kaum Yahudi untuk mendapatkan wilayah agar mereka bisa membangun identitasnya sebagai bangsa, sehingga tidak lagi terasimilasi dari bangsa lain dan tidak mengalami diskriminasi. 

Karena sebelumnya mereka diaspora di berbagai negara di dunia ini sejak mereka terusir dari tanah asalnya. Pada 1799 ada wacana dari para penguasa di Eropa untuk merelokasi etnis Yahudi. Tujuannya tentu memindahkan masalah sosial di Eropa ke suatu tempat. Theodore Herzl yang dikenal sebagai bapak Zeonis, mengusulkan relokasi ke Uganda atau Argentina. Tetapi inggeris engga ada uang untuk mengirim mereka ke Uganda atau Argentina. Makanya rencana itu gagal. Kemudian datanglah ide Haim Weizmann , seorang Yahudi Rusia, mengusulkan wilayah Palestina untuk relokasi Yahudi. “

“ Mengapa ke Palestina ? 

“ itu hanya alasan sederhana bahwa daerah itu tidak ada potensi ekonominya dan familiar dengan orang Yahudi. Ide ini disampaikan kepada Inggeris sebagai pemilik koloni. Lagi lagi inggeris menolak untuk keluar anggaran atas biaya relokasi etnis Yahudi itu. Weizmann mendatangi Baron Rothschild. Dia tawarkan bisnis tanah untuk membangun kota baru di palestina. Sebagai kampiun bisnis Rothschild berpikir “ Aha..ini ide bagus. Ane bisa buat brosur marketing. Dijual tanah yang dijanjikan Tuhan untuk bangsa Yahudi, yaitu Palestina.” Pasti akan laku keras. Ini tambang uang. Karena orang Yahudi yang kaya raya pasti mau keluar uang untuk keyakinannya. “

“ Semakin menarik ceritanya. Terus…”

“ Kemudian Weizmann dan Rothschild mendatangi Pemerintah inggris dan mengusulkan membeli wilayah Palestina untuk dibangun kota baru bagi etnis Yahudi, dan soal anggaran, Bos Rothschild yang tanggung.  Kebetulan Inggris sedang bokek sehabis perang dunia pertama. Proposal ini diterima dengan senang hati oleh Inggris. Solusi masalah Yahudi ditemukan tanpa keluar anggaran relokasi, bahkan dapat uang dari penjulan Tanah.”

“ Smart idea. Terus”

“ Pada 2 November 1917 ditanda tangani "Deklarasi Balfour". Inggeris memberikan hak akan tanah Pelestina kepada Yahudi dengan satu syarat bahwa Yahudi tidak boleh menggangu kehidupan beragama non Yahudi, tidak boleh mendirikan negara. Kemudian dalam Deklarasi Balfour dimasukkan ke dalam Perjanjian Damai Sevres pada 10 Agustus 1920 antara Ottoman Turki dan sekutu. Inti dari perjanjian ini adalah pembagian wilayah milik Dinasti Ottoman, termasuk pemukiman Yahudi di Palestina. Setelah resmi tanah dikuasai oleh Rothschild, maka tugas Haim Weizmann untuk menggerakan pemasaran. Tentu dengan pemanis “ ditawarkan tanah yang dijanjikan Tuhan”. Karena Weizmann adalah Yahudi Rusia, pembeli lahan itu pada awalnya adalah 70% etnis Yahudi berasal dari Rusia. 

Lambat laun di atas lahan itu berdiri pemukiman dan komunitas yang banyak. Animo orang yahudi yang diaspora di berbagai negara ingin pulang ke “ tanah yang dijanjikan" dari waktu ke waktu semakin besar. Karenanya Yahudi berpikir untuk mendirikan wilayah khusus yang tidak dicampuri aturan negara lain. Apalagi inggris mengeluarkan kebijakan pembatasan imigrasi Yahudi ke Palestina yang dituangkan dalam White Paper 1939, ini membuat Organisasi Zionis berang. 

Akibatnya, para pemimpin Zionis berkumpul di New York pada 1942 tepatnya di Hotel Biltmore. Saat itulah secara resmi para pemimpin Zionis menetapkan Palestina sebagai wilayah Persemakmuran Yahudi. Selain itu para pemimpin Yahudi menganggap Inggris sebagai musuh yang harus diperangi. Kelompok bersenjata Yahudi melakukan aksi teroris kepada Inggris.

Sementara itu aksi kekerasan terus terjadi di Palestina antara Etnis Yahudi dengan penduduk Palestina. Karena itu AS punya kesempatan masuk ke dalam konplik itu dengan membentuk Komite Investigasi Anglo-Amerika pada 1946. Hebatnya Komite ini justru memberikan rekomendasi menambah 100.000 populasi Yahudi di Palestina dengan relokasi 100.000 Yahudi di Eropa ke Palestina. Rekomendasi ini keliatan arif dan murni alasan kemanusiaan untuk menampung pengungsi Yahudi di Eropa paska perang dunia. Namun Inggris menolak.”

“ Loh kan tanahnya udah dibeli. Kenapa inggris menolak?

“ Bagaimanapun walau jual beli Tanah Palestina itu sudah terjadi dengan Baron Rothschild, tetapi secara hukum tanah Palestina masih di bawah inggris. Seharusnya masalah palestina bukan hak dari AS tetapi Inggris dan atas persetujuan bangsa Arab sesuai Perjanjian Damai Sevres pada 10 Agustus 1920 antara Ottoman Turki eks penguasa jazirah Arab dan Inggris sebagai bagian dari Sekutu Eropa yang  memenangkan perang dunia pertama. Kondisi inilah yang membuat Inggris mengumumkan niatnya menyerahkan Mandat Palestina ke tangan PBB.  Akibat niat Inggris ini, PBB membentuk Komite Khusus untuk Palestina (UNSCOP) pada 15 Mei 1947. UNSCOP yang terdiri dari 11 negara ini melakukan sidang dan kunjungan ke Palestina untuk melakukan investigasi. 

Pada 31 Agustus 1947, UNSCOP memaparkan laporannya. Dalam salah satu bagian laporannya, UNSCOP merekomendasikan kepada Sidang Umum PBB sebuah skema pembagian wilayah Palestina dalam masa transisi selama dua tahun yang dimulai pada 1 September 1947. Pembagian itu terdiri atas negara Arab merdeka dengan area 11.000 km persegi, negara Yahudi dengan luas 15.000 km persegi. Sementara kota Jerusalem dan Betlehem akan berada di bawah kendali PBB. Usulan ini tidak memuaskan kelompok Yahudi maupun Arab. Bangsa Yahudi kecewa karena kehilangan Jerusalem. Namun, kelompok Yahudi moderat menerima tawaran ini dan hanya kelompok-kelompok Yahudi radikal yang menolak. Sementara itu, kelompok Arab khawatir pembagian ini akan mengganggu hak-hak warga mayoritas Arab di Palestina. 

Dalam pertemuan di Kairo, Mesir, pada November dan Desember 1947, Liga Arab mengeluarkan resolusi yang menyetujui solusi militer untuk mengakhiri masalah ini. Dalam kenyataannya, sejumlah negara Arab memiliki agenda tersendiri. Jordania ingin menguasai Tepi Barat, sementara Suriah menginginkan bagian utara Palestina, termasuk wilayah yang diperuntukkan bagi Yahudi dan Arab. “

“Lalu bagaimana dengan Inggris? 

“ Meski menerima usulan pembagian ini, Inggris enggan menerapkannya di lapangan karena jelas-jelas tidak diterima oleh kedua belah pihak. Inggris juga enggan memerintah Palestina bersama PBB di masa transisi.  Itu sebabnya, pada September 1947, Inggris mengumumkan mandat mereka pada Palestina akan berakhir pada 14 Mei 1948 tengah malam. Sebagai respons pernyataan Inggris ini, Presiden AS Harry Truman mengajukan proposal baru yang membatalkan rencana pembagian Palestina.  Dalam proposal itu, AS mengusulkan PBB langsung memerintah Palestina. 

Kekacauan tak terelakkan yang mengakibatkan korban jiwa berjatuhan di mana-mana. Hingga akhir Maret 1948, setidaknya 2.000 orang meninggal dunia dan 4.000 orang terluka. Pada 14 Mei 1948, atau sehari sebelum Mandat Inggris di Palestina berakhir, Ketua Yishuv, Komunitas Yahudi di Palestina, David Ben Gurion, di hadapan 250 orang undangan di Museum Tel Aviv, Pada 14 Mei 1948, Israel memproklamasikan kemerdekaan berdirinya negara Israel, yang tentu ditolak oleh negara Arab karena tidak ada pembatasan wilayah di Palestina.”

“ Jadi kalau mau disimpulkan. Palestina itu sejarah nya hanya deal bisnis property.  Sama dengan keberadaan Hong Kong yang dikuasai inggris selama 100 tahun dan Macau dikuasai portugal selama 100 tahun. Hanya bedanya China tidak mau menjual Hong Kong dan Macau tetapi menyewakan. Sementara Palestina dijual inggris kepada Baron Rothschild . “

“ Ya. Jual beli sudah settle. Akta jual beli sudah diteken semua pihak. Clean and clear. Artinya para kepala suku Arab bersenang hati karena perjanjian Deklarasi Balfour 2 November 1917 yang mempreteli eks wilayah kekuasaan Ottoman menjadi beberapa wilayah termasuk lahan untuk relokasi Yahudi di Palestina. Tidak ada yang protes. Kelak kepala kepala suku inilah yang akan jadi Raja di Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Yordania dll. “

“Kenapa sampai sekarang terus terjadi konflik?

“ Secara Hukum international memang keberadaan Israel tidak legitimate. Itu sebabnya Marshal, Menhan AS ketika era Truman menolak ide berdirinya negara Israel karena itu akan menjadi konplik hukum dimasa depan. Apalagi ketika itu Marshal tahu dibalik berdirinya negara israel ada deal bisis raksasa dari konglomerat Yahudi untuk mengontrol bisnis minyak di Timur Tengah. Kalau tadinya mereka menambang uang dari jualan property untuk hunian relokasi Yahudi ,belakangan mereka ingin menambang uang dari bisnis konsesi minyak. Lagi lagi ini soal bisnis  dan  kerakusan. 

“ Mengapa Yahudi tidak berhak untuk punya negara dan wilayah sendiri? Bukankah bumi ini milik Allah dan lagi pembagian wilayah itu karena politik kekuasaan dari paham nasionalisme sebagai kelanjutan dari kolonialisme. Kalaulah semua duduk bersama dengan hati jernih tanpa prasangka, berbagi itu indah dan mendamaikan, kecuali kalau didasarkan agenda kerakusan memang sampai kapanpun dunia ini tidak akan damai.’

“ Saya tidak mau jawab. Kamu lebih paham. Ini soal bisnis, soal geostrategis. Tidak  ada istilah berbagi.”

Dia hanya tersenyum. Karena tahu apa yang saya maksud. Ini soal penguasaan konsesi bisnis. Harus utuh tanpa ada pihak yang ganggu. Agar rencana bisnis bisa dikembangkan. Kalau ada narasi agama dalam konflik itu hanya cara bagaimana menciptakan konflik agar kedua belah pihak bisa duduk berunding dalam posisi transaksional. Kalau deal terjadi, narasi agama akan ditinggalkan.

No comments: